Maut tak bisa ditolak. Itu juga yang terjadi pada masinis KRL Commuter Line jurusan Serpong-Tanah Abang, Darman Prasetyo. Siapa mengira, siang tadi adalah tugas terakhirnya. Ia gugur dalam pekerjaan.Â
Hanya sesaat setelah meninggalkan Stasiun Pondok Ranji, kereta yang dikendalikan Darman menghantam truk tangki berisi premium yang melintasi rel di Jalan Bintaro Permai 3, di perlintasan Pondok Betung. Ledakan tak terhindarkan. Lokomotif dan gerbong khusus wanita hangus dilalap api.
Kabar kematiannya yang tragis bak petir di siang bolong bagi keluarganya. Pamannya, Suroyo, sama sekali tak menyangka. Tak ada firasat yang jadi pertanda peristiwa duka itu.
"Biasa saja. Nggak ada firasat apa-apa," kata Suroyo saat mendatangi Rumah Sakit Dr Suyoto, Bintaro, Jakarta Selatan, untuk mencari jenazah korban, Senin (9/12/2013).
Dalam ingatan Suroyo, Darman merupakan pribadi yang periang. "Dia anaknya periang."
Suroyo menceritakan, awalnya ia tak menyangka Darman bekerja sebagai masinis. "Saya nggak tahu kalau dia melamar ke PT KAI. Yang saya tahu, dia juga sempat dapat ranking waktu ujian," ujar dia.
Darman pergi meninggalkan istri dan putra tunggalnya yang berdomisili di Tegal, Jawa Tengah. "Kalau dia (Darman) di sini kos. Seminggu sekali dia balik kampung," ucap Suroyo.
Namun, Suroyo tak berhasil menemui jenazah keponakannya. Jenazah Darman telah dipindahkan ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Suroyo, mewakili keluarga berharap, jenazah Darman bisa segera dimakamkan di kampung halamannya di Desa Jenar Wetan, Purwodadi, Purworejo, Jawa Tengah.
"Kalau dikasih, malam ini juga jenazah mau kita bawa," tutup Suroyo. (Ein/Yus)
Hanya sesaat setelah meninggalkan Stasiun Pondok Ranji, kereta yang dikendalikan Darman menghantam truk tangki berisi premium yang melintasi rel di Jalan Bintaro Permai 3, di perlintasan Pondok Betung. Ledakan tak terhindarkan. Lokomotif dan gerbong khusus wanita hangus dilalap api.
Kabar kematiannya yang tragis bak petir di siang bolong bagi keluarganya. Pamannya, Suroyo, sama sekali tak menyangka. Tak ada firasat yang jadi pertanda peristiwa duka itu.
"Biasa saja. Nggak ada firasat apa-apa," kata Suroyo saat mendatangi Rumah Sakit Dr Suyoto, Bintaro, Jakarta Selatan, untuk mencari jenazah korban, Senin (9/12/2013).
Dalam ingatan Suroyo, Darman merupakan pribadi yang periang. "Dia anaknya periang."
Suroyo menceritakan, awalnya ia tak menyangka Darman bekerja sebagai masinis. "Saya nggak tahu kalau dia melamar ke PT KAI. Yang saya tahu, dia juga sempat dapat ranking waktu ujian," ujar dia.
Darman pergi meninggalkan istri dan putra tunggalnya yang berdomisili di Tegal, Jawa Tengah. "Kalau dia (Darman) di sini kos. Seminggu sekali dia balik kampung," ucap Suroyo.
Namun, Suroyo tak berhasil menemui jenazah keponakannya. Jenazah Darman telah dipindahkan ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Suroyo, mewakili keluarga berharap, jenazah Darman bisa segera dimakamkan di kampung halamannya di Desa Jenar Wetan, Purwodadi, Purworejo, Jawa Tengah.
"Kalau dikasih, malam ini juga jenazah mau kita bawa," tutup Suroyo. (Ein/Yus)