Sukses

Daging Kurban Makan Korban

Seorang kakek 74 tahun meninggal dunia saat hendak mengantre pengambilan daging kurban di Masjid Istiqlal.

Kericuhan terjadi saat pembagian daging hewan kurban hingga memakan korban. Sebanyak 1 orang meninggal dunia dan 8 lainnya terluka dalam proses mengantre untuk mengambil 1 kg daging.

Korban meninggal bernama Sukiyo, seorang kakek berusia 74 tahun. Ia menghembuskan nafas terakhirnya saat hendak mengantre pembagian daging hewan kurban di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.

Kapolsek Sawah Besar Kompol Shinto Silitonga menyatakan, Sukiyo meninggal sebelum kericuhan antre daging terjadi. Kerusuhan terjadi setelah salat subuh sekitar pukul 05.30 WIB. Sementara Sukiyo diperkirakan meninggal setelah terjatuh saat gerbang Istiqlal dibuka bagi para warga yang ingin mengantre daging kurban sekitar pukul 4.30 WIB.

"Meninggalnya Pak Sukiyo (74) meninggal bukan karena berdesak-desakan," tegas Shinto.

Kepala Bagian Operasional Polres Jakarta Pusat AKB Apollo Sinambela juga menegaskan, kematian Sukiyo tidak terkait akibat kericuhan saat mengantre.

"Yang meninggal tidak ada hubungan dengan kericuhan. Terjatuh, pas dibawa ke rumah sakit ternyata sudah meninggal," cetus Apollo.

Belum diketahui pasti penyebab Sukiyo meninggal. Yang pasti, saat mau mengantre pembagian daging kurban, warga Pasar Baru itu sedang sakit. Menurut sang anak, Sigit (27), Sukiyo menderita darah tinggi dan sering sakit-sakitan karena usianya yang sudah tua.

"Sehari-hari di rumah. Sakit tua, kambuh-kambuhan gitu, darah tinggi," ujar Sigit.

Sebelum meninggal saat mengantre, Sukiyo sempat memeriksa kesehatannya di Puskesmas pada 3 hari yang lalu. Karena itulah, Sigit memperingatkan bapaknya itu untuk tidak ikut mengantre. Namun Sukiyo tetap pergi mengambil daging kurban.

"Korban mempunyai tekanan darah tinggi mencapai 160 dan stroke. Sebelumnya disarankan oleh anak-anaknya agar tidak ke Istiqlal," ungkap Shinto.

Sukiyo diotopsi di Rumah Sakit Cipto Bangunkusumo (RSCM) Jakarta, hingga kemudian disemayamkan di kediamannya di Jalan Wahidin, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Dan dimakamkan di TPU Penggilingan, Rawamangun, Jakarta Timur.

Kronologi


Pembagian hewan kurban di Masjid Istiqlal dijadwalkan akan dimulai pada Rabu 16 Oktober, pukul 02.00 WIB dini hari. Tapi pada kenyataannya, proses pembagian baru dimulai pada pukul 04.55 WIB.

Kapolres Shinto menjelaskan, pada pagi yang masih buta itu, pukul 04.00 WIB, ratusan anggota pengamanan menggelar apel di Lapangan Parkir Masjid Istiqlal. Dalam apel ini terdapat 144 anggota awal pengamanan. Terdiri atas 42 anggota Polsek Sawah Besar, 18 Koramil, 24 Samapta Polres, 30 Samapta Polda, 2 Brimob dan 30 Satpol PP.

Kemudian pada pukul 04.50 WIB, panitia kurban Istiqlal mengumumkan kepada para warga yang sudah menunggu bahwa pembagian segera dimulai. Panitia juga mengimbau kepada warga bahwa antrean perempuan di sebelah kanan, laki-laki di sebelah kiri.

Pukul 04.55 WIB, pintu gerbang masjid di Jalan Juanda dibuka oleh panitia. Sekitar 1.500 orang yang sudah menanti akhirnya mulai masuk. Namun tiba Sukiyo (74) sudah terjatuh saat menuju barisan yang telah disediakan panitia, pada pukul 05.30 WIB.

Ditemukan Sukiyo (74) sudah terjatuh saat menuju barisan yang telah disediakan panitia. Sukiyo adalah warga Jl. Wahidin II RT 03 RW 08, Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Pukul 06.30 WIB, pembagian daging kurban untuk 2.137 orang laki-laki selesai dibagikan. Sementara pembagian daging untuk 3.125 orang perempuan baru selesai pada pukul 07.10 WIB karena terjadi kericuhan.

Pukul 07.20 WIB, konsolidasi panitia dilakukan jumlah petugas 222 orang. Mereka terdiri dari 20 Koramil, 50 Brimob, 35 Samapta, 10 Reskrim, 52 anggota Polsek Sawah Besar dan 40 Satpol PP.

Terluka Diinjak-injak

Kericuhan memang bukan penyebab Kakek Sukiyo meninggal, tapi hal ini membuat kaum hawa terluka. 8 perempuan yang mengantre daging 1 kg terluka karena terinjak-injak saat berdesak-desakan.

Hubungan Masyarakat (Humas) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Sulastin, seluruh korban yang mengalami luka-luka masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada pukul 05.15 WIB.

