Dengan isak tangis, AS (53) membeberkan kasus asusila yang menimpa putrinya, AE. Sang ayah bertutur AE dipaksa oleh teman berinisial A dan C untuk melakukan hubungan intim di ruang kelas SMP di Jakarta Pusat. AS menyebut A dan C sebagai otak pembuat video asusila yang saat ini telah beredar luas.
Menurut AS, peristiwa itu bermula pada 13 Oktober 2013, saat jam pulang sekolah. Kala itu, AE berniat menemui seorang teman berinisial R dan teman-temannya yang sedang piket di lantai atas atau lantai 4 gedung sekolah itu.
Ternyata saat AE sampai di lantai atas, di ruangan kelas tersebut sudah ada seorang adik kelas pria berinisal FP. AE, R, dan FP, kemudian ngobrol di ruangan kelas VII itu. Selanjutnya, R turun dengan alasan membeli minum.
"Di dalam kelas itu tinggal anak saya dan FP, awalnya ngobrol, terus FP berbuat kurang ajar mencium bibir dan meraba, memegang payudara anak saya," kata AS di Kantor KPAI, Jalan TB Simatupang Nomor 33, Jakarta Timur, Selasa (29/10/2013).
"Anak saya marah dan berontak akhirnya FP melepaskan dan anak saya lari," tambah AS sambil menangis.
Setelah kejadian itu, tepatnya 27 Oktober 2013, AE bertengkar dengan temannya berinisial A dan C. Masalah pertengkaran itu adalah peristiwa yang dialami AE dan FP pada 13 Oktober. A dan C mengaku tahu peristiwa tersebut. Keduanya kemudian memaksa AE melakukan tindakan asusila dan merekamnya.
"Anak saya akhirnya dibawa sama A dan teman-temannya naik ke lantai atas dan diminta melakukan kemauan A. Apa yang dilakukan diatur semua oleh A seperti senyum dan harus enjoy, dan temannya C sebagai perekamnya," ungkap AS.
Setelah semua kejadian itu, AE diminta melakukannya lagi dengan 'live show', namun AE menolaknya. "Gue nggak mau, jangan paksa gue, gue akan laporin lo ke ibu gue," ujar AS menirukan ucapan putrinya.
Namun A menjawab "Kalau lo nggak mau, gue akan laporin ke Ibu Dewi (seorang guru) dan gue sebarin film-film yang gue punya," ucap AS menirukan cerita AE.
AS menjelaskan, ia mengetahui semua kejadian yang dialami anaknya saat AE mengikuti lomba fisika tingkat Provinsi DKI Jakarta. "Putri kami mengeluh nanti usai lomba aku naik kelas, aku mau keluar sekolah," jelas AS.
AS berujar, ia melapor ke KPAI dan polisi bukan untuk menuntut siapapun, namun hanya ingin keluarganya kembali hidup normal. "Jangankan kembali ke lingkungan masyarakat, untuk bertemu saudarapun kami sudah tak punya harga diri, bagaimana dengan nasib putri kami yang masa depannya sudah hancur?" ujarnya.
"Siapa yang akan bertanggung jawab atas semua kejadian yang dialami anak saya. Kami mohon untuk semua pihak bantu lindungi kami," ucap AS. (Eks/Sss)
Menurut AS, peristiwa itu bermula pada 13 Oktober 2013, saat jam pulang sekolah. Kala itu, AE berniat menemui seorang teman berinisial R dan teman-temannya yang sedang piket di lantai atas atau lantai 4 gedung sekolah itu.
Ternyata saat AE sampai di lantai atas, di ruangan kelas tersebut sudah ada seorang adik kelas pria berinisal FP. AE, R, dan FP, kemudian ngobrol di ruangan kelas VII itu. Selanjutnya, R turun dengan alasan membeli minum.
"Di dalam kelas itu tinggal anak saya dan FP, awalnya ngobrol, terus FP berbuat kurang ajar mencium bibir dan meraba, memegang payudara anak saya," kata AS di Kantor KPAI, Jalan TB Simatupang Nomor 33, Jakarta Timur, Selasa (29/10/2013).
"Anak saya marah dan berontak akhirnya FP melepaskan dan anak saya lari," tambah AS sambil menangis.
Setelah kejadian itu, tepatnya 27 Oktober 2013, AE bertengkar dengan temannya berinisial A dan C. Masalah pertengkaran itu adalah peristiwa yang dialami AE dan FP pada 13 Oktober. A dan C mengaku tahu peristiwa tersebut. Keduanya kemudian memaksa AE melakukan tindakan asusila dan merekamnya.
"Anak saya akhirnya dibawa sama A dan teman-temannya naik ke lantai atas dan diminta melakukan kemauan A. Apa yang dilakukan diatur semua oleh A seperti senyum dan harus enjoy, dan temannya C sebagai perekamnya," ungkap AS.
Setelah semua kejadian itu, AE diminta melakukannya lagi dengan 'live show', namun AE menolaknya. "Gue nggak mau, jangan paksa gue, gue akan laporin lo ke ibu gue," ujar AS menirukan ucapan putrinya.
Namun A menjawab "Kalau lo nggak mau, gue akan laporin ke Ibu Dewi (seorang guru) dan gue sebarin film-film yang gue punya," ucap AS menirukan cerita AE.
AS menjelaskan, ia mengetahui semua kejadian yang dialami anaknya saat AE mengikuti lomba fisika tingkat Provinsi DKI Jakarta. "Putri kami mengeluh nanti usai lomba aku naik kelas, aku mau keluar sekolah," jelas AS.
AS berujar, ia melapor ke KPAI dan polisi bukan untuk menuntut siapapun, namun hanya ingin keluarganya kembali hidup normal. "Jangankan kembali ke lingkungan masyarakat, untuk bertemu saudarapun kami sudah tak punya harga diri, bagaimana dengan nasib putri kami yang masa depannya sudah hancur?" ujarnya.
"Siapa yang akan bertanggung jawab atas semua kejadian yang dialami anak saya. Kami mohon untuk semua pihak bantu lindungi kami," ucap AS. (Eks/Sss)