Konferensi pers yang dilakukan Anas Urbaningrum yang menjelaskan rangkaian peristiwa mulai dari penetapan dirinya sebagai tersangka sampai pada sikap dirinya tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dinilai sebagai senjata Anas. Untuk menyerang 'lawan-lawannya', yakni KPK dan keluarga Cikeas selaku petinggi partai Demokrat.
"Anas dengan gamblang menceritakan proses awal di mana SBY menyampaikan pernyataan dari Jeddah, lalu adanya dinamika internal di dalam tubuh Demokrat yang kemudian membuat dirinya terlempar dari kursi ketua umum," ujar Direktur Political Communication Institute Salam Heri Budianto, kepada Liputan6.com, Jumat (10/1/2014).
"Apa yang disampaikan Anas soal itu dapat menyasar ke Cikeas," sambung Salam.
Salam menilai, pernyataan Anas yang menyebutkan 'Ketua Majelis Tinggi', 'Ketua Dewan Pembina' dan 'Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat' yakni SBY, yang menginginkannya fokus terhadap masalah hukum, merupakan penegasan Anas kalau SBY sebenarnya menginginkan dirinya mundur sebagai ketua umum Partai Demokrat.
"Saya membaca bahwa Anas menjelaskan bahwa dinamika internal tersebut semacam tekanan pada dirinya yang dilakukan oleh majelis tinggi," ujar Salam.
Terkait Anas yang menyampaikan bocornya sprindik KPK yang menetapkan dirinya sebagai tersangka, Salam menilai, Anas menuding ada pihak yang sengaja mengintervensi kepada KPK.
"Dapat dimaknai bahwa diduga ada skenario politik yang dilakukan pihak-pihak tertentu dalam penetapannya sebagai tersangka."
Dalam jumpa pers tersebut, kata Salam, Anas juga menyoroti kalau KPK tebang pilih dalam mengusut dugaan adanya aliran dana dalam Kongres Partai Demokrat. "Sebab beberapa saksi tidak diperiksa serius dan bahkan ada yang tidak dipanggil. Hal ini menunjukkan bahwa Anas merasa kecewa dengan KPK, sebab pengusutan soal itu hanya menyasar dirinya," imbuh Salam. (Rmn/Ein)
Baca juga:
"Anas dengan gamblang menceritakan proses awal di mana SBY menyampaikan pernyataan dari Jeddah, lalu adanya dinamika internal di dalam tubuh Demokrat yang kemudian membuat dirinya terlempar dari kursi ketua umum," ujar Direktur Political Communication Institute Salam Heri Budianto, kepada Liputan6.com, Jumat (10/1/2014).
"Apa yang disampaikan Anas soal itu dapat menyasar ke Cikeas," sambung Salam.
Salam menilai, pernyataan Anas yang menyebutkan 'Ketua Majelis Tinggi', 'Ketua Dewan Pembina' dan 'Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat' yakni SBY, yang menginginkannya fokus terhadap masalah hukum, merupakan penegasan Anas kalau SBY sebenarnya menginginkan dirinya mundur sebagai ketua umum Partai Demokrat.
"Saya membaca bahwa Anas menjelaskan bahwa dinamika internal tersebut semacam tekanan pada dirinya yang dilakukan oleh majelis tinggi," ujar Salam.
Terkait Anas yang menyampaikan bocornya sprindik KPK yang menetapkan dirinya sebagai tersangka, Salam menilai, Anas menuding ada pihak yang sengaja mengintervensi kepada KPK.
"Dapat dimaknai bahwa diduga ada skenario politik yang dilakukan pihak-pihak tertentu dalam penetapannya sebagai tersangka."
Dalam jumpa pers tersebut, kata Salam, Anas juga menyoroti kalau KPK tebang pilih dalam mengusut dugaan adanya aliran dana dalam Kongres Partai Demokrat. "Sebab beberapa saksi tidak diperiksa serius dan bahkan ada yang tidak dipanggil. Hal ini menunjukkan bahwa Anas merasa kecewa dengan KPK, sebab pengusutan soal itu hanya menyasar dirinya," imbuh Salam. (Rmn/Ein)
Baca juga:
Anas: Saya Tak Perlu Dijemput Brimob Bersenjata
Anas Beber Pengambilalihan Kewenangan di Partai Demokrat
Anas: Saya Tidak Melawan KPK
Anas Singgung Pidato SBY di Jeddah