Dampak Topan Haiyan Filipina 8 November 2013 dinilai mirip Tsunami Aceh 26 Desember 2004. Palang Merah Indonesia (PMI) dan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) pun akan mengulurkan tangan.
"Sama tingkat kerusakannya," ucap Ketua Umum PMI Jusuf Kalla di Sydney, Australia, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Selasa (12/11/2013).
Dituturkan JK yang menjabat Wapres saat Tsunami Aceh, pada Topan Haiyan Filipina banyak bangunan yang rusak parah dan rata dengan tanah akibat hantaman badai dan air yang menerjang pemukiman warga yang berada di pesisir pantai. Karena itu dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk merehabilitasi dan merekonstruksi kembali bangunan dan sarana umum/sosial yang rusak akibat badai Haiyan tersebut.
PMI menyiapkan relawan dan logistik yang akan dikirim ke lokasi bencana. ICRC akan menyiapkan pendanaan dan supervisi kegiatan di lapangan. Selain dengan ICRC, PMI juga akan mengajak Perhimpunan Nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional untuk bersama-sama bekerja membantu korban Topan Haiyan.
Kesepakatan antara PMI dan ICRC ini dicapai setelah JK melakukan pembicaraan bilateral di sela-sela Sidang Umum Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional yang dilaksanakan di Sydney Convention Center, Sydney Australia.
"Ada beberapa hal yang telah disepakati, yaitu PMI dan ICRC melakukan operasi bersama dalam fase tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi," sebut JK.
Berdasarkan pengalaman menangani bencana alam di Indonesia, JK menerangkan, fase tanggap darurat biasanya memakan waktu 3 minggu hingga 1 bulan. Lalu dilakukan rehabilitasi bangunan dan sarana umum/sosial yang mengalami kerusakan. Kemudian dilanjutkan rekonstruksi kembali sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan parah.
"Oleh karena itu PMI Pusat telah membuat perencanaan dan peta operasi tanggap darurat yang akan segera dilakukan. Antara lalin mengirimkan tim pendahulu ke lokasi bencana untuk melakukan assessment akan kebutuhan mendesak bagi korban, penyiapan lokasi rumah sakit lapangan yang akan dibangun oleh PMI dan ICRC, lokasi pembuatan sarana air bersih (watsan)," urai JK.
JK yang didampingi Sekjen PMI Pusat Budi Atmadi Adipoetro dan Ketua Bidang Penganggulangan Bencana PMI Pusat Letjen TNI Purn Soemarsono menuturkan, PMI akan menyiapkan 500 hingga 1.000 ton beras, 1.000 karton mi instan, 2 set rumah sakit lapangan, 2 mobil Haglun (amfibi), 2 helikopter Bolcow-105, 5 set peralatan watsan yang didatangkan dari Bandung, Jawa Barat, dan ribuan paket family kit, hygiene kit, serta baby kit.
PMI Pusat juga akan memberangkatkan relawan yang terdiri dari Dokter Lapangan yang direkrut dari Manado, Makassar dan RS PMI Bogor, ahli Watsan dari Bandung dan Yogyakarta. Mereka telah berpengalaman bekerja di Haiti, Myanmar, Thailand, Kamboja, serta Aceh, Yogyakarta, Kepulauan Mentawai dan Nias. Mereka akan diberangkatkan bersama-sama barang bantuan yang diangkut menggunakan kapal roro milik Kalla Lines.
Pemberontak
Presiden ICRC Peter Maurer yang didampingi Head of Delegation ICRC Asia Pasifik Alain Aeschliman mengatakan, keterlibatan pihaknya membantu korban Topan Haiyan di Filipina karena sebagian lokasi bencana tersebut merupakan wilayah konflik antara Pemerintah Filipina dengan pemberontak.
"Pengalaman Pak Jusuf Kalla menyelesaikan bencana tsunami di Aceh, secara bersama menyelesaikan konflik antara Pemerintah RI dan GAM saat itu, menjadi salah satu penilaian sehingga ICRC mengajak PMI bekerja sama di Filipina," jelas Maurer. Â
ICRC juga telah menyiapkan dana sekitar US$ 15 juta untuk digunakan dalam operasi bantuan kemanusiaan bagi korban Topan Haiyan yang menerjang Filipina. ICRC mengharapkan PMI bisa segera memberangkatkan relawan dan logistik ke lokasi bencana, sehingga para korban yang selamat bisa mendapatkan bantuan. (Sss)
"Sama tingkat kerusakannya," ucap Ketua Umum PMI Jusuf Kalla di Sydney, Australia, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Selasa (12/11/2013).
