Sukses

Ketika Lapas Wanita Jadi `Pabrik` Roti

Roti dan kue buah tangan mereka pun sudah dipasarkan hingga ke seluruh wilayah Sumsel.

Selama ini Lembaga Pemasyarakatan atau lapas hanya dikenal dari sisi negatifnya. Namun ternyata di balik tingginya pagar dan kesan angker lapas selama ini, masih ada tangan-tangan yang siap bersaing kreatif dan mampu bersaing dalam dunia industri.

Seperti yang ditunjukkan warga binaan Lapas Wanita Kelas I Palembang, Sumatera Selatan yang sejak sebulan terakhir mulai rutin memproduksi roti dan kue. Buatan kue itu mulai dipasarkan hingga ke seluruh wilayah Sumsel. Setiap harinya kini lapas wanita yang terletak di Jalan Merdeka, Palembang itu minimal memproduksi 1.000 roti dalam 21 varian dan rasa.

"Jumlah tersebut hanya untuk wilayah Palembang, namun jika ada pesanan dari luar kota maka bisa bertambah 2 kali lipat. Saat ini jumlah warga binaan yang mendapat pelatihan dan bekerja di pabrik roti tersebut sudah mencapai 30 orang," jelas Kepala Lapas Wanita Kelas I Palemban, Rachmayanthy, dalam perbincangan dengan Liputan6.com, Selasa 17 Desember kemarin.

Adapun tujuan program ini diakuinya agar warga binaan di Lapas Wanita Palembang memiliki keahlian setelah menyelesaikan masa tahanannya. "Tidak hanya berlatih dan bekerja, mereka pun nanti akan mendapatkan sertifikat," tambah Rachmayanthy.

Berdasarkan data warga binaan yang menjalani hukuman di Lapas Wanita Kelas I Palembang, hampir 80% terjerat iming-iming uang instan melalui bisnis narkoba. "Dan mereka pun rata-rata bukan pemakai, namun pengedar yang tergiur faktor uang."

"Dengan pelatihan ini kami harapkan mereka nanti memiliki keahlian yang bisa dipergunakan saat bebas nanti,” imbuh Rachmayanthy.

Sementara itu, salah satu warga binaan yang sudah menjadi pekerja tetap di pabrik Roti Lapas Wanita Kelas I Palembang, Fatimah (42) mengaku senang mendapat pelatihan tersebut. Ia berharap dapat membuat usaha serupa saat menghirup udara segar nantinya.

"Kurang dari 7 bulan lagi, saya akan segera keluar. Jika mendapat modal, saya ingin membuka usaha seperti ini. Sudah cukup saya harus menjalani hukuman karena kemarin tergoda oleh uang cepat dari jual narkoba,” ujar wanita yang divonis 2 tahun hukuman penjara karena mengedarkan narkoba ini.

2 dari 2 halaman



La Penile

Untuk memasarkan roti yang dibuat warga binaanya, Rachmayanthy mendirikan galeriyang mirip sebuah kafe di halaman depan Lapas. Gallery ini sendiri diberi nama La Penile yang memiliki arti yakni Lembaga Pemasyarakatan Wanita Palembang.

Kini setiap harinya ramai dikunjungi warga yang hendak menjenguk maupun masyarakat umum. Galeri ini sendiri diresmikan langsung Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana pada 8 November lalu. Kini galeri dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang nyaman. 

Untuk menjaga mutu dan rasa agar bisa bersaing dengan pelaku industri roti lainnya, pihak lapas menggandeng pihak swasta. "Kerjasama ini juga sesuai dengan PP No 57 Tahun 1997 yang mengatur tentang pembinaan warga binaan, jadi kami tidak sembarangan, dan memang ada payung hukumnya," tambahnya.

Pihaknya sendiri awalnya mengalami beberapa kesulitan saat akan memulai usaha ini, salah satunya adalah keterbatasan ruang yang akan menjadi bengkel produksi. "Perlu diketahui bahwa lapas ini awalnya merupakan sebuah rutan, jadi prototipenya berbeda."

"Namun setelah berkoordinasi dengan berbagai pihak, sel yang tidak terpakai kami sulai menjadi bengkel kerja. Kini sekarang hasilnya sudah mulai terlihat, dan kami pun sudah turut berpartisipasi dalam Napi Craft yang digelar di JCC Jakarta, Minggu lalu,” jelas Rachmayanthy. (Rmn/Ism)
Video Terkini