Peserta konvensi capres Partai Demokrat Dahlan Iskan tengah menjadi sasaran tembak. Banyak hal menjegalnya untuk menjadi pemenang konvensi. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Political Communication Institute Heri Budianto.
"Dahlan jadi sasaran tembak di konvensi. Terkait bertubi-tubinya persoalan yang melibatkan Dahlan mulai gas elpiji 12 kilogram, dugaan korupsi, dan pelaporan Jaringan Advokat Publik kepada Komite Konvensi yang dilakukan DI sangat kental aroma politik," ujar Heri kepada Liputan6.com, di Jakarta, Kamis (9/1/2014).
Menurut pengamat politik Universitas Mercu Buana itu, Dahlan menjadi sasaran tembak karena ada kelompok tertentu yang tidak meninginkannya menang dalam konvensi. Atas serangan politik yang tengah dihadapi Dahlan, tiap respons harus berdasarkan keputusan yang tak gegabah, karena bisa saja makin menyudutkan dirinya.
Advertisement
Misalnya saja, lanjut Heri, respons Dahlan saat kasus elpiji menyerangnya. "Saya melihat Dahlan terlalu lugu menghadapi tekanan politik yang dialamatkan padanya. Pada kasus elpiji, pernyataan bersalah yang disampaikannya memang berefek ganda," tuturnya.
Ada 2 hal yang patut diperhatikan oleh Dahlan. Pertama, Heri mencermati upaya pasang badan Menteri BUMN itu menunjukkan dirinya bertanggungjawab, tapi di sisi lain hal itu merugikan. Sebab, Dahlan bisa dinilai publik tidak berkoordinasi kepada Presiden dan menteri lain.
"Kedua, bisa berimpilikasi positif sebab kajadian itu bisa menimbulkan simpati publik seolah-olah Dahlan teraniaya dalam kasus elpiji," terangnya.
Respons Dahlan dengan menyatakan siap mundur atas laporan Jaringan Advokat Publik, juga dinilai Heri berimplikasi negatif. "Sebab publik bisa menterjemahkan bahwa Dahlan terlalu cengeng. Kalau pesan ini yang ditangkap publik, maka Dahlan akan rugi. Sebaiknya serangan politik dihadapi dengan strategi yang pas, sehingga momentum itu bisa dipakai untuk menaikkan citra," tandas Heri. (Alv/Ado)
Baca juga:
Dahlan Iskan `Tumbal` Demokrat?