Liputan6.com, Jakarta: Perang urat syaraf antarpartai politik menjelang pemilihan umum sudah dimulai. Dengan berbagai cara, mereka menarik simpati masyarakat. Beberapa parpol bahkan berperang kata membela rezim. Juru kampanye nasional Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) R. Hartono di Yogyakarta menyatakan, kebanggaannya terhadap kesuksesan Orde Baru membangun negeri. Dia pun mengajak warga Yogyakarta menjadi antek bekas Presiden Soeharto, penguasa Orba. "Jika merasa orang Yogya marilah jadi antek Soeharto," ucap Hartono.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tak kalah diam. Jurkamnas PDIP Sabam Sirait di Medan, Sumatra Utara, menyatakan, keterpurukan bangsa selama ini dikarenakan rezim Orde Baru [baca: Juru Kampanye PDIP Menghina Parpol Lain]. "Pemerintahan Habibie, Gus Dur, dan Megawati ditinggalkan utang oleh Soeharto Rp 1.500 triliun. Ibu Mega sudah membayar utang itu Rp 300 triliun," kata Sabam berapi-api.
Cara berkampanye pun tak lagi konvensional dengan mengumpulkan massa di lapangan terbuka atau pawai keliling. Ketua Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PPDK) Andi Mallarangeng berkampanye dengan keluar masuk Pasar Prawiro Taman, Yogyakarta. Sejumlah pedagang dan warga memang antusias menyambut kedatangan Andi. Namun, boleh jadi visi dan misi PPDK tak tersampaikan. Karena Andi sibuk melayani permintaan tanda tangan warga [baca: PKS Menggalang Dukungan buat Habibie].
Sementara simpatisan Partai Kebangkitan Bangsa menarik perhatian warga dengan menggelar atraksi sepeda motor di Jember, Jawa Timur. Seorang pengendara motor berdiri dan meloncat-loncat di atas sepeda motor yang melaju kencang.
Lain lagi yang dilakukan pedagang bakso yang menjadi caleg PDIP di Lampung. Dia mencetak 3.000 kantong plastik berlogo partai dan namanya untuk membungkus barang dagangan. Cara ini dianggap lebih efektif karena langsung diberikan pada calon pemilih dan membutuhkan biaya relatif lebih murah.
Mahasiswa Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat, rupanya kurang berminat menghadiri kampanye parpol. Kampanye PPDK dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia di Kampus ITB hanya segelintir mahasiswa dan wartawan [baca: Gara-Gara Telat, Jurkam PAN Ditinggalkan Massanya]. Meski demikian, jurkamnas kedua partai itu tetap bersemangat menyampaikan program, serta visi dan misi partai.
Sedangkan sebagian massa lebih senang menikmati musik hiburan daripada mendengarkan orasi juru kampanye. Massa PDIP di Ambarawa, Jawa Tengah, membubarkan diri setelah hiburan musik dangdut selesai. Padahal jurkam Sutarjo Surjogoeritno belum juga naik panggung [baca: Kampanye PDIP di Semarang Diwarnai Perkelahian].
Nasib serupa dialami Haryanto Taslam, jurkamnas Partai Nasional Banteng Kemerdekaan yang berorasi di Sidoarjo, Jatim. Sebagian massa meninggalkan lokasi kampanye seusai hiburan musik. Ulah serupa dilakukan pendukung Partai Perhimpunan Indonesia Baru di Medan, Sumut. Mereka rela berjoget di bawah terik matahari saat hiburan musik dangdut berlangsung. Ketika juru kampanye berorasi, massa pun berteduh
Di tengah persaingan partai berkampanye dan mobilisasi massa dibutuhkan ketegasan anggota Komisi Pemilihan Umum dan Panitia Pengawas Pemilu. Anggota KPU Jember, Jatim, sempat beradu mulut dengan pengurus PKPB yang dianggap melanggar jadwal pemilu. Sikap tegas KPU dan Panwaslu Kabupaten Jember kembali ditunjukkan saat melayangkan surat teguran kepada pengurus Dewan Pimpinan Cabang Partai Amanat Nasional Sumbersari. Surat itu adalah buntut dari konvoi massa PAN yang berkonvoi tidak sesuai jadwal [baca: KPU Jember Menertibkan Konvoi Parpol].
Massa kampanye baru memasuki pekan kedua dan pemilu legislatif masih 15 hari lagi. Namun, surat suara telah beredar Wonodri Kopen, Semarang, Jawa Tengah. Padahal, benda ini tak boleh beredar sebelum waktunya karena dapat menodai proses pemilu. Kebocoran itu diduga berasal dari CV Aneka Ilmu, perusahaan percetakan yang menerima pesanan membuat surat suara. Dari pemeriksaan tertutup, Direktur CV Aneka Ilmu Suwanto mengatakan, peredaran surat suara diduga dilakukan salah seorang karyawan yang bertugas di bagian finishing [baca: Dirut Percetakan Surat Suara Bermasalah Diperiksa].
Masyarakat juga dikejutkan oleh laporan ratusan surat suara yang telah dicoblos pada kolom partai tertentu di Jember. Sementara di Kediri, hampir 30 ribu kertas suara diterima dalam keadaan rusak [baca: Surat Suara di Jatim Rusak dan Cacat]. Hal ini menuai protes keras dari parpol peserta pemilu kepada KPU.
