Sukses

John F Kennedy, Batal Jadi Penulis Setelah Kakaknya Tewas

Perang berakhir. Kennedy keluar dari Angkatan Laut karena cedera punggung. Ia berpikiran untuk menjadi penulis.

Pria itu menyampaikan pidato inaugurasi sebagai Presiden Amerika Serikat ke-35, 20 Januari 1961. Di ujung pidato, ia berujar, "...jangan tanyakan apa yang diperbuat negara untukmu, tanyakan apa yang bisa kau perbuat untuk negaramu..."

Tepuk tangan berkepanjangan menyambut berakhirnya pidato tersebut. Sang Presiden, John Fitzgerald Kennedy, turun dari podium. Ia disambut istrinya, Jacqueline Lee "Jackie" Bouvier.

Kennedy baru 44 tahun. Termuda dalam sejarah AS. Juga penganut Katolik pertama yang menjadi penghuni Gedung Putih.

Maju sebagai calon dari Partai Demokrat, Kennedy mengalahkan kandidat Partai Republik, Richard Nixon. Mereka sempat bertarung dalam debat yang ditayangkan televisi--pertama kali dilakukan dan praktik ini menular ke seluruh penjuru dunia sampai kini.



Kennedy semula tak punya cita-cita menjadi politisi. Ia lulus dari Harvard University pada 1939. Tesisnya mencari jawab mengapa Inggris tak mempersiapkan diri melawan Jerman dalam Perang Dunia II.

Lalu, ia bergabung ke Angkatan Laut. Karier ini diakhiri dengan insiden di Kepulauan Solomon, Samudra Pasifik. Kapalnya, PT-109, dihajar kapal Jepang yang lebih besar. Di sana, ia memperlihatkan keberanian dan kepemimpinan yang mengagumkan. Kennedy lalu diganjar Navy and Marine Corps Medal.

[baca: John F. Kennedy, Penyakitan Saat Kecil dan Pernah Terdampar]

Perang berakhir. Kennedy keluar dari Angkatan Laut karena cedera punggung. Ia berpikiran untuk menjadi penulis. Tesisnya di Harvard telah dibukukan dengan judul Why England Slept pada 1940.

Kakaknya, Joseph P. Kennedy Jr. atau Joe, tewas ketika pesawatnya meledak di atas East Suffolk, Inggris, Agustus 1944--sekitar setahun sebelum perang kelar. Padahal, ia digadang-gadang untuk menjadi penerus klan Kennedy di jabatan publik.

Ayah mereka, Joseph P. Kennedy Sr., memutuskan bahwa putra keduanya yang akrab disapa Jack itu, layak menggantikan Joe. Anak dan bapak itu lalu terlibat percakapan serius. Kennedy akhirnya bersedia terjun ke politik.

Pada 1946, ia menjadi anggota Kongres. Enam tahun kemudian, ia menjadi Senator dari Massachusetts.



Pada awal pernikahannya dengan Jackie, punggung Kennedy kembali bermasalah. Ia harus dioperasi dua kali dan istirahat panjang di akhir 1954.

Di masa-masa ini, ia menyusun Profiles of Courage, kisah beberapa senator AS yang mempertaruhkan karier untuk memperjuangkan hal-hal yang mereka percayai.  "Ini adalah buku tentang kualitas karakter manusia yang paling luhur: keberanian," tulis Kennedy di bab pertama buku yang dianugerahi Hadiah Pulitzer pada 1957 itu.


Kutu Buku

Sebagai politisi, Kennedy punya bekal intelektual yang lumayan. Maklum, kutu buku. Staf khususnya di Gedung Putih, Arthur M. Schlesinger Jr, mencatat Kennedy adalah pembaca buku-buku sejarah dan biografi.

Buku pertama yang dihadiahkannya untuk Jackie adalah biografi senator Sam Houston, The Raven, yang ditulis Marquis James.

Konon, Kennedy jarang membaca fiksi. "Istrinya tak ingat Kennedy pernah membaca novel kecuali 2 atau 3 karya Ian Fleming," tulis Schlesinger dalam memoarnya, A Thousand Days: John F. Kennedy in The White House. Fleming adalah pencipta tokoh rekaan James Bond.



Tapi, kata Schlesinger, Kennedy mengaku, salah satu buku favoritnya adalah The Red and The Black, novel psikologis-historis karya Stendhal.

Kennedy juga memanfaatkan bacaan demi memperoleh kutipan-kutipan menarik untuk ditaruh dalam pidato sebagai presiden. Membuat pidato-pidatonya "bertenaga."

Salah satu kutipan favoritnya adalah dari Dante Alighieri dalam Inferno, yaitu "Tempat terpanas di neraka disediakan untuk mereka yang di saat krisis moral melanda tetap bersikap netral." (Yus)


EnamPlus