Kecelakaan kereta dan truk tangki BBM di Bintaro, Jakarta Selatan, mengakibatkan 7 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Penyebab truk tangki yang diduga nekat melintas hingga tertabrak kereta kini menjadi perdebatan.
Kebiasaan menerobos palang kereta sembarangan memang disinyalir menjadi penyebab utama petaka di perlintasan. Pengguna jalan diimbau disiplin supaya tak ada lagi nyawa melayang.
Dalam tayangan Liputan 6 SCTV, Kamis (14/12/2013), ledakan hebat dan kepanikan terjadi sesaat setelah tabrakan antara kereta commuter line dan truk tangki BBM terjadi di Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan. Suara jeritan minta tolong dan tangisan pilu menggema. Gerbong terdepan adalah gerbong wanita. Sebagian penumpangnya ibu hamil dan anak-anak. Mereka harus berpacu dengan waktu menyelamatkan diri dari kobaran api yang kian membesar.
Puluhan orang terjebak di dalam gerbong yang terguling. Petugas dibantu warga mencoba mengeluarkan para penumpang dengan alat seadanya. Di antara para korban yang dievakuasi, jenazah masinis ditemukan. Petugas membawanya ke Rumah Sakit Polri Sukanto di Kramat Jati, Jakarta Timur, dengan ambulans. Sementara pencarian terus dilakukan. Satu per satu gerbong diteliti termasuk gerbong yang terguling.
Di tengah hujan deras, upaya petugas melakukan pencarian dan evakuasi pun tak terhenti. Puluhan petugas pemadam kebakaran diturunkan. Namun, si jago merah tetap sulit ditaklukan mereka yang selamat pun mengisahkan tragedi ini.
"Tiba-tiba saja keretanya nabrak sesuatu dan terguling. Semua penumpang terutama di gerbong wanita berteriak minta tolong," kata penumpang, Khoirul.
Tragedi Bintaro II itu menewaskan 7 orang. 3 Di antaranya pegawai PT Kereta Api Indonesia (KAI) yaitu masinis Darman Prasetyo, Asisten Masinis Agus Suroto dan Teknisi Sofyan Hadi. Duka menyelimuti keluarga yang ditinggalkan dan jajaran PT Kereta Api Indonesia. Apalagi, ketiga korban kehilangan nyawanya di tengah upaya menyelamatkan para penumpang.
Duka mendalam juga dirasakan keluarga 4 korban tewas lainnya. Air mata, jerit tangis hingga pingsan. Keluarga korban tak percaya akan kehilangan anak, ibu, saudara dengan begitu tiba-tiba dalam sebuah kecelakaan tragis. Tragedi Bintaro II juga membuat puluhan korban lainnya terluka-luka. Rata-rata korban menderita luka bakar.
Termasuk, sopir dan kernet truk tangki BBM Chosimin dan Mujiono. Keduanya menderita luka bakar. Kondisi mereka kini berangsur membaik dan sudah dimintai keterangan oleh sejumlah penyidik.
KRL Serpong-Tanah Abang yang menabrak truk tangki berisi 24 ribu liter BBM di Bintaro, Senin 9 Desember 2013 sekitar pukul 11.23 WIB. Posisi truk tangki di tengah rel saat ditabrak kereta. Penyebab truk tangki yang diduga nekat menerobos palang pintu yang akan ditutup menjadi perdebatan.
Versi PT KAI, truk BBM menerobos palang pintu yang akan tertutup dan sirene berbunyi. Sehingga truk tangki terjebak dan tertabrak kereta. Sejumlah saksi mata pun menuturkan hal ini. Sementara versi Pertamina, palang pintu dan sirene tidak berfungsi. Hal ini juga yang diakui sopir truk BBM Chosimin.
Masih banyaknya pengguna jalan, yang nekat menerobos palang pintu kereta menjadi penyebab utama petaka di perlintasan. Pengendara seringkali tidak sabar menunggu kereta lewat untuk berhadapan dengan kemacetan. Padahal itu tak hanya membahayakan nyawa sendiri namun juga nyawa orang lain.
Keadaan perlintasan yang tak memadai juga menjadi faktor penyebab rawannya kecelakaan di perlintasan kereta. Dari 506 perlintasan kereta di Jabodetabek, sebagian di antaranya adalah perlintasan resmi yang dijaga dan tidak dijaga. Namun di antara itu terdapat 197 perlintasan ilegal. Angka kecelakaan di Indonesia pun terbilang tinggi dalam kurun waktu 5 bulan saja telah terjadi 44 kecelakaan dengan menewaskan 73 orang.
Tak hanya pemerintah yang dituntut memberikan solusi masalah perlintasan kereta yang kerap menelan korban jiwa. Namun juga perlu kesadaran masyarakat agar tidak lengah dan selalu berdisiplin saat melintas agar jangan sampai terjadi Tragedi Bintaro selanjutnya.
