Sukses

[VIDEO] Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Yogyakarta dan Surakarta

Menjelang perayaan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW, Keraton Yogyakarta mempersiapkan 7 gunungan yang diarak dalam tradisi Grebeg Maulud.

Menjelang perayaan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW, Keraton Yogyakarta mempersiapkan 7 buah gunungan yang akan diarak dalam tradisi Grebeg Maulud. Gunungan itu merupakan sedekah Raja Kasultanan Yogyakarta kepada rakyatnya.

Dalam tayangan Liputan 6 Pagi SCTV, Selasa (14/1/2014), sejumlah gunungan tengah dipersiapkan para Abdi Dalem Keraton di Bangsal Magangan, Kompleks Keraton Yogyakarta. Gunungan setinggi lebih dari 2 meter itu dibentuk dengan menggunakan bilah-bilah bambu untuk meletakan isi gunungan.

Gunungan diisi dengan aneka jajanan, buah, dan hasil bumi. Pada puncak perayaan Maulid Nabi, gunungan itu akan diarak dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Gede Kauman Yogyakarta untuk dibagikan kepada rakyat.

Tradisi Grebeg Gunungan itu merupakan sedekah Raja Kasultanan Yogyakarta kepada rakyatnya sebagai wujud rasa syukur memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Pada peringatan Maulid Nabi tahun ini Keraton Yogyakarta mempersiapkan 7 buah gunungan yang terdiri dari Gunungan Lanang, Gunungan Wadon, dan Gunungan Pangurakan. 5 Buah gunungan akan diarak menuju Masjid Gede Kauman dan 2 lainnya menuju Puro Pakualaman Yogyakarta.

Sementara, di Surakarta juga mempunyai sebuah tradisi menjelang upacara perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, yaitu prosesi Jamasan. Prosesi Jamasan adalah ritual membersihkan benda-benda yang dikeramatkan. Salah satunya membersihkan sebuah pusaka meriam kuno yang bernama Nyai Setomi.

Ritual ini dipimpin seorang kerabat keraton serta sejumlah Abdi Dalem keraton yang turut membersihkan pusaka dengan menggunakan lap dan kain basah. Prosesi Jamasan Pusaka ini dilakukan secara hati-hati. Selama  Jamasan, ruang tempat penyimpanan meriam ditutup dengan menggunakan kain polos.

Konon meriam ini sangat berperan dalam menjaga keamanan keraton, dari gangguan serangan luar. Warga yang datang langsung berebut berkah dari air bekas cucian meriam Nyai Setomi. Air itu kemudian dibasuhkan ke wajah dan tubuh masing-masing.

Warga percaya air Jamasan dapat memberikan berkah baik berupa kesehatan panjang umur, hingga memudahkan rejeki. Dalam sejarahnya, pusaka Meriam Nyai Setomi berasal dari Kerajaan Jayakarta, lalu  dibawa ke Keraton Kartasuro hingga akhirya dipindahkan ke Keraton Kasunanan Surakarta. Sejak itu pusaka tersebut berfungsi sebagai keamanan negara atau keraton setempat. (Mut)