Fatimah (23) tak kuasa menahan air matanya saat menceritakan saat-saat anak bungsunya, Khadijah Maisa Azzahra (1,5), dipukuli sang suami Lambertus Langon (23). Bayi Zahra dianiaya ayahnya hingga meninggal dunia.
Tak lama setelah diperiksa petugas Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestro Jakarta Timur, Fatimah keluar dari rumahnya dan duduk di halaman. Wajahnya tampak kosong.
Wanita yang kala itu mengenakan baju putih dengan jilbab kuning tampak sabar menjawab pertanyaan awak media.
Awalnya, Fatimah tampak tegar dan sabar menerangkan setiap perlakuan pria yang telah menikahinya selama 4 tahun ini. Namun, air matanya mulai mengalir saat menyesali keputusannya pergi ke Bojong Gede untuk menemui orangtuanya dalam pelarian dan meninggalkan Zahra bersama sang suami.
"Saya nyesel ninggalin (Zahra). Makannya saya langsung pulang begitu dengar anak saya meninggal," kata Fatimah di kediamannya, kawasan Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (3/12/2013).
Tangisnya semakin menjadi saat mengingat perlakuan suaminya terhadap anak bungsunya itu. Dengan perlahan, Fatimah menuturkan aksi pemukulan dan penganiayaan yang dilakukan.
"Saya nggak tega, kan masih kecil. Saya lindungin cuma takut kenapa-kenapa. Kasihan anak saya," ucapnya sambil mengusap air mata yang mengalir ke pipinya.
Meski begitu, dirinya sudah merelakan kepergian Zahra. Dirinya kini hanya bisa menyerahkan kasus tersebut kepada pihak kepolisian.
"Saya sudah ikhlas dengan semuanya," tandas Fatimah. (Mut)
Tak lama setelah diperiksa petugas Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestro Jakarta Timur, Fatimah keluar dari rumahnya dan duduk di halaman. Wajahnya tampak kosong.
Wanita yang kala itu mengenakan baju putih dengan jilbab kuning tampak sabar menjawab pertanyaan awak media.
Awalnya, Fatimah tampak tegar dan sabar menerangkan setiap perlakuan pria yang telah menikahinya selama 4 tahun ini. Namun, air matanya mulai mengalir saat menyesali keputusannya pergi ke Bojong Gede untuk menemui orangtuanya dalam pelarian dan meninggalkan Zahra bersama sang suami.
"Saya nyesel ninggalin (Zahra). Makannya saya langsung pulang begitu dengar anak saya meninggal," kata Fatimah di kediamannya, kawasan Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (3/12/2013).
Tangisnya semakin menjadi saat mengingat perlakuan suaminya terhadap anak bungsunya itu. Dengan perlahan, Fatimah menuturkan aksi pemukulan dan penganiayaan yang dilakukan.
"Saya nggak tega, kan masih kecil. Saya lindungin cuma takut kenapa-kenapa. Kasihan anak saya," ucapnya sambil mengusap air mata yang mengalir ke pipinya.
Meski begitu, dirinya sudah merelakan kepergian Zahra. Dirinya kini hanya bisa menyerahkan kasus tersebut kepada pihak kepolisian.
"Saya sudah ikhlas dengan semuanya," tandas Fatimah. (Mut)