Sukses

Linkin Park <i>Breaking The Habit</i>

Linkin Park jadi mentas di Pantai Karnaval, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, 13 Juni 2004. Penonton dilarang jejingkrakan berlebihan, memakai rantai, <i>spike</i>, dan berpakaian terlalu terbuka.

Liputan6.com, Jakarta: Mereka datang dari California, Amerika Serikat, membawa kebiasaan baru. Musik keras tapi tanpa kekerasan, tanpa mabuk-mabukan, dan, yang mungkin sedikit berat buat penggemar musik keras, yaitu tanpa jejingkrakan atau moshing. Itu juga yang menjadi syarat mutlak pihak manajemen mereka kepada setiap penyelenggara konser Linkin Park di seluruh dunia. Dan, buat Rini Noor dari Nepathya, promotor yang mendatangkan Linkin Park ke Indonesia, permintaan tersebut harus dipenuhi. Kalau tidak, Linkin Park urung mentas di Pantai Karnaval, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, 13 Juni 2004.

Dalam dialog bersama reporter SCTV Sella Wangkar, Ahad (6/6) pagi, Rini Noor mengaku bisa memahami latar belakang manajemen Linkin Park menyodorkan sederet aturan ketat. &quotMereka ingin [pementasan] nyaman,&quot kata Rini. Kalau sudah begitu, mau tidak mau, pihak promotor harus menjamin permintaan Linkin Park terpenuhi. Meski, boleh jadi, buat sebagian orang, aturan tersebut memberatkan dan &quotgaring&quot. Mereka lantas membayangkan menonton musik rock tanpa jejingkrakan berlebihan, minus aksesori musik cadas, seperti rantai, spike. Berpakaian terlalu terbuka pun dilarang.

Aturan-aturan super ketat itu bukan berarti Linkin Park menghendaki penonton yang manis dan baik-baik. Boleh jadi, mereka cuma kepingin membawa kebiasaan baru sekaligus menghapus stempel gelap yang selama ini menempel pada musik-musik bertempo cepat dan keras. Gerakan serupa pernah bergaung di pertengahan 1980-an di AS pada musik-musik hard core. Namanya Straight Edge. Para pengikutnya antidrugs, antikekerasan, bahkan sebagian ada yang menjadi vegetarian alias tidak makan daging. Grup musik yang mengusung pola hidup seperti itu, di antaranya Minor Threat.

Linkin Park beranggotakan Chester Bennington (vokal), Rob Bourdon (drum), Brad Delson (gitar), Joe Hahn (DJ), Phoenix (bass), dan Mike Shinoda (rap). Semua berawal pada akhir dekade `80-an, ketika Mike bertemu Brad di sebuah junior high school di Agoura, California. Keduanya sepakat membentuk sebuah grup musik yang sesuai dengan selera mereka: rock dipadu rap. Kemudian, Joe Hahn, Chester Bennington, Rob Bourbon, dan Phoenix Farrel, masuk. Pada 2000, sebuah album bertajuk Hybrid Theory keluar. Dibanding grup sebelum mereka, seperti KoRn atau Limp Bizkit, album Hybrid Theory, bisa dibilang, lebih mengena di kuping. Mereka memadukan musik rock yang melodik dipadu unsur rap lewat celotehan Mike yang keturunan Jepang. Tak keras-keras amat biar bisa didengar cewek, juga tak lembek sehingga disukai cowok. Dan yang penting, ketukan rock-nya tetap terasa. Album Hybrid Theory terjual jutaan kopi di seluruh dunia.

Meski banyak yang suka, tak sedikit pula yang mencemooh. Linkin Park disebut tak lebih sebagai boys band yang berlagak ber-metal ria. Tampang mereka yang imut-imut menjadi salah satu alasan sebutan itu mengumandang, selain aturan super ketat yang menyertai acap kali Linkin Park berpentas.

Rini Noor secara tidak langsung mengakui itu. Menurut dia, masa keemasan boys band, seperti Westlife dan Backstreet Boys, sudah lewat. &quotPenggemar mereka kini beralih ke Linkin Park,&quot kata Rini.

Dia menambahkan, pihaknya sebenarnya sudah menawari Linkin Park untuk main di Jakarta sejak dua tahun silam. Salah satu alasannya adalah penjualan album Linkin Park yang besar. Namun, saat itu, mereka belum mengiyakan dengan alasan keamanan. Apalagi, pemerintah AS memberikan travel warning buat warganya. Dan, baru sekarang manajemen Linkin Park mengiyakan. &quotTahun silam mereka masih belum mau. Takut dengan image teroris,&quot kata Rini.

Pihak promotor menargetkan jumlah penonton Linkin Park mencapai 40 ribu orang. Lokasi yang jauh dari Dunia Fantasi bukan masalah. Sebab, menurut Rini, pihaknya sudah bekerja sama dengan pengelola Taman Impian Jaya Ancol. Jadinya, para penonton yang datang, baik dengan mobil ataupun tidak, cukup menunggu di dekat parkir mobil yang memang disediakan buat penonton Linkin Park. Di sana, ada shuttle bus yang mengantar mereka cuma-cuma ke tempat konser Linkin Park.

Tiket tersedia dua kelas, masing-masing Rp 200.000 untuk festival dan Rp 300.000 untuk kelas satu. Selain album Hybrid Theory, Chester cs kemungkinan besar membawakan lagu-lagu di album Reanimation (2002), Meteora (2003), dan Live in Texas (2003). Termasuk lagu Crawling yang sudah tak asing lagi di telinga publik Indonesia. Bagaimana ceritanya, kita tunggu saja penampilan mereka pekan depan!(SID)
    Video Terkini