Sebagian negara di dunia saat ini tengah menghadapi perubahan cuaca yang sangat ekstrem. Bahkan di Amerika Serikat, suhu dingin mencapai minus 28 derajat Celcius.
Meski demikian, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan belum ada yang perlu dikhawatirkan mengenai perubahan cuaca ekstrem tersebut terhadap kondisi cuaca di Indonesia.
"Belum ada catatan yang menunjukkan adanya telekoneksi langsung antara kejadian suhu dingin di Amerika terhadap aktivitas cuaca dan iklim di wilayah Indonesia," kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Mulyono Rahadi Prabowo dalam Konferensi Persnya di kantor pusat BMKG, Jakarta, Jumat (10/1/2014).
Mulyono menuturkan, kejadian salju dan gelombang dingin di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Kanada itu merupakan bagian dari variabilitas iklim. karena itu, pihaknya belum dapat memastikan bahwa cuaca ekstrem tersebut dapat diklasifikasikan sebagai gejala perubahan iklim global.
"Hasil pengamatan terhadap cuaca ekstrem itu menunjukkan adanya anomali temperatur udara permukaan di wilayah Kanada hingga bagian utara dan timur Amerika yang lebih dingin dibandingkan klimatologisnya," tuturnya.
Terlebih lagi, lanjut Mulyono, secara umum bulan Januari memang merupakan periode dengan temperatur minimum paling rendah dibanding bulan lainnya di wilayah tersebut. "Kondisi ini diperkuat oleh rendahnya tekanan udara di permukaan Samudera Atlantik dan tingginya tekanan udara di wilayah Artik," ungkapnya.
Kejadian cuaca ekstrem di Amerika Serikat (AS) dan Kanada terus menjadi sorotan dunia. Cuaca ekstrem ini telah berlangsung sejak bulan Desember 2013 lalu. Akibatnya, sebagian besar wilayah AS dan Kanada diterpa suhu yang sangat dingin hingga minus 28 derajat yang berasal dari Kutub Utara. (Adm/Ein)
Baca juga:
Brrr... Beberapa Bagian di AS Lebih Dingin dari Mars
Cuaca Dingin Ekstrem, Bandara Kanada Ditutup
Cuaca Dingin Ekstrem di AS, Buronan Pilih Balik ke Penjara
Meski demikian, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan belum ada yang perlu dikhawatirkan mengenai perubahan cuaca ekstrem tersebut terhadap kondisi cuaca di Indonesia.
"Belum ada catatan yang menunjukkan adanya telekoneksi langsung antara kejadian suhu dingin di Amerika terhadap aktivitas cuaca dan iklim di wilayah Indonesia," kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Mulyono Rahadi Prabowo dalam Konferensi Persnya di kantor pusat BMKG, Jakarta, Jumat (10/1/2014).
Mulyono menuturkan, kejadian salju dan gelombang dingin di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Kanada itu merupakan bagian dari variabilitas iklim. karena itu, pihaknya belum dapat memastikan bahwa cuaca ekstrem tersebut dapat diklasifikasikan sebagai gejala perubahan iklim global.
"Hasil pengamatan terhadap cuaca ekstrem itu menunjukkan adanya anomali temperatur udara permukaan di wilayah Kanada hingga bagian utara dan timur Amerika yang lebih dingin dibandingkan klimatologisnya," tuturnya.
Terlebih lagi, lanjut Mulyono, secara umum bulan Januari memang merupakan periode dengan temperatur minimum paling rendah dibanding bulan lainnya di wilayah tersebut. "Kondisi ini diperkuat oleh rendahnya tekanan udara di permukaan Samudera Atlantik dan tingginya tekanan udara di wilayah Artik," ungkapnya.
Kejadian cuaca ekstrem di Amerika Serikat (AS) dan Kanada terus menjadi sorotan dunia. Cuaca ekstrem ini telah berlangsung sejak bulan Desember 2013 lalu. Akibatnya, sebagian besar wilayah AS dan Kanada diterpa suhu yang sangat dingin hingga minus 28 derajat yang berasal dari Kutub Utara. (Adm/Ein)
Baca juga:
Brrr... Beberapa Bagian di AS Lebih Dingin dari Mars
Cuaca Dingin Ekstrem, Bandara Kanada Ditutup
Cuaca Dingin Ekstrem di AS, Buronan Pilih Balik ke Penjara