Sukses

Pohon Terendam Banjir, Petani Karet di Lampung `Libur`

Akibat kondisi seperti ini, pendapatan petani karet sangat minim atau turun sekitar 20% dibandingkan saat cuaca panas.

Sebagian besar petani di Kabupaten Lampung Selatan tidak lagi menyadap tanaman karetnya. Sebab, mereka terkendala curah hujan tinggi yang melanda daerah setempat dalam sebulan terakhir.

"Setiap hari hujan, gimana mau 'nderes' (menyadap) karet," kata Eko, petani karet asal Desa Kertosari, Kecamatan Tanjungsari, Lampung Selatan, Kalianda, Lampung, Selasa (21/1/2014).

Saat hujan tiba, lanjut Eko, tanaman karet sama sekali tidak dapat disadap, sehingga petani memilih berhenti menyadap sementara waktu. "Jika tetap menyadap karet, akan percuma karena curah hujan akan menghabiskan getah karet yang ada di dalam mangkuk sadapan."

"Selain itu, jika batang karet basah maka, getah karet akan mengalir tidak melewati alur sadapan," sambung Eko.

Menurut Eko, harga karet saat ini masih bertahan Rp 7.500 per kilogram untuk karet basah, sedangkan karet kering Rp 10 ribu. Namun, pasokan dari petani relatif sedikit selama musim hujan. "Kualitas karet petani pun sangat rendah karena kadar air terlalu tinggi."

Seorang petani setempat lainnya, Hermanto, juga mengaku jarang menyadap karet karena curah hujan terlalu tinggi. "Biasanya seminggu sampai 5 kali menyadap, namun saat ini paling banyak 2 kali karena hujan turun hampir setiap hari," katanya.

Selain itu, kata Herman, tanaman karet juga banyak yang terendam banjir hingga 1 meter, terutama daerah yang berdekatan dengan sungai. Akibat kondisi seperti ini, pendapatan petani karet sangat minim atau turun sekitar 20% dibandingkan saat cuaca panas.

"Penurunan pendapatan petani karet ini terjadi setiap tahun, ketika musim hujan tiba," kata dia. (Ant/Rmn/Sss)

Baca juga:

Tinggi Gelombang di Perairan Lampung Capai 4 Meter
BMKG: Hujan Merata di Jakarta Hari Ini, Sore Lebat
Hujan Deras, Pintu Air di Jakarta Naik Level Siaga II dan III