Lambertus Langon (23) tega menganiaya anaknya Khadijah Maisa Azzahra alias Zahra (1,5) hingga tewas. Dia mengaku khilaf saat menganiaya anaknya, karena saat itu sedang lelah.
"Saya capek karena nggak tidur. Dua minggu saya nggak tidur, jagain anak saya. Kan sakit, rewel," kata Lambertus di Mapolres Metro Jakarta Timur, Kamis (5/12/2013).
Kala itu, lanjut Lambertus, dia sudah berusaha membangunkan istrinya untuk bergantian menjaga sang anak. Tapi, usaha itu gagal karena sang istri tak kunjung bangun. "Saya coba bangunin istri juga nggak bangun-bangun," ujar dia.
Lambertus pun kesal. Puncaknya, dia menganiaya Zahra. Dia memukul bahkan melempar Zahra ke kasur. Siang harinya pada 2 Desember, Zahra pun meninggal. "Saya khilaf," tutur Lambertus.
Sementara, Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Mulyadi Kaharni mengatakan, alasan utama Lambertus melakukan penganiayaan karena jengkel terhadap anaknya yang terus-menerus menangis.
"Alasannya anaknya menangis terus, jengkel, rewel, lalu dipukul. Namanya anak-anak kalau dipukul ya makin kencang nangisnya," terang dia.
Setelah makam dibongkar dan jenazah Zahra diotopsi, petugas menemukan bekas luka di beberapa bagian tubuhnya. "Setelah dibongkar, ada luka memar kebiruan di bagian tangan, di wajah ada bekas pukulan," pungkas Mulyadi. (Eks/Sss)
"Saya capek karena nggak tidur. Dua minggu saya nggak tidur, jagain anak saya. Kan sakit, rewel," kata Lambertus di Mapolres Metro Jakarta Timur, Kamis (5/12/2013).
Kala itu, lanjut Lambertus, dia sudah berusaha membangunkan istrinya untuk bergantian menjaga sang anak. Tapi, usaha itu gagal karena sang istri tak kunjung bangun. "Saya coba bangunin istri juga nggak bangun-bangun," ujar dia.
Lambertus pun kesal. Puncaknya, dia menganiaya Zahra. Dia memukul bahkan melempar Zahra ke kasur. Siang harinya pada 2 Desember, Zahra pun meninggal. "Saya khilaf," tutur Lambertus.
Sementara, Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Mulyadi Kaharni mengatakan, alasan utama Lambertus melakukan penganiayaan karena jengkel terhadap anaknya yang terus-menerus menangis.
"Alasannya anaknya menangis terus, jengkel, rewel, lalu dipukul. Namanya anak-anak kalau dipukul ya makin kencang nangisnya," terang dia.
Setelah makam dibongkar dan jenazah Zahra diotopsi, petugas menemukan bekas luka di beberapa bagian tubuhnya. "Setelah dibongkar, ada luka memar kebiruan di bagian tangan, di wajah ada bekas pukulan," pungkas Mulyadi. (Eks/Sss)