Dinas Kebersihan DKI Jakarta menantang para akademisi untuk menciptakan teknologi yang dapat mengatasi masalah sampah di Ibukota. Para akademisi itu diharapkan mampu menciptakan teknologi kebersihan yang mampu mengolah 1 ton sampah di tingkat kelurahan, 100 ton di tingkat kecamatan, dan 1.000 tin di wilayah kota.
"Sekarang kita tantang dong. Dunia akademisi buat apa mereka sekolah dan sebagainya. Sekarang mereka bertahun-tahun sekolah, masak enggak bisa menciptakan teknologi (kebersihan) tetapi hanya bisa mengkritik atau memberi masukan," kata Kepala Dinas Kebersihan DKI Unu Nurdin di Balaikota, Jakarta, Selasa (19/11/2013).
Sebab, satu kecamatan di Jakarta berat sampahnya mencapai 140 ton lebih sampah per hari. Sedangkan, Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di kecamatan tidak memadai dalam menampungnya.
Bahkan menurut informasi, hanya sekitar 193 kecamatan yang memiliki TPS. Itu pun tidak memenuhi standar, seperti tidak adanya pengolahan lini, tidak ada buffer zone, atau tidak ada semprot bau.
"Ini kan tidak standar, sehingga pemerintah harus konsisten dan berkomitmen. Nah, dari aspek teknologi idealnya per RW itu harus ada TPS. Ini yang kami minta akademisi ikut membantu, 'sekarang nih ada teknologi yang bisa digunakan'. Itu kan sumbangsih juga," kata Unu.
Selain mengevaluasi kebersihan, lanjut dia, tata ruang kota juga harus dibenahi. Sebab, Dinas Kebersihan kesulitan memberikan pelayanan jika gang-gang di permukiman warga sangat sempit hingga sepeda pun susah melalui jalan itu.
Unu juga meminta masyarakat mulai sadar lingkungan dengan tidak lagi membuang sampah sembarangan, serta merawat sarana dan prasana kebersihan yang disediakan. Karena penanganan sampah tidak akan ada manfaatnya, jika warga belum menjaga kebersihan.
"Sekarang saya minta diberi kesempatan untuk kerja, tapi masalah untuk merawatnya itu lho tolong dong rakyat. Kita ini kan jaga kebersihan karena cinta Jakarta dan untuk anak-anak kita juga," ujar Unu. (Eks/Sss)
"Sekarang kita tantang dong. Dunia akademisi buat apa mereka sekolah dan sebagainya. Sekarang mereka bertahun-tahun sekolah, masak enggak bisa menciptakan teknologi (kebersihan) tetapi hanya bisa mengkritik atau memberi masukan," kata Kepala Dinas Kebersihan DKI Unu Nurdin di Balaikota, Jakarta, Selasa (19/11/2013).
Sebab, satu kecamatan di Jakarta berat sampahnya mencapai 140 ton lebih sampah per hari. Sedangkan, Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di kecamatan tidak memadai dalam menampungnya.
Bahkan menurut informasi, hanya sekitar 193 kecamatan yang memiliki TPS. Itu pun tidak memenuhi standar, seperti tidak adanya pengolahan lini, tidak ada buffer zone, atau tidak ada semprot bau.
"Ini kan tidak standar, sehingga pemerintah harus konsisten dan berkomitmen. Nah, dari aspek teknologi idealnya per RW itu harus ada TPS. Ini yang kami minta akademisi ikut membantu, 'sekarang nih ada teknologi yang bisa digunakan'. Itu kan sumbangsih juga," kata Unu.
Selain mengevaluasi kebersihan, lanjut dia, tata ruang kota juga harus dibenahi. Sebab, Dinas Kebersihan kesulitan memberikan pelayanan jika gang-gang di permukiman warga sangat sempit hingga sepeda pun susah melalui jalan itu.
Unu juga meminta masyarakat mulai sadar lingkungan dengan tidak lagi membuang sampah sembarangan, serta merawat sarana dan prasana kebersihan yang disediakan. Karena penanganan sampah tidak akan ada manfaatnya, jika warga belum menjaga kebersihan.
"Sekarang saya minta diberi kesempatan untuk kerja, tapi masalah untuk merawatnya itu lho tolong dong rakyat. Kita ini kan jaga kebersihan karena cinta Jakarta dan untuk anak-anak kita juga," ujar Unu. (Eks/Sss)