Pemerhati anak Seto Mulyadi atau biasa disapa Kak Seto angkat bicara atas beredarnya video asusila siswa-siswi SMP di Jakarta Pusat, FP (15) dan AE (16). Kak Seto meminta agar rekaman dari adegan tak senonoh itu dihapus semua pihak yang tidak berkepentingan, agar tidak mempengaruhi psikologi korban.
"Saya mohon dari Kominfo untuk menghapus video itu bila sudah masuk Youtube atau media online lain itu agar dihilangkan, teknisnya diatur. Hal serupa juga perlu dilakukan oleh polisi," kata Kak Seto saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Jumat (25/10/2013).
Kak Seto mencermati akar masalah dari terjadinya kasus tersebut adalah kurangnya jam belajar anak yang dibuat menarik. Pencipta figur Si Komo itu menilai akibat jam belajar yang begitu menekan, membuat siswa mencari hal lain dan menyalurkan dalam bentuk negatif.
"Banyak siswa yang belajar karena terpaksa lalu lari, bisa lari ke narkoba, rokok, atau seks bebas. Nah, kita harus ciptakan kondisi belajar mengasyikan, ini jadi tanggung jawab orangtua dan guru serta siswa juga," imbuhnya.
Kak Seto juga mengatakan, kejadian serupa bisa terulang bila dinamika psikologi tidak tersalurkan dengan cara yang tepat. Ia pun berharap agar ada penyelesaian yang baik dari pihak sekolah akan kejadian ini.
Peristiwa diduga terjadi pada Jumat 13 September lalu, pukul 11.50 WIB di sekolah. Ibu AE, berinisial N melaporkan kejadian itu ke polisi. Namun, berdasarkan rekaman video yang didalami, polisi menyimpulkan aksi tersebut berdasarkan suka sama suka.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto mengatakan keduanya terlihat tidak ada paksaan saat melakukan. Bahkan para pemeran tampak tertawa-tawa. Dari video yang diperoleh tim Liputan6.com, adegan asusila itu seperti yang disampaikan polisi, tidak ada unsur paksaan.
Hingga saat ini, 17 saksi telah diperiksa, mulai dari Kepala Sekolah SMP di Jakarta Pusat itu, guru bimbingan dan penyuluhan, wali kelas, 10 pelajar yang menonton dan rekam adegan tersebut, serta 3 penjaga sekolah. (Mut/Ism)
"Saya mohon dari Kominfo untuk menghapus video itu bila sudah masuk Youtube atau media online lain itu agar dihilangkan, teknisnya diatur. Hal serupa juga perlu dilakukan oleh polisi," kata Kak Seto saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Jumat (25/10/2013).
Kak Seto mencermati akar masalah dari terjadinya kasus tersebut adalah kurangnya jam belajar anak yang dibuat menarik. Pencipta figur Si Komo itu menilai akibat jam belajar yang begitu menekan, membuat siswa mencari hal lain dan menyalurkan dalam bentuk negatif.
"Banyak siswa yang belajar karena terpaksa lalu lari, bisa lari ke narkoba, rokok, atau seks bebas. Nah, kita harus ciptakan kondisi belajar mengasyikan, ini jadi tanggung jawab orangtua dan guru serta siswa juga," imbuhnya.
Kak Seto juga mengatakan, kejadian serupa bisa terulang bila dinamika psikologi tidak tersalurkan dengan cara yang tepat. Ia pun berharap agar ada penyelesaian yang baik dari pihak sekolah akan kejadian ini.
Peristiwa diduga terjadi pada Jumat 13 September lalu, pukul 11.50 WIB di sekolah. Ibu AE, berinisial N melaporkan kejadian itu ke polisi. Namun, berdasarkan rekaman video yang didalami, polisi menyimpulkan aksi tersebut berdasarkan suka sama suka.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto mengatakan keduanya terlihat tidak ada paksaan saat melakukan. Bahkan para pemeran tampak tertawa-tawa. Dari video yang diperoleh tim Liputan6.com, adegan asusila itu seperti yang disampaikan polisi, tidak ada unsur paksaan.
Hingga saat ini, 17 saksi telah diperiksa, mulai dari Kepala Sekolah SMP di Jakarta Pusat itu, guru bimbingan dan penyuluhan, wali kelas, 10 pelajar yang menonton dan rekam adegan tersebut, serta 3 penjaga sekolah. (Mut/Ism)