Sukses

Megawati Meminta Perempuan Mendukung Capres Wanita

Capres Megawati Sukarnoputri dan Hasyim Muzadi berkampanye di GOR Pancasila, Surabaya, Jatim. Mega mengkritik masyarakat khususnya kaum perempuan yang tidak mendukung wanita untuk maju sebagai presiden.

Liputan6.com, Surabaya: Calon presiden Megawati Sukarnoputri dan calon wakil presiden Hasyim Muzadi berkampanye di Gelanggang Olah Raga Pancasila, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/6). Dalam orasinya, Megawati mengkritik masyarakat khususnya kaum perempuan yang tidak mendukung wanita untuk maju sebagai presiden.

Untuk itu, Mega berharap kaum perempuan memberikan suaranya kepada dirinya sebagai satu-satunya capres wanita. "Ayo ibu-ibu mau ndak dukung saya?" tanya Mega kepada massa pendukungnya yang memadati gedung tersebut. Sementara itu, Hasyim Muzadi berharap agar warga Nahdlatul Ulama tetap bersatu meski banyak capres dan cawapres yang berasal dari NU.

Sebelumnya, rombongan Megawati dengan didampingi Gubernur Jatim Imam Utomo, Panglima Komando Daerah Militer Brawijaya Mayor Jenderal TNI Achmad D. Sikki, dan Kepala Kepolisian Daerah Jatim Inspektur Jenderal Polisi Firman Gani berziarah ke makam Sunan Ampel yang terletak di kawasan Surabaya Utara. Selama hampir 30 menit, rombongan berada di lokasi yang juga tempat wisata agama di Kota Pahlawan tersebut.

Masih mengenai kegiatan capres. Tim sukses Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla mengadakan rapat koordinasi pelaksanaan kampanye. Dalam rapat koordinasi tersebut, dibahas juga mengenai langkah-langkah menghadapi isu-isu seputar kampanye negatif yang menerpa pasangan Partai Demokrat ini. Di antaranya soal keterkaitan SBY dalam kasus 27 Juli 1996 serta isu tentang perubahan konstitusi terhadap penerapan syariat Islam [baca: Capres-Cawapres Ramai-Ramai Berkampanye di Pasar].

Usai acara rapat, SBY menyambut baik upaya aparat penegak hukum untuk melanjutkan pengusutan atas kasus 27 Juli 1996. "Silahkan demi kebenaran dan keadilan," ujar SBY. Terkait kasus tersebut, pihaknya sudah dua kali dipanggil sebagai saksi pada 2000 dan 2001. Menanggapai pengusutan masalah yang dilakukan bertepatan dengan saat kampanye, ia berharap proses hukum ini dilakukan secara adil.

Sekadar mengingatkan, pengungkapan kasus penyerbuan terhadap Kantor Dewan Pimpinan Pusat di Jalan Diponegoro 58, Menteng, Jakarta Pusat, atau lebih dikenal dengan Tragedi Sabtu Kelabu atau Kerusuhan 27 Juli 1996 (Kuda Tuli) hingga kini masih terkatung-katung. Keterangan resmi Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Mayor Jenderal Polisi Hamami Nata dan Pangdam Jaya waktu itu Mayor Jenderal TNI Sutiyoso mengatakan, penyerbuan dan kerusuhan dipicu konflik internal di tubuh Partai Demokrasi Indonesia [baca: Darah Kering "27 Juli" di Dada Mega].(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.