Berbagai rekan Mulyana W Kusumah mempunyai kenangan terhadap mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) 2004 yang meninggal Minggu 1 Desember malam itu. Mulyana dikenal sebagai pribadi yang kalem dan mengayomi kaum muda, sejak sebagai anggota Panwaslu tahun 1999.
“Saya kenal beliau sejak 1999, saat kami sama-sama sebagai anggota Panwaslu tahun 1999 tingkat pusat. Saya waktu itu mewakili unsur mahasiswa dari perguruan tinggi (FHUI) bersama Adhy Aman, Ivan Noor Adam, dan Ari Purwanti,” kata Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraeni dalam keterangannya, Jakarta, Minggu (1/12/2013).
Kriminolog asal Universitas Indonesia (UI) dinilai sebagai sosok yang sangat terbuka, humanis, dan egaliter. "Memang orangnya jarang berbicara dan kelihatan kalem, tapi beliau sangat strategis dalam melihat sesuatu apalagi menyangkut kecurangan atau pun penyimpangan demokrasi," kesan Titi.
Karena itu pengagas organisasi sipil pemantau pemilu pertama dan terbesar di Indonesia bernama Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) itu merupakan sosok yang hangat dan mengayomi kepada kaum muda.
"Dia juga banyak mengajarkan tentang menekuni isu-isu pemilu. Sungguh dia mentor yang amat baik soal itu. Saya sangat merasa kehilangan," ucap Titi.
Mulyana lahir di Bogor, Jawa Barat, 23 November 1948. Sebelum menjadi komisioner KPU, dia merupakan pengamat politik dan kriminologi dari Universitas Indonesia. Mulyana juga pernah membentuk LSM bernama KIPP (Komisi Independen Pemantau Pemilu) dan pernah bergiat di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta
Pada 2006, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi memvonis Mulyana W Kusumah 1 tahun tiga bulan penjara. Pengadilan menyatakan Mulyana terbukti bersalah dalam kasus korupsi pengadaan kotak suara pemilihan umum 2004. (Mvi)
“Saya kenal beliau sejak 1999, saat kami sama-sama sebagai anggota Panwaslu tahun 1999 tingkat pusat. Saya waktu itu mewakili unsur mahasiswa dari perguruan tinggi (FHUI) bersama Adhy Aman, Ivan Noor Adam, dan Ari Purwanti,” kata Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraeni dalam keterangannya, Jakarta, Minggu (1/12/2013).
Kriminolog asal Universitas Indonesia (UI) dinilai sebagai sosok yang sangat terbuka, humanis, dan egaliter. "Memang orangnya jarang berbicara dan kelihatan kalem, tapi beliau sangat strategis dalam melihat sesuatu apalagi menyangkut kecurangan atau pun penyimpangan demokrasi," kesan Titi.
Karena itu pengagas organisasi sipil pemantau pemilu pertama dan terbesar di Indonesia bernama Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) itu merupakan sosok yang hangat dan mengayomi kepada kaum muda.
"Dia juga banyak mengajarkan tentang menekuni isu-isu pemilu. Sungguh dia mentor yang amat baik soal itu. Saya sangat merasa kehilangan," ucap Titi.
Mulyana lahir di Bogor, Jawa Barat, 23 November 1948. Sebelum menjadi komisioner KPU, dia merupakan pengamat politik dan kriminologi dari Universitas Indonesia. Mulyana juga pernah membentuk LSM bernama KIPP (Komisi Independen Pemantau Pemilu) dan pernah bergiat di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta
Pada 2006, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi memvonis Mulyana W Kusumah 1 tahun tiga bulan penjara. Pengadilan menyatakan Mulyana terbukti bersalah dalam kasus korupsi pengadaan kotak suara pemilihan umum 2004. (Mvi)