Gempa 7,8 skala Richter di Provinsi Sichuan, China, tak mungkin dilupakan Huang Qi. Aktivis ini, November 2009, divonis penjara 3 tahun oleh hakim pengadilan distrik Wuhou, Cina.
Huang ditahan sejak 10 Juni 2009 setelah mengunggah tulisan di blognya yang mengkritisi lambannya respons pemerintah terhadap gempa bumi pada Mei 2008 tersebut.
Selain mengkritik pemerintah, kepada media asing, Huang juga menyampaikan kritik para orangtua yang anak-anaknya tertimbun reruntuhan bangunan sekolah.
Vonis itu memicu protes dari berbagai kalangan. "Pemerintah China menghukum orang yang berupaya membantu korban,” ujar Direktur Amnesti Internasional untuk Asia Pasifik, Sam Zarifi.
Gempa itu sendiri punya daya rusak luar biasa. Diperkirakan 90 ribu orang meregang nyawa. Pusat gempa atau episentrum berada sekitar 92 km dari Chengdu, ibukota Sichuan.
BBC melaporkan, salah satu kawasan yang mengalami dampak terparah adalah Beichuan, sekitar 50 km dari episentrum. Sebanyak 80 persen gedung dilaporkan hancur.
Lalu, ratusan orang dilaporkan terkubur di dua kompleks industri kimia yang ambruk di Shifang, Sichuan.
Guncangan gempa terasa hingga Beijing, Bangkok, dan Hanoi. Para pekerja di Beijing, sekitar 1.600 km dari Chengdu, mengatakan, gedung-gedung bergoyang selama sekitar dua menit. Warga berebut keluar.
Sebanyak 44 gempa susulan dilaporkan terjadi sejak gempa yang dilaporkan paling dahsyat di Sichuan dalam 30 tahun terakhir.
Gempa ini memang masih 'kalah' dengan yang terjadi di Tangshan, kota industri di China, pada 1976. Di sana, sekitar 240 ribu orang tewas.
Runtuhnya ribuan bangunan sekolah menjadi sorotan tajam. Sumber resmi menyebutkan, ada 5.335 gedung sekolah yang runtuh.
Para aktivis dan sejumlah warga meragukan keterangan tersebut. Dalam catatan mereka, ada 7000 bangunan sekolah yang hancur. Puluhan ribu anak menjadi korban saat di sekolah karena gempa terjadi pada siang hari.
Mereka menuding, pemerintah China menyembunyikan fakta ada lebih banyak gedung sekolah yang bobrok dan roboh. Dugaannya, aparat birokrasi melakukan korupsi dan gedung sekolah dibangun dengan material berkualitas rendah.
Isu ini juga membawa korban lain. Tan Zuoren, aktivis yang menyelidiki isu ini, dipenjara 5 tahun pada Februari 2010. Tuduhannya: menggoyang kewibawaan pemerintah.
Tapi, perjuangan Huang Qi dan Tan Zuoren tak sia-sia. Deutsche Welle melaporkan, pasca-gempa 2008, pihak berwenang memperketat aturan mendirikan bangunan agar lebih tahan gempa. Bangunan-bangunan baru dirancang untuk kuat menahan guncangan gempa 8 SR.
Pada 20 April 2013, Sichuan kembali diguncang gempa. Kekuatannya 7,0 SR. Sekitar 200 orang dilaporkan tewas. Menurut pemerintah setempat, sebagian besar bangunan baru sanggup bertahan. Di kawasan gempa, cuma 3,8 persen bangunan publik yang rusak. Pada 2008, hampir 40 persen bangunan hancur. (Yus)
Huang ditahan sejak 10 Juni 2009 setelah mengunggah tulisan di blognya yang mengkritisi lambannya respons pemerintah terhadap gempa bumi pada Mei 2008 tersebut.
Selain mengkritik pemerintah, kepada media asing, Huang juga menyampaikan kritik para orangtua yang anak-anaknya tertimbun reruntuhan bangunan sekolah.
Vonis itu memicu protes dari berbagai kalangan. "Pemerintah China menghukum orang yang berupaya membantu korban,” ujar Direktur Amnesti Internasional untuk Asia Pasifik, Sam Zarifi.
Gempa itu sendiri punya daya rusak luar biasa. Diperkirakan 90 ribu orang meregang nyawa. Pusat gempa atau episentrum berada sekitar 92 km dari Chengdu, ibukota Sichuan.
BBC melaporkan, salah satu kawasan yang mengalami dampak terparah adalah Beichuan, sekitar 50 km dari episentrum. Sebanyak 80 persen gedung dilaporkan hancur.
Lalu, ratusan orang dilaporkan terkubur di dua kompleks industri kimia yang ambruk di Shifang, Sichuan.
Guncangan gempa terasa hingga Beijing, Bangkok, dan Hanoi. Para pekerja di Beijing, sekitar 1.600 km dari Chengdu, mengatakan, gedung-gedung bergoyang selama sekitar dua menit. Warga berebut keluar.
Sebanyak 44 gempa susulan dilaporkan terjadi sejak gempa yang dilaporkan paling dahsyat di Sichuan dalam 30 tahun terakhir.
Gempa ini memang masih 'kalah' dengan yang terjadi di Tangshan, kota industri di China, pada 1976. Di sana, sekitar 240 ribu orang tewas.
Runtuhnya ribuan bangunan sekolah menjadi sorotan tajam. Sumber resmi menyebutkan, ada 5.335 gedung sekolah yang runtuh.
Para aktivis dan sejumlah warga meragukan keterangan tersebut. Dalam catatan mereka, ada 7000 bangunan sekolah yang hancur. Puluhan ribu anak menjadi korban saat di sekolah karena gempa terjadi pada siang hari.
Mereka menuding, pemerintah China menyembunyikan fakta ada lebih banyak gedung sekolah yang bobrok dan roboh. Dugaannya, aparat birokrasi melakukan korupsi dan gedung sekolah dibangun dengan material berkualitas rendah.
Isu ini juga membawa korban lain. Tan Zuoren, aktivis yang menyelidiki isu ini, dipenjara 5 tahun pada Februari 2010. Tuduhannya: menggoyang kewibawaan pemerintah.
Tapi, perjuangan Huang Qi dan Tan Zuoren tak sia-sia. Deutsche Welle melaporkan, pasca-gempa 2008, pihak berwenang memperketat aturan mendirikan bangunan agar lebih tahan gempa. Bangunan-bangunan baru dirancang untuk kuat menahan guncangan gempa 8 SR.
Pada 20 April 2013, Sichuan kembali diguncang gempa. Kekuatannya 7,0 SR. Sekitar 200 orang dilaporkan tewas. Menurut pemerintah setempat, sebagian besar bangunan baru sanggup bertahan. Di kawasan gempa, cuma 3,8 persen bangunan publik yang rusak. Pada 2008, hampir 40 persen bangunan hancur. (Yus)