Sukses

Isu Penculikan BIN, Anggota PPI Penjemput Subur Minta Maaf

"Atas informasi yang kurang tepat saya minta maaf ke Muhammad Rahmad, Subur, dan pihak yang merasa dirugikan BIN," kata Sri.

Isu penculikan mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Profesor Subur Budhisantoso oleh Badan Intelijen Negara (BIN) menimbulkan berbagai spekulasi. Pengurus Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Muhammad Rahmad pun membantah dirinya yang menyebarkan isu itu karena ia tidak pernah menyebut penculikan mau pun penjemputan paksa.

Meski demikian, anggota PPI yang bertugas menjemput Subur, Sri Mulyono meminta maaf atas berkembangnya isu tersebut. Namun, ia juga tidak menyebut Subur diculik atau pun dijemput paksa.

"Atas informasi yang kurang tepat saya meminta maaf kepada Muhammad Rahmad, kepada Subur, dan pihak yang merasa dirugikan atas perkembangan pemberitaan ini termasuk BIN," jelas Mulyono.

Mulyono menambahkan, sesuai masukan dari Ketua PPI Anas Urbaningrum dirinya minta maaf bak ksatria. Tapi terkait informasi yang benar yang diperolehnya bahwa Subur menghadap Kepala BIN , dirinya tidak akan minta maaf. "Kata Mas Anas kalau saya benar, sampai mati harus diperjuangkan," tukas Mulyono.

Isu penculikan Subur oleh BIN itu sempat membuat Kepala BIN Mayjen (Purn) Marciano Norman marah dan minta PPI mengklarifikasi tudingan tersebut. Bahkan isu itu pun sempat ditanggapi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Setelah berita itu muncul, beliau (SBY) tanyakan apakah benar ada kejadian itu. Lalu saya jawab tidak, karena BIN tidak ada kepentingan untuk jemput Profesor Subur," ujar Marciano. (Adi)