Mahkamah Konstitusi (MK) akhirnya memiliki ketua baru pengganti Akil Mochtar yang tersangkut kasus dugaan suap sengketa 2 pilkada. Hamdan Zoelva menjadi Ketua MK dan Arief Hidayat menjadi Wakil Ketua MK. Pemilihan Ketua MK kali ini diakui para hakim konstitusi diliputi rasa prihatin dan penuh prahara.
"Ini berbeda pada pemilihan sebelumnya, saat itu saya bisa banyak berkata-kata. Tapi kali ini, pemilihan ketua dipilih dalam suasana prihatin," kata Arief Hidayat sebelum pemilihan Ketua MK di gedung MK, Jakarta Pusat, Jumat (1/11/2013).
Keprihatinan juga disampaikan hakim konstitusi Harjono. Menurut Ketua Majelis Kehormatan Hakim MK itu, dirinya dulu begitu bangga ketika melihat gambar gedung MK ditayangkan media. Tapi kini perasaan itu menjadi sebaliknya.
"Dan di meja saya, saya membuka surat yang isinya 'Maling-maling Hakim MK'. Saya merasakan itu, sangat merasakan. Tantangan ke depan ini memang tidak mudah bagi MK," ujar Harjono.
Bagi hakim Maria Farida peristiwa penangkapan Akil Mochtar sangat mengejutkan sekaligus menyedihkan. Hingga kini Maria masih tidak percaya bahwa kasus itu menjerat institusi MK.
"Dalam waktu seperti ini, kita perlu mencari pimpinan yang betul-betul diharapkan dapat menjaga dan membalikkan marwah dan kewibawaan mahkamah ini," ujar Maria.
Hakim Muhammad Alim mempunyai pengakuan lain. Sejak menginjakkan kaki di MK pada Juli 2008, dirinya 2 kali merasakan berita buruk di MK. Pada 2010 dan peristiwa Akil Mochtar pada awal Oktober lalu.
Dalam setiap kali pemilihan pimpinan MK, Alim mengaku tidak pernah memilih dirinya sendiri. Dan juga tidak ada suara dari hakim konstitusi lain untuk dirinya. "Kita saling mengingatkan bahwa, orang lain bisa kita bohongi. Pak Patrialis bisa saya bohongi, wartawan bisa saya bohongi, KPK bisa saya bohongi tapi Allah tidak bisa," tegas Alim. (Ism/Mut)
"Ini berbeda pada pemilihan sebelumnya, saat itu saya bisa banyak berkata-kata. Tapi kali ini, pemilihan ketua dipilih dalam suasana prihatin," kata Arief Hidayat sebelum pemilihan Ketua MK di gedung MK, Jakarta Pusat, Jumat (1/11/2013).
Keprihatinan juga disampaikan hakim konstitusi Harjono. Menurut Ketua Majelis Kehormatan Hakim MK itu, dirinya dulu begitu bangga ketika melihat gambar gedung MK ditayangkan media. Tapi kini perasaan itu menjadi sebaliknya.
"Dan di meja saya, saya membuka surat yang isinya 'Maling-maling Hakim MK'. Saya merasakan itu, sangat merasakan. Tantangan ke depan ini memang tidak mudah bagi MK," ujar Harjono.
Bagi hakim Maria Farida peristiwa penangkapan Akil Mochtar sangat mengejutkan sekaligus menyedihkan. Hingga kini Maria masih tidak percaya bahwa kasus itu menjerat institusi MK.
"Dalam waktu seperti ini, kita perlu mencari pimpinan yang betul-betul diharapkan dapat menjaga dan membalikkan marwah dan kewibawaan mahkamah ini," ujar Maria.
Hakim Muhammad Alim mempunyai pengakuan lain. Sejak menginjakkan kaki di MK pada Juli 2008, dirinya 2 kali merasakan berita buruk di MK. Pada 2010 dan peristiwa Akil Mochtar pada awal Oktober lalu.
Dalam setiap kali pemilihan pimpinan MK, Alim mengaku tidak pernah memilih dirinya sendiri. Dan juga tidak ada suara dari hakim konstitusi lain untuk dirinya. "Kita saling mengingatkan bahwa, orang lain bisa kita bohongi. Pak Patrialis bisa saya bohongi, wartawan bisa saya bohongi, KPK bisa saya bohongi tapi Allah tidak bisa," tegas Alim. (Ism/Mut)