Sukses

Dari Suami Ratu Atut Wafat sampai Soekarno `Bantu` Sekutu

Suami Ratu Atut, Hikmat Tomet meninggal akibat stroke. Heli TNI AD jatuh di Malinau saat ditugaskan untuk membuat pos perbatasan.

Saat kekuasaan Dinasti Ratu Atut Chosiyah tengah digonjang-ganjing dugaan suap dan korupsi, duka menerpa Gubernur Banten. Suami Atut, Hikmat Tomet, pergi meninggalkan dia untuk selama-lamanya. Informasi ini menjadi berita yang dicari pecinta Liputan6.com.

Selain almarhum Hikmat Tomet, kabar duka menyelimuti kembali dunia penerbangan Indonesia. Sebuah helikopter milik TNI Angkatan Darat jenis MI-17 jatuh di wilayah Pujungan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, saat bertugas membangun pos perbatasan Indonesia-Malaysia.

2 informasi tersebut mengisi 5 berita yang masuk dalam top 5 Artikel News Liputan6.com, sepanjang Sabtu 9 November 2013.

Suami Ratu Atut Chosiyah, Hikmat Tomet Wafat

Innalillahi wainnailaihi rojiun... Hikmat Tomet, suami Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Hikmat wafat setelah sebulan lamanya dirawat di RSPAD akibat menderita stroke.

"Sudah 2 bulan terakhir ini Bapak sakit stroke," kata juru bicara keluarga Ratu Atut, Fitron Nur Iksan, saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (9/11/2013).

Hikmat Tomet menghembuskan nafas terakhir pukul 15.20 WIB di RSPAD Gatot Subroto pada usia 58 tahun. Pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, 5 Juni 1955 ini meninggalkan seorang istri yakni Ratu Atut dan 3 anak. Almarhum disemayamkan di rumah duka Jalan Bhayangkari no 51, Serang, Banten. Rencananya, jenazah Hikmat akan dikebumikan di pemakaman keluarga Ciomas, Banten.

`Jokowi, Nelson Mandela Indonesia`

Sosok Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memang banyak mencuri perhatian. Tak hanya para pewarta lokal yang senang 'membuntutinya', para pemburu berita dari negara asing pun kerap melakukan hal serupa. Alhasil, sang mantan walikota Surakarata itu bak superstar di negaranya, selain menjadi tokoh penting yang berkembang dalam politik Asia.

Kali ini sosok Gubernur berperawakan kurus tinggi ini menjadi buah bibir sebuah media online di Jerman, spiegel.de. Media tersebut menulis bahwa Jokowi memiliki percampuran karakter yang tak biasa alias unik.

"Terkadang ia berperilaku seperti tokoh legendaris Kalif Harun Al-Rasyid, yang terbiasa menyelinap keluar istana di Bagdad pada malam hari untuk berbaur dengan orang-orang biasa -- dengan menyamar, untuk mempelajari apa yang mereka pikirkan," demikian dikutip dari spiegel.de yang dilansir Liputan6.com, Jumat (8/11/2013).

"Kadang-kadang ia (Jokowi) juga terlihat seperti Nelson Mandela, yang mempesona dengan sikap optimismenya," sambung kutipan tersebut.


Sekutu Nyaris Bertekuk Lutut, Bung Karno `Menyelamatkan`

Sabtu, 27 Oktober 1945. Menjelang siang, sebuah pesawat militer menjatuhkan ribuan pamflet di atas Surabaya. Isi pamflet itu: Sekutu akan menegakkan keamanan dan ketertiban. Hanya tentara Sekutu yang boleh membawa senjata. Jika ada pihak lain yang membawa senjata, bakal ditembak.

Pamflet itu diteken Mayjen. D.C. Hawthorn, Panglima Sekutu untuk wilayah Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Pamflet serupa juga disebar di Jakarta, Bandung, dan Semarang. Tapi, ditanggapi dingin-dingin saja.

Di Surabaya, lain cerita. Mereka sangat curiga, Belanda memanfaatkan kedatangan Sekutu untuk kembali menjajah dan menumbangkan Republik Indonesia yang masih bayi.  Seluruh senjata diminta diserahkan dalam tempo 48 jam. Namun, selepas magrib, pertempuran pecah di berbagai sudut kota.

Brigade ke-49 Inggris, yang mewakili Sekutu di Surabaya dan dipimpin Brigjen AWS Mallaby, berjumlah 6.000 orang. Mereka berhadapan dengan sekitar 30 ribu anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan puluhan ribu rakyat sipil bersenjata.

Selain unggul dalam jumlah personel, pihak Republik juga memiliki 12 tank dan beberapa meriam. Semua hasil rampasan dari Jepang. Pun, dukungan total dari seluruh rakyat tanpa mengenal usia.

Hal lain, pihak Republik sukses memutus pasokan listrik dan air bersih ke pasukan Sekutu. Mereka mati kutu. Di tengah-tengah situasi itu, Sekutu meminta bantuan pimpinan tertinggi Republik.

Pada 29 Oktober pagi, sebuah pesawat Angkatan Udara Inggris mendarat di lapangan udara Morokrembangan, Surabaya. Pesawat itu membawa Bung Karno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Menteri Penerangan Amir Sjarifuddin, dan sejumlah perwira Inggris.

Untuk beberapa jam, trio pemimpin itu berada di markas tentara Inggris. Akhirnya disepakati gencatan senjata.

Helikopter TNI AD MI-17 Jatuh di Malinau

Helikopter milik TNI Angkatan Darat jenis MI-17 jatuh di wilayah Pujungan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, Sabtu (9/11/2013). 13 Orang tewas dalam kecelakaan itu, 5 korban di antaranya prajurit TNI. Tim SAR gabungan dari TNI dan Basarnas telah mengevakuasi seluruh penumpang dan kru heli yang berjumlah 19 orang.

"Iya memang benar, 5 prajurit TNI gugur dari 13 korban tewas akibat jatuhnya heli tersebut," kata Kepala Penerangan Kodam VI/Mulwarman Kolonel (Inf) Legowo WR Jadmiko di Samarinda, Sabtu (9/11/2013).

Legowo menambahkan 6 orang selamat dalam kecelakaan tersebut. 2 prajurit TNI AD yakni, Sertu Joko dan Praka Siburuan, dan 4 warga sipil yakni Mendan Bilung, Albert Daud, Fredy Usang dan Dasem Njuk.

"Korban selamat mengalami luka bakar dan semuanya telah dievakuasi ke Rumah sakit Angkatan Laut Tarakan," kata Legowo.

Kecelakaan terjadi saat helikopter angkut buatan Rusia tersebut ditugaskan untuk mengangkut personel, warga dan bahan material untuk pembangunan sejumlah pos perbatasan Indonesia-Malaysia.

"Helikopter tersebut mengangkut personel, warga dan material bangunan untuk pembangunan pos perbatasan Indonesia-Malaysia," kata Legowo. (Adi)
Video Terkini