Liputan6.com, Tapanuli Utara: Para petani kopi di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara, senang. Hasil panen mereka kini kembali dilirik pasar mancanegara. Permintaan pasar luar negeri atas kopi dari Tapanuli Utara mencapai 200 ribu ton per tahun dengan nilai lebih dari Rp 100 miliar. Harga kopi mentah pun cukup kompetitif: Rp 3.500 sampai Rp 5.000 per kilogram. Demikian hasil pantauan SCTV di Tapanuli Utara, baru-baru ini.
Kabupaten Tapanuli Utara memang terkenal sebagai penghasil kopi lintong yang memiliki citarasa tinggi layaknya kopi arabika Brasil dan Kolumbia. Namun selama ini petani kopi di sana kerap dipermainkan para tengkulak yang membeli panen mereka dengan harga rendah. Nasih petani mulai berubah setelah beberapa waktu silam di daerah Bumi Silangit, Kecamatan Siborong-borong, dibangun pabrik kopi bernilai investasi Rp 67 miliar.
Pembangunan pabrik terbukti menggairahkan minat para petani kopi. Apalagi sampai kini daerah Sumatra Utara, baru bisa memenuhi 120 ribu ton kopi per tahun yang dipasarkan di Asia Tenggara, Amerika dan Eropa. Padahal permintaan pasar akan kopi Sumut lebih dari jumlah itu. Dan, untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia, kini pemerintah daerah setempat sudah memobilisasi 25 ribu hektare lahan kopi baru.
Karena besarnya minat dunia akan kebutuhan kopi, pemerintah berencana membangun pasar regional. Namun sebelumnya lebih dulu akan disiapkan pasar lelang kopi, cokelat dan sayur mayur. Langkah ini diharapkan mampu merebut pasar kopi yang sempat diambil alih Vietnam. Lebih jauh dari itu, Indonesia ditargetkan menjadi produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Kolombia.(ICH/Chaerul Dharma dan Cuk Arbianto)
Kabupaten Tapanuli Utara memang terkenal sebagai penghasil kopi lintong yang memiliki citarasa tinggi layaknya kopi arabika Brasil dan Kolumbia. Namun selama ini petani kopi di sana kerap dipermainkan para tengkulak yang membeli panen mereka dengan harga rendah. Nasih petani mulai berubah setelah beberapa waktu silam di daerah Bumi Silangit, Kecamatan Siborong-borong, dibangun pabrik kopi bernilai investasi Rp 67 miliar.
Pembangunan pabrik terbukti menggairahkan minat para petani kopi. Apalagi sampai kini daerah Sumatra Utara, baru bisa memenuhi 120 ribu ton kopi per tahun yang dipasarkan di Asia Tenggara, Amerika dan Eropa. Padahal permintaan pasar akan kopi Sumut lebih dari jumlah itu. Dan, untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia, kini pemerintah daerah setempat sudah memobilisasi 25 ribu hektare lahan kopi baru.
Karena besarnya minat dunia akan kebutuhan kopi, pemerintah berencana membangun pasar regional. Namun sebelumnya lebih dulu akan disiapkan pasar lelang kopi, cokelat dan sayur mayur. Langkah ini diharapkan mampu merebut pasar kopi yang sempat diambil alih Vietnam. Lebih jauh dari itu, Indonesia ditargetkan menjadi produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Kolombia.(ICH/Chaerul Dharma dan Cuk Arbianto)