Kicauan Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dalam akun twitternya terkait usulan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai cawapres dinilai bentuk sinisme atau sindiran halus. Usulan Anas itu justru bukan suatu dukungan, malah sebaliknya menjatuhkan citra Presiden SBY.
"Itu sinisme, kalau kata orang sindiran halus yang nadanya agak memojokkan dan tidak bagus. Itu jelas menyinggung SBY, sama saja menjatuhkan SBY. Masa presiden diturunkan jadi cawapres?" ujar Pengamat Politik Universitas Indonesia Iberamsyah kepada Liputan6.com, Jumat (6/12/2013).
"Nggak mungkin (cawapres) juga secara visibility, emang SBY sudah gila apa? Itu sama saja Anas menghina SBY. Secara filosofi saja itu tidak baik," sambung Iberamsyah.
Kendati, kata Iberamsyah, mestinya usulan tersebut tidak dikeluarkan dari mantan politisi Demokrat sendiri. Karena usulan yang dianggap menjatuhkan martabat Presiden SBY ini, justru menambah permasalahan Presiden SBY di tengah berbagai permasalahan yang kini menyelimuti negeri ini.
"Anas mestinya jangan seperti itu. Tidak bolehlah, jangan menambah banyak masalah di negeri ini. Negara kita kan sudah banyak masalah. Sindiran agar membuat SBY dan Demokrat makin terpuruk. Ini kan mengirim sinyal bahwa 2 kali menjadi presiden, SBY agar mundur," ujarnya.
Demokrat Makin Terpuruk
Upaya Partai Demokrat menggelar konvensi capres, menurut Iberamsyah, juga tidak membawa dampak positif yang signifikan kepada Demokrat. Menurutnya, Demokrat akan sulit mencapai puncak tangga kemenangan pada pemilu 2014 mendatang. Sebaliknya, Demokrat justru semakin terpuruk.
"Konvensi Partai Demokrat nggak ada (pengaruh), itu sinetron. Mana ada sih konvensi di negara-negara lain dipakai? nggak ngaruh konvensi untuk menaikkan citra Demokrat. Masyarakat sekarang sudah cerdas, pinter-pinter," ujar Iberamsyah.
Menjelang pemilu 2014 mendatang, Anas yang kini tersandug kasus korupsi Hambalang juga akan 'bernyanyi' melalui 'lembaran' berikutnya terkait kebobrokan Demokrat. "Mau tidak mau akan meninggalkan rumput yang subur, dia akan diabisin. Sekarang nggak ada yang pinter di Demokrat, abis sudah akarnya. Siapa lagi? Sutan Bhatoegana? Ruhut?"
"Sudah nggak ada yang bagus di Demokrat," tegasnya.
Sambutan baik yang datang Golkar atas usulan Anas dinilai hanya bahasa politis. Setali tiga uang dengan Anas, sambutan Golkar dinilai turut menjatuhkan SBY. "Itu tidak ada hubungnan dengan sambutan baik Golkar. Golkar juga bagimana membuat Demokrat terpuruk."
"Sambutan baik apaan? yang bener saja presiden jadi cawapres?" imbuh Iberamsyah. (Rmn/Ism)
[Baca juga: SBY Cawapres, Sutan Bhatoegana: Anas Benci Tapi Rindu]
"Itu sinisme, kalau kata orang sindiran halus yang nadanya agak memojokkan dan tidak bagus. Itu jelas menyinggung SBY, sama saja menjatuhkan SBY. Masa presiden diturunkan jadi cawapres?" ujar Pengamat Politik Universitas Indonesia Iberamsyah kepada Liputan6.com, Jumat (6/12/2013).
"Nggak mungkin (cawapres) juga secara visibility, emang SBY sudah gila apa? Itu sama saja Anas menghina SBY. Secara filosofi saja itu tidak baik," sambung Iberamsyah.
Kendati, kata Iberamsyah, mestinya usulan tersebut tidak dikeluarkan dari mantan politisi Demokrat sendiri. Karena usulan yang dianggap menjatuhkan martabat Presiden SBY ini, justru menambah permasalahan Presiden SBY di tengah berbagai permasalahan yang kini menyelimuti negeri ini.
"Anas mestinya jangan seperti itu. Tidak bolehlah, jangan menambah banyak masalah di negeri ini. Negara kita kan sudah banyak masalah. Sindiran agar membuat SBY dan Demokrat makin terpuruk. Ini kan mengirim sinyal bahwa 2 kali menjadi presiden, SBY agar mundur," ujarnya.
Demokrat Makin Terpuruk
Upaya Partai Demokrat menggelar konvensi capres, menurut Iberamsyah, juga tidak membawa dampak positif yang signifikan kepada Demokrat. Menurutnya, Demokrat akan sulit mencapai puncak tangga kemenangan pada pemilu 2014 mendatang. Sebaliknya, Demokrat justru semakin terpuruk.
"Konvensi Partai Demokrat nggak ada (pengaruh), itu sinetron. Mana ada sih konvensi di negara-negara lain dipakai? nggak ngaruh konvensi untuk menaikkan citra Demokrat. Masyarakat sekarang sudah cerdas, pinter-pinter," ujar Iberamsyah.
Menjelang pemilu 2014 mendatang, Anas yang kini tersandug kasus korupsi Hambalang juga akan 'bernyanyi' melalui 'lembaran' berikutnya terkait kebobrokan Demokrat. "Mau tidak mau akan meninggalkan rumput yang subur, dia akan diabisin. Sekarang nggak ada yang pinter di Demokrat, abis sudah akarnya. Siapa lagi? Sutan Bhatoegana? Ruhut?"
"Sudah nggak ada yang bagus di Demokrat," tegasnya.
Sambutan baik yang datang Golkar atas usulan Anas dinilai hanya bahasa politis. Setali tiga uang dengan Anas, sambutan Golkar dinilai turut menjatuhkan SBY. "Itu tidak ada hubungnan dengan sambutan baik Golkar. Golkar juga bagimana membuat Demokrat terpuruk."
"Sambutan baik apaan? yang bener saja presiden jadi cawapres?" imbuh Iberamsyah. (Rmn/Ism)
[Baca juga: SBY Cawapres, Sutan Bhatoegana: Anas Benci Tapi Rindu]