Pemprov DKI Jakarta melaksanakan sejumlah langkah antisipasi pencegahan banjir di ibukota. Bila pada periode lalu, pihaknya hanya fokus menangani sungai-sungai besar, saat ini saluran air di perumahan juga mulai mendapat perhatian.
"Hingga 2013 ini, kami akan kerjakan 160 saluran dulu. Sisanya tahun depan," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI, Manggas Rudy Siahaan di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (7/11/2013).
Ada sekitar 884 unit saluran penghubung (PHB) di perumahan-perumahan di Jakarta. Saluran kecil tersebut berfungsi menjaga agar tidak terjadi banjir atau genangan di permukiman. Sementara, pekerjaan penangan dilakukan di titik utama seperti Pedongkelan, Pondok Bambu, Utan Kayu, Kali Sari di Jakarta Timur, serta Kelapa Gading, dan Pluit di Jakarta Utara.
Namun, kondisi saluran penghubung tersebut sudah tidak layak lagi. Selain itu, saluran-saluran tersebut sebagian besar tersumbat oleh sampah rumah tangga dan lumpur. Sehingga saat hujan tiba, air tidak dapat mengalir ke sungai yang lebih besar.
Tidak hanya itu. Berdasarkan data dari Dinas PU DKI, terdapat 18 jaringan submakro atau sungai sedang yang juga dikeruk. Kemudian, Jakarta juga memiliki 39 sistem jaringan kali submakro dengan 125 anak sungai.
Total ada sekitar 300 kilometer lebih jaringan kali submakro di DKI Jakarta yang terbagi dalam 3 aliran, yaitu aliran timur sepanjang 145 kilometer, aliran barat 44 kilometer, dan aliran tengah sepanjang 115 kilometer.
Jaringan kali tersebut terhubung dengan 13 sungai utama yaitu Kali Angke, Kali Mookervart, Kali Pesanggrahan, Kali Krukut, Kali Grogol, Kali Baru Barat, Kali Ciliwung, Kali Baru Timur, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung.
"Peran kali submakro ini penting karena bisa membagi beban kali utama di Jakarta. Jadi, air hujan tidak langsung mengalir ke sungai besar tapi terbagi si jaringan kecil ini dulu," ujar Manggas. (Yus)
[baca juga: Sambut Musim Hujan, Jokowi Perintahkan Keruk Sampah 10 Saluran]
"Hingga 2013 ini, kami akan kerjakan 160 saluran dulu. Sisanya tahun depan," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI, Manggas Rudy Siahaan di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (7/11/2013).
Ada sekitar 884 unit saluran penghubung (PHB) di perumahan-perumahan di Jakarta. Saluran kecil tersebut berfungsi menjaga agar tidak terjadi banjir atau genangan di permukiman. Sementara, pekerjaan penangan dilakukan di titik utama seperti Pedongkelan, Pondok Bambu, Utan Kayu, Kali Sari di Jakarta Timur, serta Kelapa Gading, dan Pluit di Jakarta Utara.
Namun, kondisi saluran penghubung tersebut sudah tidak layak lagi. Selain itu, saluran-saluran tersebut sebagian besar tersumbat oleh sampah rumah tangga dan lumpur. Sehingga saat hujan tiba, air tidak dapat mengalir ke sungai yang lebih besar.
Tidak hanya itu. Berdasarkan data dari Dinas PU DKI, terdapat 18 jaringan submakro atau sungai sedang yang juga dikeruk. Kemudian, Jakarta juga memiliki 39 sistem jaringan kali submakro dengan 125 anak sungai.
Total ada sekitar 300 kilometer lebih jaringan kali submakro di DKI Jakarta yang terbagi dalam 3 aliran, yaitu aliran timur sepanjang 145 kilometer, aliran barat 44 kilometer, dan aliran tengah sepanjang 115 kilometer.
Jaringan kali tersebut terhubung dengan 13 sungai utama yaitu Kali Angke, Kali Mookervart, Kali Pesanggrahan, Kali Krukut, Kali Grogol, Kali Baru Barat, Kali Ciliwung, Kali Baru Timur, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung.
"Peran kali submakro ini penting karena bisa membagi beban kali utama di Jakarta. Jadi, air hujan tidak langsung mengalir ke sungai besar tapi terbagi si jaringan kecil ini dulu," ujar Manggas. (Yus)
[baca juga: Sambut Musim Hujan, Jokowi Perintahkan Keruk Sampah 10 Saluran]