Liputan6.com, Semarang: Kampanye antipolitisi busuk tidak hanya dilakukan para mahasiswa dan aktivis lembaga swadaya masyarakat. Baru-baru ini, pementasan Wayang Suket atau wayang rumput ikut menyerukan pesan serupa. Pergelaran itu berlangsung di Taman Budaya Raden Saleh Semarang, Jawa Tengah.
Adalah Slamet Gundono, dalang pertunjukan tersebut. Seniman berbadan tambun ini melambangkan politisi busuk dengan sosok Rahwana. Malam itu, Gundono bercerita Rahwana yang memiliki watak busuk berusaha membujuk orang agar mengikuti kehendaknya. Padahal di balik itu ada kepentingan kekuasaan untuk merebut Negeri Alengka. Rahwana berusaha ingin kembali menjadi orang baik. Namun karena watak dan tabiatnya yang sudah terlanjur busuk, warga pewayangan tetap tak menerima keinginannya.
Pementasan kali ini untuk mengenang Pemilu 1999 yang penuh kekerasan tidak terulang kembali pada Pemilu tahun ini. Pementasan wayang suket bertambah ramai karena Slamet tidak menggunakan pakem sebagaimana biasanya dalang dalam sebuah pementasan. Lulusan Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Surakarta, ini memanfaatkan pemain dan penonton untuk ikut terlibat dalam pementasan. Wayang Suket Gundono, memadukan seni gerak dan gaya bertutur keseharian. Bebas berekspresi sekehendak hati.
Slamet Gundono, satu-satunya dalang di Indonesia yang menggunakan media rumput untuk pertunjukkan wayangnya. Bukan dari bahan kulit sebagaimana wayang-wayang yang dijadikan pakem di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Slamet mengungkapkan, awal pertama menjadi dalang wayang suket adalah saat Pemilu 1999.(YAN/Yudi Sutomo)
Adalah Slamet Gundono, dalang pertunjukan tersebut. Seniman berbadan tambun ini melambangkan politisi busuk dengan sosok Rahwana. Malam itu, Gundono bercerita Rahwana yang memiliki watak busuk berusaha membujuk orang agar mengikuti kehendaknya. Padahal di balik itu ada kepentingan kekuasaan untuk merebut Negeri Alengka. Rahwana berusaha ingin kembali menjadi orang baik. Namun karena watak dan tabiatnya yang sudah terlanjur busuk, warga pewayangan tetap tak menerima keinginannya.
Pementasan kali ini untuk mengenang Pemilu 1999 yang penuh kekerasan tidak terulang kembali pada Pemilu tahun ini. Pementasan wayang suket bertambah ramai karena Slamet tidak menggunakan pakem sebagaimana biasanya dalang dalam sebuah pementasan. Lulusan Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Surakarta, ini memanfaatkan pemain dan penonton untuk ikut terlibat dalam pementasan. Wayang Suket Gundono, memadukan seni gerak dan gaya bertutur keseharian. Bebas berekspresi sekehendak hati.
Slamet Gundono, satu-satunya dalang di Indonesia yang menggunakan media rumput untuk pertunjukkan wayangnya. Bukan dari bahan kulit sebagaimana wayang-wayang yang dijadikan pakem di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Slamet mengungkapkan, awal pertama menjadi dalang wayang suket adalah saat Pemilu 1999.(YAN/Yudi Sutomo)