Tak bisa mendengar tak menjadi halangan anak-anak ini berekspresi lewat tarian. Para penari cilik ini mampu tersenyum manis dan berlenggak-lenggok gemulai untuk menghibur. Gerakan demi gerakan mereka lakukan sesuai alunan musik tari semut.
Tentunya sebelum tampil, latihan khusus rutin dilakukan di bawah asuhan seorang guru bernama Margareta Fajar Podangsih. Sudah 28 tahun Fajar mengajar di SD Luar Biasa Santi Rama. Sejak SMA, jiwanya terpanggil untuk mendedikasikan hidupnya bagi tuna rungu.
Meski pendapatannya tak setinggi guru sekolah negeri, Fajar tetap setia. Harapan ibu dua anak ini tak muluk-muluk. Fajar hanya ingin kaum tuna rungu bisa membaur dan diterima di masyarakat luas.
Lulusan Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa Yogyakarta ini mengajar mata pelajaran wajib bina komunikasi persepsi bunyi dan irama atau BKPBI. Sebelum mengajar, dia memeriksa alat bantu mendengar siswanya untuk mengatur posisi duduk mereka dari sumber bunyi.
Dengan serangkaian metode, siswa dibiasakan untuk mendengar dan diharapkan mampu mendeteksi, membedakan, mengenal, hingga memahami bunyi serta irama yang diperdengarkan. Sudah belasan tarian diciptakan Fajar sepanjang kariernya, salah satunya tari Nusantara Berlenggok yang meraih juara satu tingkat guru SLB se-DKI Jakarta.
Agar seorang tuna rungu bisa menari, musik diputar dengan keras, seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (8/12/2013). Di bawah panggung khusus ini juga terdapat speaker sehingga getaran bisa dirasa seluruh tubuh. Salah satu murid asuhan Fajar, Ninuk Tri Wahyuni, kini telah mandiri dan menjadi guru seperti dirinya.
"Mendapat ilmu terbaik untuk masa depan, sangat berguna untuk anak tuna rungu supaya bisa mandiri, supaya bisa maju, supaya bisa menjadi orang yang sukses," ujar Ninuk. (Ndy/Yus)
Tentunya sebelum tampil, latihan khusus rutin dilakukan di bawah asuhan seorang guru bernama Margareta Fajar Podangsih. Sudah 28 tahun Fajar mengajar di SD Luar Biasa Santi Rama. Sejak SMA, jiwanya terpanggil untuk mendedikasikan hidupnya bagi tuna rungu.
Meski pendapatannya tak setinggi guru sekolah negeri, Fajar tetap setia. Harapan ibu dua anak ini tak muluk-muluk. Fajar hanya ingin kaum tuna rungu bisa membaur dan diterima di masyarakat luas.
Lulusan Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa Yogyakarta ini mengajar mata pelajaran wajib bina komunikasi persepsi bunyi dan irama atau BKPBI. Sebelum mengajar, dia memeriksa alat bantu mendengar siswanya untuk mengatur posisi duduk mereka dari sumber bunyi.
Dengan serangkaian metode, siswa dibiasakan untuk mendengar dan diharapkan mampu mendeteksi, membedakan, mengenal, hingga memahami bunyi serta irama yang diperdengarkan. Sudah belasan tarian diciptakan Fajar sepanjang kariernya, salah satunya tari Nusantara Berlenggok yang meraih juara satu tingkat guru SLB se-DKI Jakarta.
Agar seorang tuna rungu bisa menari, musik diputar dengan keras, seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (8/12/2013). Di bawah panggung khusus ini juga terdapat speaker sehingga getaran bisa dirasa seluruh tubuh. Salah satu murid asuhan Fajar, Ninuk Tri Wahyuni, kini telah mandiri dan menjadi guru seperti dirinya.
"Mendapat ilmu terbaik untuk masa depan, sangat berguna untuk anak tuna rungu supaya bisa mandiri, supaya bisa maju, supaya bisa menjadi orang yang sukses," ujar Ninuk. (Ndy/Yus)