Sukses

Jokowi: Kali Mookervart Kalideres Tercemar Limbah Beracun B3

Permukaan air kali itu tampak berwarna hitam. Baunya juga menyengat. Lumpur dan sedimen Kali Mookervart itu juga terlihat hitam.

Jokowi meninjau Kali Mookervart, Kalideres, Jakarta Barat. Gubrenur DKI Jakarta bernama lengkap Joko Widodo itu memantau proses pengerukan sedimen di salah satu dari 13 sungai yang mengalir di wilayah Ibukota itu.

Pantauan Liputan6.com, permukaan air kali itu tampak berwarna hitam. Baunya juga menyengat. Lumpur dan sedimen Kali Mookervart itu juga terlihat hitam. Meski demikian, Jokowi tetap mengamati proses pengerukan kali yang dilakukan dengan 8 ekskavator yang berada dipermukaan kali.

Jokowi mensinyalir warna hitam itu disebabkan Kali Mookervart tercemar limbah beracun (B3). "Kalau melihat lumpurnya sudah hitam seperti itu, ini juga berasal dari limbah industri, beracun karena limbah B3," kata Jokowi di Jakarta, Jumat (22/11/2013).

Dia menambahkan, kondisi kali itu menjadi berbahaya karena sudah berpuluh-puluh tahun tidak dikeruk. "Kalau melihat lumpur sudah hitam seperti itu, artinya sudah puluhan tahun tidak dikeruk," ujar dia.

Mantan Walikota Solo, Jawa Tengah, itu berjanji akan menelusuri kemungkinan adanya perusahaan penyebab pencemaran pada kali yang ada sejak zaman penjajahan Belanda itu. "Itu industri dari mana diurut saja. Kalau kita sudah kelapangan akan mengerti ada problem apa. Tapi satu-satu dikerjakan," tutur dia..

Menurut Jokowi, walau telah ada aturan yang melarang pembuangan limbah B3 di aliran kali, namun masih saja ada perusahaan yang membandel dengan membuang limbahnya ke sungai. Hal tersebut terjadi karena selama kontrol yang dilakukan Pemprov sangat kurang.

"Ada aturannya, Perda lingkungan hidup juga ada, tapi kontroling di lapangan kurang. Sekarang kita ke lapangan akan kelihatan apa yang salah," ucap dia.

Ke depan, Jokowi mengatakan, Pemprov DKI akan terus melakukan pengerukan waduk dan sungai secara rutin agar tidak terjadi penumpukan sedimen seperti saat ini. Bukan lagi tahunan atau bulanan, namun harian.

"Jadi nanti keruknya setiap hari sepanjang masa. Bukan setahun sekali lagi dikeruk, ini sudah 20 tahun baru dikeruk, jangan sampai seperti itu," tutur Jokowi. (Eks/Ism)