Sukses

Pengakuan Sopir Truk Tragedi Bintaro II Paling Sita Perhatian

Tragedi Bintaro II terus menyita perhatian. Saat ini, pengakuan datang dari sang sopir truk BBM. Informasi itu jadi berita terfavorit.

Penyebab kecelakaan maut antara KRL Commuter Line dengan truk pengangkut BBM di Perlintasan Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan, terus didalami. Pihak kepolisian telah memeriksa 6 saksi untuk mengungkap peristiwa tersebut.

Sementara itu, pengakuan datang dari sopir truk pengangkut BBM yang menjadi korban dalam tragedi Bintaro II tersebut. Kepada penyidik, sang sopir, Chosimin, mengaku dirinya tak melihat adanya rambu-rambu lalu lintas yang menyala saat ia melintasi rel kereta di Kawasan Bintaro tersebut.

Informasi itu menyita perhatian pecinta Liputan6.com sepanjang Selasa 10 Desember 2013 kemarin. Berita itu pun menjadi salah satu dari lima berita terfavorit.

Berikut berita-berita tersebut:

1. Sebelum Tragedi Bintaro II, Asisten Masinis: Hati-hati Tabrakan!

Effendi (54), salah satu penumpang di KRL itu masih teringat bagaimana detik-detik sebelum kecelakaan tersebut terjadi. Dia menuturkan pada saat kejadian, dirinya berada di dalam gerbong yang sama dengan masinis. Lebih tepatnya dia berada di belakang pintu tempat Darman Prasetyo dan asistennya mengemudikan kereta.

Bagaimana tidak, sebelum mulut kereta menabrak truk, asisten masinis sempat memberitahunya bahwa KRL sebentar lagi bakal menabrak. Seketika dirinya melihat ke arah kaca masinis dan melihat truk tangki menghalangi laju KRL.

"Lima detik habis asisten masinis itu kasih tahu saya bakal ada tabrakan "hati-hati bu, mau tabrakan", habis itu, terjadi lah tabrakan," kata Effendi yang ditemui ruang Kenanga, Rumah Sakit Dr Suyoto, Bintaro, Jakarta Selatan, Senin (9/12/2013).

Tak ada respon yang berarti dari asisten masinis jelang peristiwa maut itu terjadi. Effendi mengatakan masinis dan asistennya tetap diam di ruangan dan terlihat pasrah. "Seharusnya kan, pas sudah dari jauh lihat ada truk, bisa saja mereka lari ke belakang buat nyelamatin diri. Tapi ini kan enggak. Mereka tetap diam di ruangannya. Mungkin mereka tidak mau penumpang lain panik," ucap Effendi.

Brak!!!, akhirnya kereta pun menabrak truk itu. Suasanya mencekam dialami Effendi pada saat itu. Effendi melihat kobaran api mengelilingi gerbong. Asap hitam pekat pun langsung mengelilingi ruangan dalam gerbong. Tak hanya itu, Effendi pun sempat tertindih oleh penumpang lainnya yang berada di dalam gerbong. Beruntung, dirinya bisa melepaskan diri.

2. Polisi Temukan 2 Potongan Tubuh dari Lokasi Tragedi Bintaro II

Tim Pusat Kedokteran dan Kesehatan Mabes Polri mengaku telah menemukan 2 potongan tubuh manusia di lokasi terjadinya kecelakaan maut antara KRL dengan truk tangki BBM di perlintasan kereta Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan. 2 Potongan tubuh yang ditemukan dalam keadaan hangus itu juga telah teridentifikasi.

Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Kapusdokkes) Mabes Polri, Brigjen Pol Farley Helrich Arthur Tampi mengatakan, potongan tubuh yang ditemukan tersebut merupakan milik masinis KRL yang menjadi korban dalam tragedi tersebut yakni Darman Prasetyo dan Asisten Masinis Agus Suroto.

"Telah kami identifikasi kedua potongan tubuh, yakni milik Darman Prasetyo dan Agus Suroto," kata Arthur di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (10/12/2013).

Arthur menambahkan, 2 potongan tubuh manusia yang ditemukan itu merupakan bagian telapak kaki sebelah kiri dan potongan salah satu bagian kaki.

3. Pengakuan Sopir Truk Tragedi Bintaro II

Kondisi Chosimin dan Mujiono, sopir dan kernet truk tangki Pertamina yang ditabrak KRL berangsur membaik. Keduanya dirawat di ruang steril RSPP akibat luka bakar yang mereka alami.

Meski masih dalam perawatan dan tidak bisa dikunjungi secara langsung, Tim Penyidik Polres Metro Jakarta Selatan tetap meminta keterangan kepada keduanya melalui telepon untuk mempercepat proses penyelidikan penyebab kecelakaan kereta.

Dalam tayangan Liputan 6 Siang SCTV, Selasa (10/12/2013), Chosimin sang sopir disebutkan mengaku kepada penyidik, tidak ada rambu-rambu lalu lintas yang menyala saat ia melintasi rel kereta di Kawasan Bintaro tersebut.

Hal itu sampaikan Chosimin dalam keadaan penuh perban pada sekujur tubuh dan wajah, dari dalam ruang perawatan kepada polisi di luar ruangan melalui sambungan telepon jarak dekat. Namun tidak diketahui rambu apa yang dimaksud sopir. Polisi masih menelusurinya.

4. Bu Pur: Saya Dipaksa Penyidik KPK Kenal Anas Urbaningrum

Saksi kasus dugaan korupsi proyek Hambalang, Sylvia Sholeha alias Bu Pur bersaksi di persidangan. Dalam kesaksiannya, Bu Pur mengaku dipaksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengenal mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.

"Saya tak pernah kenal dengan Anas Urbaningrum. Tapi saat diperiksa saya dipaksa untuk kenal," ujar Bu Pur saat bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta dengan terdakwa mantan pejabat Kemenpora, Deddy Kusdinar, Selasa (10/12/2013).

Saat diperiksa itu, Bu Pur mengaku langsung mencoret Berita Acara Pemeriksaan (BAP) di hadapan penyidik yang melakukan pemeriksaan terhadapnya.

5. Detik-detik Terakhir Nelson Mandela di Ujung Ajal

Putri Mandela, Makaziwe menceritakan detik-detik terakhir wafarnya sang ayah. Dia menuturkan, Mandela meninggal dunia dengan cara yang luar biasa. Semua keluarga sudah berkumpul sejak Kamis pagi, sebelum akhirnya Mandela menghembuskan nafas terakhir pada malam harinya.

"Hingga saat-saat terakhir, kami semua berkumpul di samping Mandela. Semua cucu lengkap. Ada semua. Kami duduk di sampingnya seharian penuh," ujar Makaziwe dalam wawancara khusus kepada BBC, Selasa (10/12/2013).

Menurut dia, saat itulah, waktu yang sangat indah bagi Mandela. Lantaran semua anggota keluarga berkumpul untuk mendampingi di ujung ajalnya. (Ali)