Sukses

Elektabilitas Mandek, Ical Diminta Legowo Tinggalkan Pencapresan

"Ical harus legowo mundur dari capres menghitung fakta-fakta di lapangan demi kepentingan lebih besar," kata Zainal Bintang.

Konstalasi di internal Partai Golkar semakin meningkat menjelang penyelenggaraan Rapimnas partai berlambang pohon beringin itu. Elektabilitas Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie yang diusung sebagai Capres dalam sejumlah lembaga survei mandek dan cenderung terus turun. Tak hanya Ical, Partai Golkar pun diragukan bisa memenangkan Pilpres 2014 mendatang.

Karena itu, politisi senior Partai Golkar Zainal Bintang mendesak agar Aburizal Bakrie, yang akrab disapa Ical, legowo untuk meninggalkan pencapresannya.

"Saya minta kebesaran hati Dik Ical. Ical harus legowo mundur dari capres menghitung fakta-fakta di lapangan demi kepentingan lebih besar," kata Zainal dalam diskusi di ruang pers DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (21/11/2013).

Zainal menambahkan elektabilitas Ical yang rendah bisa menyandera elektabilitas Partai Golkar yang masih tinggi saat ini. Karena itu, Golkar harus membebaskan penyanderaan ini dengan melepaskan pencapresan Ical  tanpa perlu menunggu kekalahan di Pileg 2014.

"Faktanya, Rapimnas tidak bisa dipercepat. Tapi mungkin dia (Ical) bisa menunjuk seseorang. Atau mengembalikan pencapresan ke partai untuk mencari kader-kader yang dirujuk melalui survei-survei," jelas Bintang.

Ia mengaku kaget dengan adanya seruan dari pendiri Partai Golkar Suhardiman yang meminta Ical jadi King Maker saja bukan capres. Padahal Suhardiman adalah pendukung Ical. Namun, karena tingkat elektabilitas Ical mengalami persoalan serius, menurutnya, Suhardiman pun terpaksa harus bicara objektif.

"Saya kaget juga itu. Karena justru dulu Pak Suhardiman adalah pendukung teras Pak Ical lho," tandas Zainal.

Capres Golkar

Zainal mengatakan banyak kader Golkar yang bisa menggantikan Ical menjadi capres. Menurutnya 3 ketua umum ormas pendiri Partai Golkar yang dikenal dengan sebutan Tri Karya, yakni Priyo Budi Santoso (Ketua Umum MKGR), Agung Laksono (Ketua Umum Kosgoro 1957) dan Ade Komaruddin (Ketua Umum SOKSI) bisa menjadi solusi.

"Ada 3 kekuatan sejarah yang disebut Tri Karya. Yaitu dari Ketua Kosgoro Agung Laksono, Ketua MKGR Priyo Budi Santoso, dan dari SOKSI Ade Komarudin," jelas Zainal. (Adi/Ein)