Sukses

HUT ke-55 Batan, Semangat Baru Inovasi Nuklir

Usia 55 tahun dijadikan tonggak kematangan untuk lebih bijak, inovatif dan semangat baru bagi Batan.

Tepat pada Jumat ini, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) berusia 55 tahun. Acara syukuran pun digelar di Gedung Dewan Riset Nasional (DRN) Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

"Usia 55 tahun dijadikan tonggak kematangan untuk lebih bijak, inovatif, dan semangat baru menyongsong harapan baru dengan logo yang sudah berubah," ujar Kepala Biro Kerja Sama, Hukum, dan Hubungan Masyarakat Batan Heru Santoso dalam keterangan tertulis kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (6/12/2013).

Sejauh ini, lanjut dia, Batan telah melakukan inovasi pengembangan iptek nuklir dalam berbagai bidang. Seperti bidang pangan, kesehatan, industri dan energi.

"Hasil karya Batan di bidang pangan, berupa benih unggul tanaman pangan. Terutama padi dan kedelai yang sudah diaplikasikan di sebagian besar wilayah Indonesia, untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan," tutur Heru.

Pengembangan teknologi nuklir bidang pangan, sambung dia, bukan hanya dilakukan di hulu dalam penyediaan bahan pangan pokok yang cukup. Tetapi juga di hilir dengan mengembangkan teknologi pengawetan untuk memperpanjang daya simpan dan memperbaiki kualitas komoditas unggulan, seperti produk kelautan, dan buah-buahan siap ekspor.

"Bidang kesehatan, sesuai dengan core competend di bidang nuklir, Batan telah menghasilkan produk radioisotop dan radiofarmaka yang sangat dibutuhkan untuk tindakan diagnosa dan terapi penyakit," jelas Heru.

Selain itu, Batan juga sudah berhasil mengembangkan perangkat instrumentasi nuklir yang sangat diperlukan untuk mendukung tindakan pemeriksaan dan analisis unsur kelumit (sedikit sekali) untuk memahami kondisi kesehatan pasien dengan tingkat akurasi yang tinggi dan mempersingkat waktu kerja.

Di bidang industri, penguasaan teknologi nuklir sudah dimanfaatkan untuk bidang penambangan, kelautan, hidrologi, eksplorasi sumber energi, mendeteksi kerusakan mesin proses, mendeteksi kesempurnaan proses pencampuran dan juga sebagal penentu kualitas produk industri.

"Saat ini, di Indonesia sudah ada sekitar 7 ribu perusahaan yang memanfaatkan zat radioaktif dan teknik radiasi untuk berbagai tujuan," beber Heru.

Sedangkan di bidang energi, urainya, upaya penguasaan teknologi ke arah pemanfaatan untuk pembangkit listrik sudah dimulal pada tahun 1987. Dengan membangun reaktor riset serba guna dan laboratorium penunjangnya, berupa instalasi elemen bakar reaktor riset, instalasi keselamatan reaktor, instalasi pengolahan limbah radioaktif, yang sangat mendukung dalam kemandirian industrialisasi nuklir, terutama dalam program pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

"Program PLTN tinggal menunggu persetujuan pemerintah dalam implementasi proyek, karena seluruh persiapan untuk program tersebut sudah dilakukan," pungkas Heru. (Tnt/Sss)