Afrika Selatan baru saja kehilangan salah satu pemimpin besarnya, Nelson Mandela yang wafat pada usia 95 tahun. Tokoh kemanusiaan dan 'Bapak Bangsa' bagi Afrika Selatan itu meninggal akibat komplikasi penyakit yang sudah dideritanya sejak lama.
Di Jakarta, dalam sebuah diskusi Politik Kebangsaan di kantor Internasional Conference of Islamic Scholars (ICIS), Matraman, Jakarta Timur, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang hadir sebagai keynote speaker meminta semua hadirin untuk mengheningkan cipta, untuk kepergian Mandela.
"Mari kita heningkan cipta sejenak 1 menit bagi tokoh dunia yang baru saja meninggalkan kita semua, Nelson Mandela," kata Megawati, Selasa (10/12/2013).
Mandela dikenal sebagai tokoh yang peduli terhadap demokrasi multi ras. Tak hanya untuk negaranya, tetapi juga untuk dunia. Meski beberapa kali mendapat penolakan atas ide demokrasinya itu, Mandela tetap gigih memerjuangkannya. Yang kadang tak jarang harus membuatnya mendekam di balik jeruji besi bertahun-tahun.
"Idenya bukan cuma untuk negaranya Afrika Selatan, tapi bagi kemanusiaan di dunia ini," ujar Presiden Presiden ke-5 RI itu.
Mandela dan Bung Karno
Ayah Megawati, Presiden RI pertama Soekarno merupakan salah satu pencetus terciptanya Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang digelar di Bandung, Jawa Barat tahun 1955.
Dari KAA itulah, awal mula kekaguman terhadap Soekarno membakar semangat Mandela untuk memerdekakan Afrika Selatan dari penjajahan Inggris. Sampai akhirnya, pada 31 Mei 1961 Afrika Selatan merdeka sebagai sebuah negara dan bangsa.
Kekaguman Mandela terhadap Soekarno bukan sekadar basa-basi politik yang biasa terjadi. Kekaguman itu mengakar terus hingga ke masa kepresidenan Megawati.
Ketika itu, pada September 2002, Megawati mengunjungi Johannesburg, Afrika Selatan. Lazimnya para pemimpin negara lain yang berkunjung ke kediaman Mandela, tapi justru Mandela yang menemui Mega di Johannesburg sebagai putri Bung Karno yang dikaguminya.
Bagi Mandela, Soekarno punya peran sangat penting atas terciptanya KAA dan KTT GNB yang menjadi satu babakan baru dalam sejarah dunia saat itu. Bahwa pemimpin bangsa-bangsa Asia dan Afrika dapat berkumpul di dalam negeri-negerinya sendiri untuk merundingkan dan mempertimbangkan masalah-masalah mengenai kepentingan bersama.
"Inilah konferensi antarbenua yang pertama dari bangsa-bangsa kulit berwarna sepanjang sejarah umat manusia!," kata Soekarno, saat berpidato ketika itu yang membuat Mandela terkesima. (Mvi/Ism)
Di Jakarta, dalam sebuah diskusi Politik Kebangsaan di kantor Internasional Conference of Islamic Scholars (ICIS), Matraman, Jakarta Timur, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang hadir sebagai keynote speaker meminta semua hadirin untuk mengheningkan cipta, untuk kepergian Mandela.
"Mari kita heningkan cipta sejenak 1 menit bagi tokoh dunia yang baru saja meninggalkan kita semua, Nelson Mandela," kata Megawati, Selasa (10/12/2013).
Mandela dikenal sebagai tokoh yang peduli terhadap demokrasi multi ras. Tak hanya untuk negaranya, tetapi juga untuk dunia. Meski beberapa kali mendapat penolakan atas ide demokrasinya itu, Mandela tetap gigih memerjuangkannya. Yang kadang tak jarang harus membuatnya mendekam di balik jeruji besi bertahun-tahun.
"Idenya bukan cuma untuk negaranya Afrika Selatan, tapi bagi kemanusiaan di dunia ini," ujar Presiden Presiden ke-5 RI itu.
Mandela dan Bung Karno
Ayah Megawati, Presiden RI pertama Soekarno merupakan salah satu pencetus terciptanya Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang digelar di Bandung, Jawa Barat tahun 1955.
Dari KAA itulah, awal mula kekaguman terhadap Soekarno membakar semangat Mandela untuk memerdekakan Afrika Selatan dari penjajahan Inggris. Sampai akhirnya, pada 31 Mei 1961 Afrika Selatan merdeka sebagai sebuah negara dan bangsa.
Kekaguman Mandela terhadap Soekarno bukan sekadar basa-basi politik yang biasa terjadi. Kekaguman itu mengakar terus hingga ke masa kepresidenan Megawati.
Ketika itu, pada September 2002, Megawati mengunjungi Johannesburg, Afrika Selatan. Lazimnya para pemimpin negara lain yang berkunjung ke kediaman Mandela, tapi justru Mandela yang menemui Mega di Johannesburg sebagai putri Bung Karno yang dikaguminya.
Bagi Mandela, Soekarno punya peran sangat penting atas terciptanya KAA dan KTT GNB yang menjadi satu babakan baru dalam sejarah dunia saat itu. Bahwa pemimpin bangsa-bangsa Asia dan Afrika dapat berkumpul di dalam negeri-negerinya sendiri untuk merundingkan dan mempertimbangkan masalah-masalah mengenai kepentingan bersama.
"Inilah konferensi antarbenua yang pertama dari bangsa-bangsa kulit berwarna sepanjang sejarah umat manusia!," kata Soekarno, saat berpidato ketika itu yang membuat Mandela terkesima. (Mvi/Ism)