Kaum muda menjadi bagian penting dalam upaya peningkatan partisipasi pemilih. Jangan sampai menjadi golongan putih atau golput alias tidak memilih dalam pemilu.
"Kami mengajak kaum muda untuk tidak golput pada Pemilu 2014. Jangan menghindar dari pemilu. Kita harus memiliki spirit untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik. Mekanisme yang konstitusional ya melalui Pemilu," imbau Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Husni Kamil Manik.
Selama ini, lanjut dia, kaum muda yang jumlahnya rata-rata mencapai 30 persen dari jumlah pemilih menjadi penyumbang utama penurunan partisipasi pemilih. Padahal dalam konteks pendidikan, kesehatan dan akses, anak mudalah yang paling memungkinkan untuk menggunakan hak suaranya di tempat pemungutan suara (TPS).
Husni berharap gerakan kaum muda dan mahasiswa ikut membantu menyampaikan gagasan tentang strategi yang efektif untuk mendekati pemilih muda yang di dalamnya termasuk pemilih pemula.
"Kami sangat terbuka dengan kritikan dan gagasan dari para kaum muda untuk bersama-sama meningkatkan kuantitas dan kualitas penyelenggaraan pemilu," ujar Husni.
Politik Uang
Money politics atau politik uang senantiasa menjadi momok dalam pemilu. Meski demikian Komisioner KPK Adnand Pandu Praja mengajak partisipasi masyarakat dalam mewujudkan Pemilu 2014 yang bersih.
"Pemilu yang bersih itu pemilu yang tanpa ada indikasi bansos, calon pemimpin yang bersih dari korupsi, dan pengawasan terhadap adanya politik uang dan kecurangan," tutur Adnand.
Peneliti Senior Pusat Penelitian Politik LIPI Siti Zuhro juga berpesan agar pemilih pemula tidak terkontaminasi oleh money politics. Pemilih pemula harus menjadi pemilih yang cerdas berdemokrasi.
"Dengan 20 persen jumlah pemilih pemula yang akan menyuarakan hak pilihnya dalam pemilu akan sangat mempengaruhi hasil pemilu. Oleh karena itu, jadilah pemilih pemula yang cerdas dan kritis dalam berdemokrasi, namun jangan pernah tergoda dengan money politics," anjur Siti. (kpu.go.id/Adv)
"Kami mengajak kaum muda untuk tidak golput pada Pemilu 2014. Jangan menghindar dari pemilu. Kita harus memiliki spirit untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik. Mekanisme yang konstitusional ya melalui Pemilu," imbau Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Husni Kamil Manik.
Selama ini, lanjut dia, kaum muda yang jumlahnya rata-rata mencapai 30 persen dari jumlah pemilih menjadi penyumbang utama penurunan partisipasi pemilih. Padahal dalam konteks pendidikan, kesehatan dan akses, anak mudalah yang paling memungkinkan untuk menggunakan hak suaranya di tempat pemungutan suara (TPS).
Husni berharap gerakan kaum muda dan mahasiswa ikut membantu menyampaikan gagasan tentang strategi yang efektif untuk mendekati pemilih muda yang di dalamnya termasuk pemilih pemula.
"Kami sangat terbuka dengan kritikan dan gagasan dari para kaum muda untuk bersama-sama meningkatkan kuantitas dan kualitas penyelenggaraan pemilu," ujar Husni.
Politik Uang
Money politics atau politik uang senantiasa menjadi momok dalam pemilu. Meski demikian Komisioner KPK Adnand Pandu Praja mengajak partisipasi masyarakat dalam mewujudkan Pemilu 2014 yang bersih.
"Pemilu yang bersih itu pemilu yang tanpa ada indikasi bansos, calon pemimpin yang bersih dari korupsi, dan pengawasan terhadap adanya politik uang dan kecurangan," tutur Adnand.
Peneliti Senior Pusat Penelitian Politik LIPI Siti Zuhro juga berpesan agar pemilih pemula tidak terkontaminasi oleh money politics. Pemilih pemula harus menjadi pemilih yang cerdas berdemokrasi.
"Dengan 20 persen jumlah pemilih pemula yang akan menyuarakan hak pilihnya dalam pemilu akan sangat mempengaruhi hasil pemilu. Oleh karena itu, jadilah pemilih pemula yang cerdas dan kritis dalam berdemokrasi, namun jangan pernah tergoda dengan money politics," anjur Siti. (kpu.go.id/Adv)