Pagi-pagi, Sabar Subadri berangkat dari rumah. Dibantu asistennya, Sabar keliling Kota Salatiga mencari objek foto. Sampai di rumah, Sabar mempersiapkan lukisan dan melukis di studio rumahnya.
Sabar pun memajang sejumlah foto pilihan hasil jepretan tersebut dan mempersiapkan sejumlah peralatan. Mulailah kaki Sabar mengayun di atas kanvas, melukis hasil jepretan objek foto pilihanya.
Itulah akitivitas sehari-hari yang biasa dilakukan Sabar, pelukis yang tidak memiliki lengan. Lahir 33 tahun lalu tanpa kedua tangan. Walau begitu, sabar tak pernah merasa berbeda dengan orang biasa. Semua aktivitas dia lakukan menggunakan kedua kakinya. Makan, minum, membaca buku, menggunakan komputer hingga melukis, semuanya menggunakan salah satu kakinya.
Selain melukis dia juga mengelola website pribadinya. Sejak kecil, Sabar memang sudah diajarkan nilai-nilai kemandirian oleh orangtua. Kedua kakinya dilatih berfungsi layaknya sebagai tangan.
Semasa kecil, orangtua membawa Sabar berguru melukis kepada seorang pelukis kenamaan Salatiga, Amir Rachmat. Setelah mulai mahir melukis, Sabar terdorong ikut berbagai pameran lukisan. Tak lama, karya Sabar mulai dikenal. Sampai akhirnya banyak digemari di mancanegara.
Sabar kini bergabung di Association of Mouth and Foot Painting Artists atau Asosiasi Internasional Pelukis Pengguna Kaki dan Mulut. Bahkan, tiap bulan Sabar mendapat royalti dari lukisannya yang dicetak sebagai kartu ucapan.
Decak kagum dari berbagai kalangan, termasuk dari sesama pelukis sering terdengar. Seperti pelukis asal Skotlandia bernama Lockie Campbell, dia tidak percaya Sabar dapat melukis dengan kaki jika melihat hasil lukisannya.
"Saya sangat terkejut, dan tetap tidak percaya, sang pelukis melukis ini semua dengan kaki. Salah satu lukisan di dinding ini, memiliki detail sangat halus dari daun-daun. Saya juga pelukis, dan saya sendiri sangat-sangat sulit melukis detail seperti itu dengan tangan saya sendiri," ujar Campbell.
Sabar memang tekun dan suka membuat detail-detail indah. Ratusan lukisan sudah lahir dari kaki sabar. Sabar tercatat sebagai pelukis kaki pertama di Indonesia yang menggelar pameran tunggal.
Hal senada juga diakui Didik SM, seorang pelukis sekaligus teman Sabar. Menurutnya, lukisan karya sabar selain detail juga sangat indah. Kini hasil karyanya juga telah dipamerkan di Austria dan Singapura. Harga lukisan Sabar sekarang antara Rp 4 juta hingga Rp 20 juta.
Berbekal kaki untuk melukis, kini Sabar bisa membeli rumah dan menjadi tulang punggung keluarga. Wiwik Rahayu, ibunda Sabar meraasa bersyukur karena Sabar selalu mencukupi biaya keluarga.
Selain melukis, Sabar juga gemar membaca dan membeli buku. Cita-citanya membangun komunitas membaca di sekitar tempat tinggalnya. Dalam menjalani hidup, Sabar memiliki motto sederhana: Berbahagialah dengan apa yang ada, tidak perlu memikirkan yang tidak ada. (Rmn/Mut)
[Baca juga: Miris, Kereta Kencana Keraton Surakarta-Yogya Absen di Festival]
Sabar pun memajang sejumlah foto pilihan hasil jepretan tersebut dan mempersiapkan sejumlah peralatan. Mulailah kaki Sabar mengayun di atas kanvas, melukis hasil jepretan objek foto pilihanya.
Itulah akitivitas sehari-hari yang biasa dilakukan Sabar, pelukis yang tidak memiliki lengan. Lahir 33 tahun lalu tanpa kedua tangan. Walau begitu, sabar tak pernah merasa berbeda dengan orang biasa. Semua aktivitas dia lakukan menggunakan kedua kakinya. Makan, minum, membaca buku, menggunakan komputer hingga melukis, semuanya menggunakan salah satu kakinya.
Selain melukis dia juga mengelola website pribadinya. Sejak kecil, Sabar memang sudah diajarkan nilai-nilai kemandirian oleh orangtua. Kedua kakinya dilatih berfungsi layaknya sebagai tangan.
Semasa kecil, orangtua membawa Sabar berguru melukis kepada seorang pelukis kenamaan Salatiga, Amir Rachmat. Setelah mulai mahir melukis, Sabar terdorong ikut berbagai pameran lukisan. Tak lama, karya Sabar mulai dikenal. Sampai akhirnya banyak digemari di mancanegara.
Sabar kini bergabung di Association of Mouth and Foot Painting Artists atau Asosiasi Internasional Pelukis Pengguna Kaki dan Mulut. Bahkan, tiap bulan Sabar mendapat royalti dari lukisannya yang dicetak sebagai kartu ucapan.
Decak kagum dari berbagai kalangan, termasuk dari sesama pelukis sering terdengar. Seperti pelukis asal Skotlandia bernama Lockie Campbell, dia tidak percaya Sabar dapat melukis dengan kaki jika melihat hasil lukisannya.
"Saya sangat terkejut, dan tetap tidak percaya, sang pelukis melukis ini semua dengan kaki. Salah satu lukisan di dinding ini, memiliki detail sangat halus dari daun-daun. Saya juga pelukis, dan saya sendiri sangat-sangat sulit melukis detail seperti itu dengan tangan saya sendiri," ujar Campbell.
Sabar memang tekun dan suka membuat detail-detail indah. Ratusan lukisan sudah lahir dari kaki sabar. Sabar tercatat sebagai pelukis kaki pertama di Indonesia yang menggelar pameran tunggal.
Hal senada juga diakui Didik SM, seorang pelukis sekaligus teman Sabar. Menurutnya, lukisan karya sabar selain detail juga sangat indah. Kini hasil karyanya juga telah dipamerkan di Austria dan Singapura. Harga lukisan Sabar sekarang antara Rp 4 juta hingga Rp 20 juta.
Berbekal kaki untuk melukis, kini Sabar bisa membeli rumah dan menjadi tulang punggung keluarga. Wiwik Rahayu, ibunda Sabar meraasa bersyukur karena Sabar selalu mencukupi biaya keluarga.
Selain melukis, Sabar juga gemar membaca dan membeli buku. Cita-citanya membangun komunitas membaca di sekitar tempat tinggalnya. Dalam menjalani hidup, Sabar memiliki motto sederhana: Berbahagialah dengan apa yang ada, tidak perlu memikirkan yang tidak ada. (Rmn/Mut)
[Baca juga: Miris, Kereta Kencana Keraton Surakarta-Yogya Absen di Festival]