Liputan6.com, Jakarta: Wabah demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia diperkirakan akan mencapai puncak pada bulan ini hingga April mendatang. Namun, hal itu tergantung pada upaya pencegahan yang dilakukan masyarakat. Demikian dikatakan Dokter Rita Kusriyastuti dari Departemen Kesehatan ketika berdialog dengan reporter SCTV Sella Wangkar di Jakarta, Senin (1/3) pagi.
Sebagai bagian dari upaya antisipasi, Depkes akan melakukan pengasapan secara cuma-cuma di wilayah yang terjadi kasus demam berdarah. Sedangkan untuk wilayah yang belum terjadi kasus DBD, Depkes mempersilakan warga untuk melakukan pengasapan secara swadaya.
Rita juga menyerukan kepada para dokter untuk mengurangi biaya pengobatan untuk warga yang kurang mampu. Besarnya pemotongan biaya diserahkan kepada kebijaksanaan masing-masing dokter. "Itu terserah kepada para dokter," kata Rita.
Kondisi di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih, Cawang, Jakarta Timur, semakin sesak. Sepanjang Ahad kemarin, tercatat 17 pasien baru DBD masuk rumah sakit ini. Total pasien yang menjalani rawat inap mencapai 177 orang [baca: RSUP Fatmawati Didominasi Pasien Dewasa]. Akibatnya, banyak penderita DBD dirawat di lorong gedung. Kondisi serupa juga terlihat di RS Pasar Rebo, Jaktim. Jumlah pasien DBD yang melebihi kapasitas menyebabkan sebagaian pasien terpaksa dirawat di lorong.
Demikian pula di RSUD Bekasi, Jawa Barat. Selain lorong, pengelola rumah sakit menyiapkan ruang tunggu untuk dijadikan ruang inap. Dalam dua hari terakhir, sedikitnya 50 pasien baru dirujuk ke RSUD Bekasi. Kapasitas rumah sakit yang hanya 231 tempat tidur dihuni sekitar 300 pasien.
Di RS Palang Merah Indonesia Bogor, Jabar, jumlah penderita demam berdarah bertambah 10 orang. Jumlah seluruh pasien yang dirawat di rumah sakit menjadi 89 orang. Dua di antaranya meninggal dunia. Kedua korban adalah anak-anak. Hingga kemarin, pasien anak-anak yang dirawat di rumah sakit ini mencapai 39 orang. Untuk mengantisipasi bertambahnya pasien, RS PMI Bogor menyiapkan 500 botol cairan infus, 40 tempat tidur lipat, dan 12 botol plasma darah.
Jumlah penderita DBD di Denpasar, Bali, juga terus bertambah. Di RSUD Sanglah, setiap hari kedatangan sedikitnya 10 pasien baru DBD. Sekitar 60 persen pasien adalah anak-anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Umumnya mereka merasa demam setelah pulang dari sekolah. Diduga, mereka terkena DBD saat sekolah. Sebagian pasien pelajar ini diperbolehkan pulang. Sebelumnya, mereka diimbau membersihkan lingkungan sekolah untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti, perantara virus demam berdarah.
Demam berdarah juga mulai merambah Bengkulu. RSUD Bengkulu kini merawat tujuh penderita DBD. Seorang di antaranya dalam kondisi kritis. Sejauh ini, bocah berusia 11 tahun itu harus ditransfusi darah. Sejak sepekan silam, korban acap mengeluarkan darah dari hidungnya. Menyusul jatuhnya korban demam berdarah di daerah ini, warga mengharapkan pemerintah daerah setempat melakukan langkah-langkah antisipatif dan penanggulangan wabah.
Sementara Pundi Amal SCTV, kemarin, membawa Selvi, bocah perempuan berusia sembilan tahun warga Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Barat, ke RS Mintohardjo. Menurut orang tua Selvi, Rohmani melalui telepon kepada SCTV, anaknya mengeluarkan darah dari hidung dan mulut. Sejak sepekan silam, Selvi mengalami demam. Namun, Rohmani tak membawa anaknya ke rumah sakit karena tak memiliki biaya.
Di rumah sakit, darah Selvi diperiksa dan hasilnya positif terkena demam berdarah. Seluruh biaya pengobatan Selvi sampai sembuh akan ditanggung Pundi Amal SCTV yang merupakan sumbangan pemirsa SCTV. Mereka mendapat bantuan dana bervariasi antara Rp 250 ribu hingga Rp 2,5 juta.(ZAQ/Tim Liputan 6 SCTV)
Berikut adalah daftar nama penerima dana Pundi Amal SCTV selama Ahad kemarin:
1. Siti Wulandari (delapan tahun)
2. Yuni Dwi H. (tujuh tahun)
3. Rani (delapan bulan)
4. Sumarni (26 tahun)
5. Novita Rida (18 tahun)
6. Arsih Herianto (tiga tahun)
7. Ade (40 tahun)
8. Imam Gozali (tiga tahun)
9. Muhammad Aziz (13 tahun)
10. Jenas Karlita (14 tahun)
11. Mujianto (31 tahun)
12. Feriansyah (empat tahun)
13. Della Safitra (lima tahun)
14. Icha (13 tahun)
15. Aldi (empat tahun)
16. Nina (22 tahun)
17. Azwar Anas (15 tahun)
18. Firda (tiga tahun)
19. Silvi (sembilan tahun)
20. Linda Aulinta (11 bulan)
21. Anisa Nur (3,5 tahun)
22. Aris Ardiyanto (13 tahun)
Sebagai bagian dari upaya antisipasi, Depkes akan melakukan pengasapan secara cuma-cuma di wilayah yang terjadi kasus demam berdarah. Sedangkan untuk wilayah yang belum terjadi kasus DBD, Depkes mempersilakan warga untuk melakukan pengasapan secara swadaya.