Kertas suara yang beredar sebelum waktunya dan rusak ditemukan di sejumlah daerah. Peristiwa ini tak urung menimbulkan kekhawatiran banyak pihak yang menginginkan pemilu bersih dan jujur masih impian. Kasus ini sudah semestinya menjadi perhatian semua pihak mengingat kertas suara adalah elemen penting dalam pemilu. Taruhan pemilu adalah nasib bangsa ini di masa mendatang.(ZAQ/Tim Liputan 6 SCTV)
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tak kalah diam. Jurkamnas PDIP Sabam Sirait di Medan, Sumatra Utara, menyatakan, keterpurukan bangsa selama ini dikarenakan rezim Orde Baru [baca: Juru Kampanye PDIP Menghina Parpol Lain]. "Pemerintahan Habibie, Gus Dur, dan Megawati ditinggalkan utang oleh Soeharto Rp 1.500 triliun. Ibu Mega sudah membayar utang itu Rp 300 triliun," kata Sabam berapi-api.
Cara berkampanye pun tak lagi konvensional dengan mengumpulkan massa di lapangan terbuka atau pawai keliling. Ketua Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PPDK) Andi Mallarangeng berkampanye dengan keluar masuk Pasar Prawiro Taman, Yogyakarta. Sejumlah pedagang dan warga memang antusias menyambut kedatangan Andi. Namun, boleh jadi visi dan misi PPDK tak tersampaikan. Karena Andi sibuk melayani permintaan tanda tangan warga [baca: PKS Menggalang Dukungan buat Habibie].
Sementara simpatisan Partai Kebangkitan Bangsa menarik perhatian warga dengan menggelar atraksi sepeda motor di Jember, Jawa Timur. Seorang pengendara motor berdiri dan meloncat-loncat di atas sepeda motor yang melaju kencang.
Lain lagi yang dilakukan pedagang bakso yang menjadi caleg PDIP di Lampung. Dia mencetak 3.000 kantong plastik berlogo partai dan namanya untuk membungkus barang dagangan. Cara ini dianggap lebih efektif karena langsung diberikan pada calon pemilih dan membutuhkan biaya relatif lebih murah.
Mahasiswa Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat, rupanya kurang berminat menghadiri kampanye parpol. Kampanye PPDK dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia di Kampus ITB hanya segelintir mahasiswa dan wartawan [baca: Gara-Gara Telat, Jurkam PAN Ditinggalkan Massanya]. Meski demikian, jurkamnas kedua partai itu tetap bersemangat menyampaikan program, serta visi dan misi partai.
Sedangkan sebagian massa lebih senang menikmati musik hiburan daripada mendengarkan orasi juru kampanye. Massa PDIP di Ambarawa, Jawa Tengah, membubarkan diri setelah hiburan musik dangdut selesai. Padahal jurkam Sutarjo Surjogoeritno belum juga naik panggung [baca: Kampanye PDIP di Semarang Diwarnai Perkelahian].
Nasib serupa dialami Haryanto Taslam, jurkamnas Partai Nasional Banteng Kemerdekaan yang berorasi di Sidoarjo, Jatim. Sebagian massa meninggalkan lokasi kampanye seusai hiburan musik. Ulah serupa dilakukan pendukung Partai Perhimpunan Indonesia Baru di Medan, Sumut. Mereka rela berjoget di bawah terik matahari saat hiburan musik dangdut berlangsung. Ketika juru kampanye berorasi, massa pun berteduh
Di tengah persaingan partai berkampanye dan mobilisasi massa dibutuhkan ketegasan anggota Komisi Pemilihan Umum dan Panitia Pengawas Pemilu. Anggota KPU Jember, Jatim, sempat beradu mulut dengan pengurus PKPB yang dianggap melanggar jadwal pemilu. Sikap tegas KPU dan Panwaslu Kabupaten Jember kembali ditunjukkan saat melayangkan surat teguran kepada pengurus Dewan Pimpinan Cabang Partai Amanat Nasional Sumbersari. Surat itu adalah buntut dari konvoi massa PAN yang berkonvoi tidak sesuai jadwal [baca: KPU Jember Menertibkan Konvoi Parpol].
Massa kampanye baru memasuki pekan kedua dan pemilu legislatif masih 15 hari lagi. Namun, surat suara telah beredar Wonodri Kopen, Semarang, Jawa Tengah. Padahal, benda ini tak boleh beredar sebelum waktunya karena dapat menodai proses pemilu. Kebocoran itu diduga berasal dari CV Aneka Ilmu, perusahaan percetakan yang menerima pesanan membuat surat suara. Dari pemeriksaan tertutup, Direktur CV Aneka Ilmu Suwanto mengatakan, peredaran surat suara diduga dilakukan salah seorang karyawan yang bertugas di bagian finishing [baca: Dirut Percetakan Surat Suara Bermasalah Diperiksa].
Masyarakat juga dikejutkan oleh laporan ratusan surat suara yang telah dicoblos pada kolom partai tertentu di Jember. Sementara di Kediri, hampir 30 ribu kertas suara diterima dalam keadaan rusak [baca: Surat Suara di Jatim Rusak dan Cacat]. Hal ini menuai protes keras dari parpol peserta pemilu kepada KPU.
Kertas suara yang beredar sebelum waktunya dan rusak ditemukan di sejumlah daerah. Peristiwa ini tak urung menimbulkan kekhawatiran banyak pihak yang menginginkan pemilu bersih dan jujur masih impian. Kasus ini sudah semestinya menjadi perhatian semua pihak mengingat kertas suara adalah elemen penting dalam pemilu. Taruhan pemilu adalah nasib bangsa ini di masa mendatang.(ZAQ/Tim Liputan 6 SCTV)