Sekretaris Dewan Kehormatan (Wanhor) Partai Demokrat TB Silalahi mengkritik sikap kadernya yakni Ruhut Sitompul dan Sutan Bhatoegana karena kerap berbeda dengan Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang santun.
Menanggapi hal tersebut, Sutan Bhatoegana menjelaskan, kritik tersebut merupakan nasihat yang diberikan ayahnya kepada anak-anaknya. Ia pun tak permasalahkan ungkapan TB Silalahi tersebut.
"Saya kira itu bukan kritik, tapi nasihat dan saran seorang Bapak kepada anak-anaknya. Saya terima itu dengan senang hati," kata Sutan Bhatoegana kepada Liputan6.com melalui pesan singkatnya, Jakarta, Senin (4/11/2013).
Tak hanya itu, Bhatoegana yang juga merupakan Ketua Komisi VII DPR RI ini mengaku akan introspeksi diri terkait hal tersebut. Meskipun menurutnya, dia punya gaya tersendiri dalam berkomunikasi yang berbeda dengan budaya masyarakat Jawa.
"Saya juga kan sedang memperbaiki diri untuk berbenah di dalam penampilan dan berkomunikasi walau saya tetap punya gaya saya sendiri," kata Sutan.
Sebelumnya, dalam presentasinya di forum Bedah Buku 'Gus Dur Ku, Anda, Kita' karya Mohammad AS Hikam tersebut, TB Silalahi yang merupakan Sekretaris Wanhor PD menampilkan foto Ruhut dan Sutan Bhatoegana sebagai politisi Demokrat yang tidak mmeiliki kesantunan sikap seperti SBY.
TB Silalahi menyatakan, Wanhor Demokrat sudah sering memanggil Ruhut. Namun Ruhut selalu membela diri setiap kali diingatkan agar menjaga citra partai dengan menjaga etika politiknya.
"Sudah sering saya panggil dan saya bilangin, tapi apa coba kata mereka? 'Bang, kalau Pak SBY orang Jawa bisa seperti itu Bang, tapi kita kan dari Medan sudah biasalah bicara keras' katanya gitu," kata Sekretaris Dewan Kehormatan PD, TB Silalahi, dalam Diskusi dan Bedah Buku 'Gus Dur Ku, Anda, Kita' karya MAS Hikam di Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta Barat, Sabtu 2 November lalu.
Sebagai Sekretaris Wanhor PD, TB Silalahi bertanggung jawab memperingatkan kader yang melenceng dari aturan Demokrat.
"Partai Demokrat itu yang pertama kali menggunakan komunikasi politik yang bersih, cerdas, dan santun. Tetapi kader Demokrat sendiri kemudian yang merusak citra itu dengan aksi emosionalnya," kata TB Silalahi. (Mvi/Yus)
Menanggapi hal tersebut, Sutan Bhatoegana menjelaskan, kritik tersebut merupakan nasihat yang diberikan ayahnya kepada anak-anaknya. Ia pun tak permasalahkan ungkapan TB Silalahi tersebut.
"Saya kira itu bukan kritik, tapi nasihat dan saran seorang Bapak kepada anak-anaknya. Saya terima itu dengan senang hati," kata Sutan Bhatoegana kepada Liputan6.com melalui pesan singkatnya, Jakarta, Senin (4/11/2013).
Tak hanya itu, Bhatoegana yang juga merupakan Ketua Komisi VII DPR RI ini mengaku akan introspeksi diri terkait hal tersebut. Meskipun menurutnya, dia punya gaya tersendiri dalam berkomunikasi yang berbeda dengan budaya masyarakat Jawa.
"Saya juga kan sedang memperbaiki diri untuk berbenah di dalam penampilan dan berkomunikasi walau saya tetap punya gaya saya sendiri," kata Sutan.
Sebelumnya, dalam presentasinya di forum Bedah Buku 'Gus Dur Ku, Anda, Kita' karya Mohammad AS Hikam tersebut, TB Silalahi yang merupakan Sekretaris Wanhor PD menampilkan foto Ruhut dan Sutan Bhatoegana sebagai politisi Demokrat yang tidak mmeiliki kesantunan sikap seperti SBY.
TB Silalahi menyatakan, Wanhor Demokrat sudah sering memanggil Ruhut. Namun Ruhut selalu membela diri setiap kali diingatkan agar menjaga citra partai dengan menjaga etika politiknya.
"Sudah sering saya panggil dan saya bilangin, tapi apa coba kata mereka? 'Bang, kalau Pak SBY orang Jawa bisa seperti itu Bang, tapi kita kan dari Medan sudah biasalah bicara keras' katanya gitu," kata Sekretaris Dewan Kehormatan PD, TB Silalahi, dalam Diskusi dan Bedah Buku 'Gus Dur Ku, Anda, Kita' karya MAS Hikam di Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta Barat, Sabtu 2 November lalu.
Sebagai Sekretaris Wanhor PD, TB Silalahi bertanggung jawab memperingatkan kader yang melenceng dari aturan Demokrat.
"Partai Demokrat itu yang pertama kali menggunakan komunikasi politik yang bersih, cerdas, dan santun. Tetapi kader Demokrat sendiri kemudian yang merusak citra itu dengan aksi emosionalnya," kata TB Silalahi. (Mvi/Yus)