"Saat masuk IGD ada yang diantar keluarga, bapaknya, saudaranya. Semua korban hanya lecet-lecet saja bagian kaki dan sadar, karena masih bisa berkomunikasi," ujar Sulastin.

Setelah menjalani perawatan di IGD, 8 wanita itu pulang, kembali ke rumahnya masing-masing. Adapun nama korban luka tersebut, yakni Sarem (52), Muheni (55), Diana Indah (19), Kartini (80), Sani (50), Endang (19), Julia (50), dan Siti Mariana (60).

Kericuhan ini menuai kecaman. Sejumlah warga penerima daging kurban menilai insiden terjadi lantaran ketidak-sigapan panitia dalam mengantisipasi membludaknya warga.

Diduga saat terjadi kericuhan hingga merenggut korban, tak satupun tim medis yang berada di lokasi untuk memberikan pertolongan pertama.

Bahkan, hingga lebih dari setengah jam setelah kejadian, tak satu pun mobil ambulans datang untuk mengevakuasi para korban. Pertolongan akhirnya diberikan sejumlah polisi.

Ketua Badan Pengelola Masjid Istiqlal Mubarok mengatakan, guna menghindari kericuhan, panitia sebenarnya telah memberlakukan penggunaan kupon untuk pembagian daging. Dalam pembagian ini, panitia menyiapkan 6 ribu kantung daging.

Penadah Daging

Demi 1 kg daging, para warga DKI Jakarta berdesak-desakan di halaman Masjid Istiqlal, Jakarta. Tangis anak-anak dan teriakan ribuan warga mewarnai antrean panjang pembagian daging kurban di halaman Masjid Istiqlal

Ada sejumlah orang yang sudah mendapat daging kurban kembali antre hingga akhirnya diamankan polisi. Ada juga wanita hamil yang tidak menghiraukan keselamatannya dalam antrean. Bahkan pagar besi penyekat pun tak kuat menahan antusiasme ribuan warga yang antre sejak Selasa malam kemarin.

Setelah mendapat sekantong daging, warga harus mencelupkan jarinya ke tinta. Tapi ada 5 warga yang mencoba berbuat curang. Sudah mendapat daging, tapi ikut antre lagi.

Padahal bekas tinta masih ada di jarinya meski sempat dihilangkan dengan cairan antinyamuk. Akhirnya polisi pun mengamankan mereka ke Polsek Sawah Besar untuk dimintai keterangan.

Kasus lain, ada sejumlah pengepul daging yang nangkring di lokasi pembagian hasil potong hewan kurban. Salah satunya seorang lelaki tua yang menawarkan Rp 30 hingga 40 ribu untuk sekantong daging.

Dan Ada saja warga yang tergiur menerima tawaran pengepul tersebut. Warga memilih uang tunai daripada menikmati daging di rumah.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Rabu 16 Oktober 2013, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan bahwa jual beli daging kurban tidak dibenarkan, karena haram hukumnya.

MUI meminta agar pembagian kurban dapat dilakukan lebih baik lagi, apalagi telah menimbulkan korban jiwa. Proses antrean seharusnya dikurangi, mengingat transaksi daging kurban selalu berulang setiap tahun.

Solusi Kurban Efektif

Jatuhnya korban jiwa, luka-luka, adanya kecurangan dengan mengambil daging 2 kali, dan penadah daging untuk dijual kembali tak harus terulang lagi pada pembagian daging kurban tahun depan. Oleh karena itu, perlu ada cara lain yang lebih efektif untuk membagikan daging hasil hewan kurban.

Di Probolinggo, Jawa Timur, berkurban kini semakin mudah, baik bagi pemberi maupun penerima daging kurban. Pembagian daging kurban bisa tepat sasaran dan bermanfaat lebih lama karena daging dikemas dalam bentuk kornet kalengan. Sistem ini lebih praktis, namun tetap sesuai syariah Islam.

Hewan kurban dipotong untuk diolah menjadi kornet dalam kaleng. Daging kurban yang dikornetkan, hukumnya diperbolehkan dengan syarat hewan kurban disembelih pada Hari Raya Idul Adha maupun hari tasyrik, setelah selesai salat Idul Adha ditambah 3 hari.

Karena praktis dan tahan lama, pembagian bisa merata terencana sepanjang tahun, bahkan ke daerah bencana. Penerima kurban pun merasakan manfaat lebih dari sistem pembagian seperti ini. Meski tak melihat langsung pemotongan kurbannya, pemberi kurban tak perlu khawatir karena mereka mendapat laporan, berikut hak sepertiga hasil kurban.

Di Klaten, Jawa Tengah, untuk menghindari jatuhnya korban dalam pembagian daging kurban, panitia mengantar daging kurban langsung ke rumah warga. Seluruh daging kurban langsung diberikan ke setiap rumah warga yang mayoritas sudah lanjut usia.

Seperti kurban dari SMK Muhammadiyah Delanggu-Klaten. Sekitar 2 ratusan paket dibagikan para guru bersama pelajar dengan menyisir warga miskin di Desa Kuncen, Kecamatan Ceper, Klaten.

Warga yang mendapatkan bagian kurban pun mengaku cukup senang karena bisa mendapatkan berkah berupa daging kurban yang diantar langsung ke rumah. (Riz)