Rita juga menyerukan kepada para dokter untuk mengurangi biaya pengobatan untuk warga yang kurang mampu. Besarnya pemotongan biaya diserahkan kepada kebijaksanaan masing-masing dokter. "Itu terserah kepada para dokter," kata Rita.
Kondisi di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih, Cawang, Jakarta Timur, semakin sesak. Sepanjang Ahad kemarin, tercatat 17 pasien baru DBD masuk rumah sakit ini. Total pasien yang menjalani rawat inap mencapai 177 orang [baca: RSUP Fatmawati Didominasi Pasien Dewasa]. Akibatnya, banyak penderita DBD dirawat di lorong gedung. Kondisi serupa juga terlihat di RS Pasar Rebo, Jaktim. Jumlah pasien DBD yang melebihi kapasitas menyebabkan sebagaian pasien terpaksa dirawat di lorong.
Demikian pula di RSUD Bekasi, Jawa Barat. Selain lorong, pengelola rumah sakit menyiapkan ruang tunggu untuk dijadikan ruang inap. Dalam dua hari terakhir, sedikitnya 50 pasien baru dirujuk ke RSUD Bekasi. Kapasitas rumah sakit yang hanya 231 tempat tidur dihuni sekitar 300 pasien.
Di RS Palang Merah Indonesia Bogor, Jabar, jumlah penderita demam berdarah bertambah 10 orang. Jumlah seluruh pasien yang dirawat di rumah sakit menjadi 89 orang. Dua di antaranya meninggal dunia. Kedua korban adalah anak-anak. Hingga kemarin, pasien anak-anak yang dirawat di rumah sakit ini mencapai 39 orang. Untuk mengantisipasi bertambahnya pasien, RS PMI Bogor menyiapkan 500 botol cairan infus, 40 tempat tidur lipat, dan 12 botol plasma darah.
Jumlah penderita DBD di Denpasar, Bali, juga terus bertambah. Di RSUD Sanglah, setiap hari kedatangan sedikitnya 10 pasien baru DBD. Sekitar 60 persen pasien adalah anak-anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Umumnya mereka merasa demam setelah pulang dari sekolah. Diduga, mereka terkena DBD saat sekolah. Sebagian pasien pelajar ini diperbolehkan pulang. Sebelumnya, mereka diimbau membersihkan lingkungan sekolah untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti, perantara virus demam berdarah.
Demam berdarah juga mulai merambah Bengkulu. RSUD Bengkulu kini merawat tujuh penderita DBD. Seorang di antaranya dalam kondisi kritis. Sejauh ini, bocah berusia 11 tahun itu harus ditransfusi darah. Sejak sepekan silam, korban acap mengeluarkan darah dari hidungnya. Menyusul jatuhnya korban demam berdarah di daerah ini, warga mengharapkan pemerintah daerah setempat melakukan langkah-langkah antisipatif dan penanggulangan wabah.
Sementara Pundi Amal SCTV, kemarin, membawa Selvi, bocah perempuan berusia sembilan tahun warga Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Barat, ke RS Mintohardjo. Menurut orang tua Selvi, Rohmani melalui telepon kepada SCTV, anaknya mengeluarkan darah dari hidung dan mulut. Sejak sepekan silam, Selvi mengalami demam. Namun, Rohmani tak membawa anaknya ke rumah sakit karena tak memiliki biaya.
Di rumah sakit, darah Selvi diperiksa dan hasilnya positif terkena demam berdarah. Seluruh biaya pengobatan Selvi sampai sembuh akan ditanggung Pundi Amal SCTV yang merupakan sumbangan pemirsa SCTV. Mereka mendapat bantuan dana bervariasi antara Rp 250 ribu hingga Rp 2,5 juta.(ZAQ/Tim Liputan 6 SCTV)
Berikut adalah daftar nama penerima dana Pundi Amal SCTV selama Ahad kemarin:
1. Siti Wulandari (delapan tahun)
2. Yuni Dwi H. (tujuh tahun)
3. Rani (delapan bulan)
4. Sumarni (26 tahun)
5. Novita Rida (18 tahun)
6. Arsih Herianto (tiga tahun)
7. Ade (40 tahun)
8. Imam Gozali (tiga tahun)
9. Muhammad Aziz (13 tahun)
10. Jenas Karlita (14 tahun)
11. Mujianto (31 tahun)
12. Feriansyah (empat tahun)
13. Della Safitra (lima tahun)
14. Icha (13 tahun)
15. Aldi (empat tahun)
16. Nina (22 tahun)
17. Azwar Anas (15 tahun)
18. Firda (tiga tahun)
19. Silvi (sembilan tahun)
20. Linda Aulinta (11 bulan)
21. Anisa Nur (3,5 tahun)
22. Aris Ardiyanto (13 tahun)