Pemprov DKI akan menggelar festival atau pameran di Jakarta selama setahun. Nampaknya hal ini semakin memperkuat persepsi Jokowi sebagai 'Gubernur Pesta'. Rencananya, acara tersebut akan digelar setiap akhir pekan.
"Diperkirakan ratusan acara akan digelar selama setahun setiap Sabtu dan Minggu. Jumlah ini meningkat jauh jika dibandingkan tahun ini yang hanya 34 acara atau tahun lalu hanya 19 acara," ujar Kepala Dinas Pariwisata DKI Arie Budiman di Balaikota DKI Jakarta, Selasa (26/11/2013).
Bahkan mini teater di Tugu Monas, gedung opera di Waduk Ria-Rio, serta bangunan untuk pentas di Setu Babakan sebenarnya disiapkan untuk mendukung rencana pagelaran festival bertaraf internasional tapi merakyat tersebut.
Berbagai festival dan pesta rakyat, lanjut Arie, digelar untuk mendongkrak kunjungan pariwisata ke ibukota. Bukan lagi sekedar kota transit wisatawan mancanegara yang ingin ke daerah lain.
Dinas Pariwisata DKI mencatat pada Agustus lalu, jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Jakarta mencapai 1.502.986 jiwa. Serta masih didominasi dari negara Asia Tenggara, Timur Tengah, dan sebagian kecil Eropa seperti Belanda dan Inggris.
Selain untuk meningkatkan potensi wisata, Arie meneruskan, Jokowi juga ingin Jakarta menjadi kota interaksi sosial dengan banyaknya pesta rakyat agar dapat membuka ruang di mana warga bisa berbaur. Sehingga pembangunan Jakarta ke arah yang lebih manusiawi. Sedangkan, selama ini dia melihat pembangunan di ibukota hanya fokus ke fisik sehingga aspek non-materi dikesampingkan.
Namun, Arie mengeluhkan dana promosi pariwisata yang kurang. Hingga Oktober ini saja, pendapatan pajak dari pariwisata telah mendekati target yaitu sebesar Rp 2,9 triliun. Maka, ia berharap 30 persen dari pajak pariwisata ini bisa dialokasikan untuk promosi pariwisata.
"Jakarta juga belum punya landmark yang menarik. Karena itu Pak Jokowi getol mengadakan acara di sekitaran Jalan Sudirman-Thamrin, termasuk mulai mempercantik trotoar di sana. Jokowi ingin kawasan tersebut menjadi ikon Jakarta selain Tugu Monas," pungkas Arie. (Tnt/Ism)
"Diperkirakan ratusan acara akan digelar selama setahun setiap Sabtu dan Minggu. Jumlah ini meningkat jauh jika dibandingkan tahun ini yang hanya 34 acara atau tahun lalu hanya 19 acara," ujar Kepala Dinas Pariwisata DKI Arie Budiman di Balaikota DKI Jakarta, Selasa (26/11/2013).
Bahkan mini teater di Tugu Monas, gedung opera di Waduk Ria-Rio, serta bangunan untuk pentas di Setu Babakan sebenarnya disiapkan untuk mendukung rencana pagelaran festival bertaraf internasional tapi merakyat tersebut.
Berbagai festival dan pesta rakyat, lanjut Arie, digelar untuk mendongkrak kunjungan pariwisata ke ibukota. Bukan lagi sekedar kota transit wisatawan mancanegara yang ingin ke daerah lain.
Dinas Pariwisata DKI mencatat pada Agustus lalu, jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Jakarta mencapai 1.502.986 jiwa. Serta masih didominasi dari negara Asia Tenggara, Timur Tengah, dan sebagian kecil Eropa seperti Belanda dan Inggris.
Selain untuk meningkatkan potensi wisata, Arie meneruskan, Jokowi juga ingin Jakarta menjadi kota interaksi sosial dengan banyaknya pesta rakyat agar dapat membuka ruang di mana warga bisa berbaur. Sehingga pembangunan Jakarta ke arah yang lebih manusiawi. Sedangkan, selama ini dia melihat pembangunan di ibukota hanya fokus ke fisik sehingga aspek non-materi dikesampingkan.
Namun, Arie mengeluhkan dana promosi pariwisata yang kurang. Hingga Oktober ini saja, pendapatan pajak dari pariwisata telah mendekati target yaitu sebesar Rp 2,9 triliun. Maka, ia berharap 30 persen dari pajak pariwisata ini bisa dialokasikan untuk promosi pariwisata.
"Jakarta juga belum punya landmark yang menarik. Karena itu Pak Jokowi getol mengadakan acara di sekitaran Jalan Sudirman-Thamrin, termasuk mulai mempercantik trotoar di sana. Jokowi ingin kawasan tersebut menjadi ikon Jakarta selain Tugu Monas," pungkas Arie. (Tnt/Ism)