Abrasi yang terjadi di wilayah Desa Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Mas, menurut Bappeda Kota Semarang, Jawa Tengah, telah menggerus lahan tambak sejauh 652,7 meter. Banjir rob (air laut pasang) yang terjadi hampir setiap hari ini merupakan hal yang biasa bagi penduduk desa tersebut.
Melihat hal itu, penghijauan kawasan pesisir menjadi salah satu alternatif pilihan untuk menanggulangi permasalahan rob dan abrasi tersebut. Beruntung, kesadaran masyarakat nelayan terhadap pentingnya penghijauan masih tinggi.
Juraimi contohnya. Pria yang lahir di Tambakrejo ini merupakan salah satu pegiat penghijauan. Ia sudah melakukan penanaman mangrove di Tambakrejo sejak tahun 2011 bersama Kelompok Cinta Lingkungan Camar.
Kelompok binaan Pertamina ini beranggotakan 11 nelayan tulen yang bertanggung jawab menjadikan lahan konservasi menjadi hijau seperti sedia kala. Walaupun bibit mangrove yang ditanam mempunyai peluang kecil untuk hidup karena kondisi wilayah serta terpaan gelombang besar air laut, namun kepedulian penduduk Desa Tambakrejo dalam merawat dan menanam bibit mangrove yang konsisten, mencapai keberhasilan hidup bibit mangrove hingga 60 persen, dengan moda awal 2.000 bibit, hingga meningkat menjadi 81.000 bibit.
"Apa yang kami lakukan bertujuan untuk mengembalikan lingkungan Tambakrejo menjadi lebih hijau. Ini juga merupakan dukungan terhadap program 'Pertamina Menabung 100 Juta Pohon'. Dengan adanya penanaman ini, diharapkan dapat memperbaiki kualitas Wilayah Tambakrejo yang semakin terkikis abrasi." tutup Juraimi dengan wajah ramah. (Adv)
Mangrove untuk Tambakrejo
Abrasi yang terjadi di wilayah Desa Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Mas, telah menggerus lahan tambak sejauh 652,7 meter.
Advertisement