Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo telah menyepakati pembuatan modifikasi cuaca untuk mengantisipasi tingginya curah hujan pada musim hujan yang diprediksi puncaknya pada Januari tahun depan.
"Memang saya tadi minta kepada BNPB, kita minta siapkan yang modifikasi cuaca. Mau kita mulai dari Januari-Maret, itu prediksi puncak musim hujan nanti," ujar Jokowi di Balaikota DKI Jakarta, Jumat, (11/10/2013).
Untuk membuat modifikasi cuaca dengan cara menabur NaCL (garam dapur yang diolah menjadi tepung) yang disemai ke atas awan yang mengarah ke Jakarta itu, Jokowi mengaku pihaknya akan menggelontorkan dana sebesar Rp 18 miliar. Dana itu diambil dari anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta.
Jokowi mengakui, anggaran tersebut jumlahnya memang cukup besar, namun menurutnya besaran anggaran tersebut tidak menjadi masalah baginya. Karena 'operasi tabur garam' itu telah terbukti kehebatannya mengurangi curah hujan yang tinggi pada musim hujan tahun lalu.
"Memang anggarannya besar dari DKI, tapi pengalaman kemarin dan kita lihat laporan dari BNPB memang memberikan pengaruh yang besar. Ini mampu mengurangi hujan dan menyisihkan hujan ke daerah lain atau dibuang ke laut," ucap politisi PDIP itu.
Ia pun yakin, pada musim hujan kali ini, tingginya curah hujan tidak sampai menyebabkan banjir besar di DKI Jakarta. Terlebih program normalisasi kali dan waduk yang saat ini tengah dilakukan diharapkan dapat menampung tingginya volume air hujan pada puncak musim hujan nanti.
"Sebagian kali dan waduk sudah dikeruk. Kalau dilihat dari prediksi oleh BMKG dan BNPB, memang akan hujan deras, tetapi tidak sampai menimbulkan banjir besar," kata dia.
Sementara itu, Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho membenarkan apa yang dikatakan Jokowi, modifikasi cuaca di langit Jakarta tersebut telah terbukti dapat mengurangi dampak banjir di Jakarta dan curah hujan yang tinggi.
"Tahun 2013 lalu kita melaksanakan antisipasinya dengan modifikasi cuaca terbukti berhasil, maka upaya itu kita lakukan lagi pada musim hujan tahun ini," kata dia.
Untuk prosesnya, Sutopo menjelaskan, sama seperti tahun lalu, pihaknya menggunakan akan menyemai NaCL (garam dapur yang diolah menjadi tepung) untuk disebarkan dalam awan sebagai operasi modifikasi cuaca.
"Prosesnya melalui awannya yang ada kita buyarkan, kita jatuhkan ke laut. Selain dari langitnya atmosfirnya kita modifikasi, hujan kita kurangi, dijatuhkan ketempat lain, atau puncak hujannya dibuat agar tidak terjadi secara bersamaan," ungkap Sutopo. (Tnt/Yus)
"Memang saya tadi minta kepada BNPB, kita minta siapkan yang modifikasi cuaca. Mau kita mulai dari Januari-Maret, itu prediksi puncak musim hujan nanti," ujar Jokowi di Balaikota DKI Jakarta, Jumat, (11/10/2013).
Untuk membuat modifikasi cuaca dengan cara menabur NaCL (garam dapur yang diolah menjadi tepung) yang disemai ke atas awan yang mengarah ke Jakarta itu, Jokowi mengaku pihaknya akan menggelontorkan dana sebesar Rp 18 miliar. Dana itu diambil dari anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta.
Jokowi mengakui, anggaran tersebut jumlahnya memang cukup besar, namun menurutnya besaran anggaran tersebut tidak menjadi masalah baginya. Karena 'operasi tabur garam' itu telah terbukti kehebatannya mengurangi curah hujan yang tinggi pada musim hujan tahun lalu.
"Memang anggarannya besar dari DKI, tapi pengalaman kemarin dan kita lihat laporan dari BNPB memang memberikan pengaruh yang besar. Ini mampu mengurangi hujan dan menyisihkan hujan ke daerah lain atau dibuang ke laut," ucap politisi PDIP itu.
Ia pun yakin, pada musim hujan kali ini, tingginya curah hujan tidak sampai menyebabkan banjir besar di DKI Jakarta. Terlebih program normalisasi kali dan waduk yang saat ini tengah dilakukan diharapkan dapat menampung tingginya volume air hujan pada puncak musim hujan nanti.
"Sebagian kali dan waduk sudah dikeruk. Kalau dilihat dari prediksi oleh BMKG dan BNPB, memang akan hujan deras, tetapi tidak sampai menimbulkan banjir besar," kata dia.
Sementara itu, Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho membenarkan apa yang dikatakan Jokowi, modifikasi cuaca di langit Jakarta tersebut telah terbukti dapat mengurangi dampak banjir di Jakarta dan curah hujan yang tinggi.
"Tahun 2013 lalu kita melaksanakan antisipasinya dengan modifikasi cuaca terbukti berhasil, maka upaya itu kita lakukan lagi pada musim hujan tahun ini," kata dia.
Untuk prosesnya, Sutopo menjelaskan, sama seperti tahun lalu, pihaknya menggunakan akan menyemai NaCL (garam dapur yang diolah menjadi tepung) untuk disebarkan dalam awan sebagai operasi modifikasi cuaca.
"Prosesnya melalui awannya yang ada kita buyarkan, kita jatuhkan ke laut. Selain dari langitnya atmosfirnya kita modifikasi, hujan kita kurangi, dijatuhkan ketempat lain, atau puncak hujannya dibuat agar tidak terjadi secara bersamaan," ungkap Sutopo. (Tnt/Yus)