Natali Naibaho (23), salah satu korban meninggal kecelakaan kereta dengan truk BBM di perlintasan Pondok Betung, Jakarta Selatan, rencananya dimakamkan di Pamulang, Rabu (11/12/2013). Natali menghembuskan nafas terakhir di RS Famawati pada Selasa 10 Desember setelah mengalami koma 2 hari.
Sebelum koma, Natali diketahui ingin sekali bertemu dengan sang ayah, Asman Naibaho yang juga sempat mengantarkannya ke Stasiun Pondok Ranji.
"Sampai di UGD ditanya dokter, dia masih bisa jawab nama. Dan dia minta diteleponin bapaknya. Pas udah diteleponin, langsung nggak sadar lagi," kata sepupu Natali, Vera (17) di RS Fatmawati, Jakarta, Rabu (11/12/2013).
Perhatian dan kasih sayangnya juga tak hanya dicurahkan kepada adik-adiknya. Vera yang juga sepupunya juga sering diingatkan oleh Natali agar tidak sering berkelahi dengan saudara-saudaranya.
"Dia bilang kalau saya jangan banyak bertengkar dengan adik, karena itu bisa membuat orangtua sedih," tutup Vera.
Firasat tak enak juga dirasakan sang ibu, Dermawan Pasaribu (53), saat menyaksikan tayangan di televisi tentang Tragedi Bintaro II. "Pas liat TV tentang kecelakaan saya telepon (Natali) tapi nggak diangkat. Wah jangan-jangan benar anak saya di sana," ujar Dermawan.
Berdasarkan keterangan pihak rumah sakit, Natali mengalami luka bakar 70 persen. Tak hanya itu, paru-parunya pun rusak karena saat kejadian ia banyak menghirup asap yang mengepul di dalam kereta. Untuk bernafas, ia membutuhkan alat bantu penafasan.
Korban juga diketahui adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bung Karno (UBK) Semester VII. Natali juga aktif di kegiatan kampus dan gereja. Saat kejadian, Natali duduk di dalam gerbong paling depan.
Nahas, kereta yang ditumpangi saat ingin menuju kampus hanya sampai di pintu perlintasan Pondok Betung. Kereta listrik itu menghantam mobil tangki BBM dan terbakar. (Mut/Sss)
Sebelum koma, Natali diketahui ingin sekali bertemu dengan sang ayah, Asman Naibaho yang juga sempat mengantarkannya ke Stasiun Pondok Ranji.
"Sampai di UGD ditanya dokter, dia masih bisa jawab nama. Dan dia minta diteleponin bapaknya. Pas udah diteleponin, langsung nggak sadar lagi," kata sepupu Natali, Vera (17) di RS Fatmawati, Jakarta, Rabu (11/12/2013).
Perhatian dan kasih sayangnya juga tak hanya dicurahkan kepada adik-adiknya. Vera yang juga sepupunya juga sering diingatkan oleh Natali agar tidak sering berkelahi dengan saudara-saudaranya.
"Dia bilang kalau saya jangan banyak bertengkar dengan adik, karena itu bisa membuat orangtua sedih," tutup Vera.
Firasat tak enak juga dirasakan sang ibu, Dermawan Pasaribu (53), saat menyaksikan tayangan di televisi tentang Tragedi Bintaro II. "Pas liat TV tentang kecelakaan saya telepon (Natali) tapi nggak diangkat. Wah jangan-jangan benar anak saya di sana," ujar Dermawan.
Berdasarkan keterangan pihak rumah sakit, Natali mengalami luka bakar 70 persen. Tak hanya itu, paru-parunya pun rusak karena saat kejadian ia banyak menghirup asap yang mengepul di dalam kereta. Untuk bernafas, ia membutuhkan alat bantu penafasan.
Korban juga diketahui adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bung Karno (UBK) Semester VII. Natali juga aktif di kegiatan kampus dan gereja. Saat kejadian, Natali duduk di dalam gerbong paling depan.
Nahas, kereta yang ditumpangi saat ingin menuju kampus hanya sampai di pintu perlintasan Pondok Betung. Kereta listrik itu menghantam mobil tangki BBM dan terbakar. (Mut/Sss)