Selengkapnya Anda bisa menyaksikan tayangan Barometer Liputan 6 SCTV 'Petaka di Perlintasan Kereta' melalui video di bawah ini. (Adi/Mut)
Kebiasaan menerobos palang kereta sembarangan memang disinyalir menjadi penyebab utama petaka di perlintasan. Pengguna jalan diimbau disiplin supaya tak ada lagi nyawa melayang.
Dalam tayangan Liputan 6 SCTV, Kamis (14/12/2013), ledakan hebat dan kepanikan terjadi sesaat setelah tabrakan antara kereta commuter line dan truk tangki BBM terjadi di Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan. Suara jeritan minta tolong dan tangisan pilu menggema. Gerbong terdepan adalah gerbong wanita. Sebagian penumpangnya ibu hamil dan anak-anak. Mereka harus berpacu dengan waktu menyelamatkan diri dari kobaran api yang kian membesar.
Puluhan orang terjebak di dalam gerbong yang terguling. Petugas dibantu warga mencoba mengeluarkan para penumpang dengan alat seadanya. Di antara para korban yang dievakuasi, jenazah masinis ditemukan. Petugas membawanya ke Rumah Sakit Polri Sukanto di Kramat Jati, Jakarta Timur, dengan ambulans. Sementara pencarian terus dilakukan. Satu per satu gerbong diteliti termasuk gerbong yang terguling.
Di tengah hujan deras, upaya petugas melakukan pencarian dan evakuasi pun tak terhenti. Puluhan petugas pemadam kebakaran diturunkan. Namun, si jago merah tetap sulit ditaklukan mereka yang selamat pun mengisahkan tragedi ini.
"Tiba-tiba saja keretanya nabrak sesuatu dan terguling. Semua penumpang terutama di gerbong wanita berteriak minta tolong," kata penumpang, Khoirul.
Tragedi Bintaro II itu menewaskan 7 orang. 3 Di antaranya pegawai PT Kereta Api Indonesia (KAI) yaitu masinis Darman Prasetyo, Asisten Masinis Agus Suroto dan Teknisi Sofyan Hadi. Duka menyelimuti keluarga yang ditinggalkan dan jajaran PT Kereta Api Indonesia. Apalagi, ketiga korban kehilangan nyawanya di tengah upaya menyelamatkan para penumpang.
Duka mendalam juga dirasakan keluarga 4 korban tewas lainnya. Air mata, jerit tangis hingga pingsan. Keluarga korban tak percaya akan kehilangan anak, ibu, saudara dengan begitu tiba-tiba dalam sebuah kecelakaan tragis. Tragedi Bintaro II juga membuat puluhan korban lainnya terluka-luka. Rata-rata korban menderita luka bakar.
Termasuk, sopir dan kernet truk tangki BBM Chosimin dan Mujiono. Keduanya menderita luka bakar. Kondisi mereka kini berangsur membaik dan sudah dimintai keterangan oleh sejumlah penyidik.
KRL Serpong-Tanah Abang yang menabrak truk tangki berisi 24 ribu liter BBM di Bintaro, Senin 9 Desember 2013 sekitar pukul 11.23 WIB. Posisi truk tangki di tengah rel saat ditabrak kereta. Penyebab truk tangki yang diduga nekat menerobos palang pintu yang akan ditutup menjadi perdebatan.
Versi PT KAI, truk BBM menerobos palang pintu yang akan tertutup dan sirene berbunyi. Sehingga truk tangki terjebak dan tertabrak kereta. Sejumlah saksi mata pun menuturkan hal ini. Sementara versi Pertamina, palang pintu dan sirene tidak berfungsi. Hal ini juga yang diakui sopir truk BBM Chosimin.
Masih banyaknya pengguna jalan, yang nekat menerobos palang pintu kereta menjadi penyebab utama petaka di perlintasan. Pengendara seringkali tidak sabar menunggu kereta lewat untuk berhadapan dengan kemacetan. Padahal itu tak hanya membahayakan nyawa sendiri namun juga nyawa orang lain.
Keadaan perlintasan yang tak memadai juga menjadi faktor penyebab rawannya kecelakaan di perlintasan kereta. Dari 506 perlintasan kereta di Jabodetabek, sebagian di antaranya adalah perlintasan resmi yang dijaga dan tidak dijaga. Namun di antara itu terdapat 197 perlintasan ilegal. Angka kecelakaan di Indonesia pun terbilang tinggi dalam kurun waktu 5 bulan saja telah terjadi 44 kecelakaan dengan menewaskan 73 orang.
Tak hanya pemerintah yang dituntut memberikan solusi masalah perlintasan kereta yang kerap menelan korban jiwa. Namun juga perlu kesadaran masyarakat agar tidak lengah dan selalu berdisiplin saat melintas agar jangan sampai terjadi Tragedi Bintaro selanjutnya.
Selengkapnya Anda bisa menyaksikan tayangan Barometer Liputan 6 SCTV 'Petaka di Perlintasan Kereta' melalui video di bawah ini. (Adi/Mut)