Sukses

Kisah Balita Diselamatkan Teknisi Kereta Tragedi Bintaro II

Sofyan Hadi menyelamatkan balita 4 tahun dan gugur saat berusaha menarik rem darurat.

Karir Sofyan Hadi sebagai teknisi kereta hanya seumur jagung, 3 bulan. Ia juga tak sempat meraih pekerjaan impiannya sebagai masinis. Kecelakaan maut Tragedi Bintaro II Senin 9 Desember 2013 mengakhiri cita-cita, juga hidupnya.

Namun, meski diselimuti kesedihan, perasaan bangga menyeruak di hati keluarganya yang berduka. Sofyan Hadi tidak meninggal sia-sia.  Ia tewas sebagai pahlawan.

Kakak Sofyan, Dewi Anggraini (25), menceritakan bagaimana sang adik menjadi pahlawan saat menyelamatkan balita 4 tahun dan memilih kembali ke kabin masinis sesaat sebelum KRL jurusan Serpong-Tanah Abang itu menabrak truk tangki BBM.

Cerita heriok itu didapat Dewi dari seorang ibu yang tiba-tiba saja datang ke RS Polri Kramat Jati, tempat Sofyan disemayamkan pasca-kecelakaan. Perempuan itu datang sambil menangis dan tak hentinya mengucapkan terima kasih pada Sofyan.

Dewi mengatakan, kala itu sang ibu menceritakan bagaimana Sofyan berusaha menyelamatkan para penumpang. Sesaat sebelum kecelakaan, Sofyan yang berada di kabin masinis tiba-tiba keluar.

Bungsu dari 4 bersaudara itu masuk ke gerbong wanita yang hanya dipisahkan satu pintu dari kabin masinis. Saat itu juga, Sofyan memberitahukan penumpang akan terjadi kecelakaan. Para penumpang diminta menuju ke gerbong kedua.

Mendengar kabar itu, para penumpang panik dan berhamburan menyelamatkan diri. Saat itu, ada balita berusia sekitar 4 tahun yang terlepas dari pengawasan orangtuanya dan menangis. Melihat hal itu, Sofyan menghampiri sang balita dan menggendongnya.

"Namanya panik, mungkin ada anak yang kelepas. Terus adik saya nyamperin anak itu. Teriak ini anak siapa, ibu tolong dibawa anaknya," kata Dewi pada Liputan6.com, saat ditemui di kediamannya di Jalan RA Kartini Gang Mawar 3, Margahayu, Bekasi Timur, Jawa Barat, Rabu (11/12/2013).

Sadar anaknya menghilang, salah seorang wanita menghampiri Sofyan dan mengambil balita yang sedang digendongnya. Tak sampai di situ, lanjut Dewi, Sofyan masih memberitahu agar penumpang mencari tempat aman seperti mendekat ke jendela atau lari ke gerbong lain.

"Dia terus teriak, ibu cepet pegangan jendela deket pintu. Lari ke gerbong lain. Mungkin, biar gampang nyelametin diri kalau deket jendela," lanjut Dewi.

Bukan menyelamatkan diri, Sofyan malah kembali menuju kabin masinis. Sofyan berusaha menarik tuas rem darurat yang berada tak jauh dari kabin. Namun, terlambat. Kereta yang ditumpanginya keburu menabrak truk tangki, terguling, dan terbakar.

"Padahal kalau mau menyelamatkan diri bisa aja. Tapi dia milih balik nyari tuas rem darurat. Nggak sempat terus brak," ucap Dewi sambil sesekali mengusap air mata yang mulai menetes.

Dewi mengatakan, usai menceritakan jasa Sofyan, sang ibu memberi amplop sebagai tanda terima kasih karena telah menyelamatkan anak balitanya. Namun, Dewi tak sempat menanyakan nama dan dari mana ibu itu berasal.

"Dia terus ngasih amplop tanda terima kasih. Tapi saya nggak sempat nanya siapa dia," tambahnya.

Kisah itu diakui Dewi, memperingan rasa duka yang menyeruak di dada. "Sekarang cuma bisa berdoa. Semoga dikasih tempat yang baik. Amin. Keluarga juga insya Allah sudah ikhlas," tutupnya. (Ein)