Dituturkan JK yang menjabat Wapres saat Tsunami Aceh, pada Topan Haiyan Filipina banyak bangunan yang rusak parah dan rata dengan tanah akibat hantaman badai dan air yang menerjang pemukiman warga yang berada di pesisir pantai. Karena itu dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk merehabilitasi dan merekonstruksi kembali bangunan dan sarana umum/sosial yang rusak akibat badai Haiyan tersebut.
PMI menyiapkan relawan dan logistik yang akan dikirim ke lokasi bencana. ICRC akan menyiapkan pendanaan dan supervisi kegiatan di lapangan. Selain dengan ICRC, PMI juga akan mengajak Perhimpunan Nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional untuk bersama-sama bekerja membantu korban Topan Haiyan.
Kesepakatan antara PMI dan ICRC ini dicapai setelah JK melakukan pembicaraan bilateral di sela-sela Sidang Umum Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional yang dilaksanakan di Sydney Convention Center, Sydney Australia.
"Ada beberapa hal yang telah disepakati, yaitu PMI dan ICRC melakukan operasi bersama dalam fase tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi," sebut JK.
Berdasarkan pengalaman menangani bencana alam di Indonesia, JK menerangkan, fase tanggap darurat biasanya memakan waktu 3 minggu hingga 1 bulan. Lalu dilakukan rehabilitasi bangunan dan sarana umum/sosial yang mengalami kerusakan. Kemudian dilanjutkan rekonstruksi kembali sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan parah.
"Oleh karena itu PMI Pusat telah membuat perencanaan dan peta operasi tanggap darurat yang akan segera dilakukan. Antara lalin mengirimkan tim pendahulu ke lokasi bencana untuk melakukan assessment akan kebutuhan mendesak bagi korban, penyiapan lokasi rumah sakit lapangan yang akan dibangun oleh PMI dan ICRC, lokasi pembuatan sarana air bersih (watsan)," urai JK.
JK yang didampingi Sekjen PMI Pusat Budi Atmadi Adipoetro dan Ketua Bidang Penganggulangan Bencana PMI Pusat Letjen TNI Purn Soemarsono menuturkan, PMI akan menyiapkan 500 hingga 1.000 ton beras, 1.000 karton mi instan, 2 set rumah sakit lapangan, 2 mobil Haglun (amfibi), 2 helikopter Bolcow-105, 5 set peralatan watsan yang didatangkan dari Bandung, Jawa Barat, dan ribuan paket family kit, hygiene kit, serta baby kit.
PMI Pusat juga akan memberangkatkan relawan yang terdiri dari Dokter Lapangan yang direkrut dari Manado, Makassar dan RS PMI Bogor, ahli Watsan dari Bandung dan Yogyakarta. Mereka telah berpengalaman bekerja di Haiti, Myanmar, Thailand, Kamboja, serta Aceh, Yogyakarta, Kepulauan Mentawai dan Nias. Mereka akan diberangkatkan bersama-sama barang bantuan yang diangkut menggunakan kapal roro milik Kalla Lines.
Pemberontak
Presiden ICRC Peter Maurer yang didampingi Head of Delegation ICRC Asia Pasifik Alain Aeschliman mengatakan, keterlibatan pihaknya membantu korban Topan Haiyan di Filipina karena sebagian lokasi bencana tersebut merupakan wilayah konflik antara Pemerintah Filipina dengan pemberontak.
"Pengalaman Pak Jusuf Kalla menyelesaikan bencana tsunami di Aceh, secara bersama menyelesaikan konflik antara Pemerintah RI dan GAM saat itu, menjadi salah satu penilaian sehingga ICRC mengajak PMI bekerja sama di Filipina," jelas Maurer. Â
ICRC juga telah menyiapkan dana sekitar US$ 15 juta untuk digunakan dalam operasi bantuan kemanusiaan bagi korban Topan Haiyan yang menerjang Filipina. ICRC mengharapkan PMI bisa segera memberangkatkan relawan dan logistik ke lokasi bencana, sehingga para korban yang selamat bisa mendapatkan bantuan. (Sss)