Siti Desi Damarwulan, balita 4 tahun yang menderita gizi buruk di Serang, Banten, kini sudah tiada. Sang bayi meninggal dunia pada Kamis (23/1/2014) malam sekitar pukul 21.45 WIB.
Putri dari pasangan Ali Idris (45) dan Jaranah (35) itu sempat dilarikan ke RSUD Kota Serang pada pukul 13.00 WIB dalam keadaan yang memprihatinkan dan terkendala masalah biaya perawatan.
"Ya waktu itu dari staf Wali Kota Serang berjanji mau datang untuk nengok, tapi nggak datang juga. Jangankan untuk pembiyaan, untuk kebutuhan sehari-hari keluarga saja belum cukup," ujar sang ayah bayi di RSUD Serang.
Ali Idris mengaku, dirinya pernah meminta kepada pihak Puskesmas Kilasah, Kasemen, Kota Serang, agar anaknya segera di rujuk ke RSUD. Tapi ditolak dengan alasan pihak Puskesmas masih mampu merawat putrinya.
"Saya dari awal meminta untuk dipindahkan ke RSUD. Kecewalah dengan fasilitas yang ada di puskesmas," tutur sang ayah dengan nada memelas.
"Saya berharap sama Bapak Walikota Serang (Tubagus Chaerul Jaman) untuk memperhatikan kita, bukan hanya sibuk ngomong doang," ujarnya dengan nada geram.
Kondisi bayi Desi saat meninggal tubuhnya membiru dan hanya diberikan bantuan sebesar Rp 200 ribu dari staf Walikota Serang.
Siti Desi Damarwulan sudah dirawat di Puskesmas Kilasah semenjak tanggal 15 Januari lalu. Oleh petugas Puskesmas, Siti Desi hanya diberikan formula dan susu setiap 4 jam sekali.
Pihak Puskesmas pun mengklaim mampu mengatasi keadaan Siti Desi menjadi lebih baik. Seperti yang dikatakan Atik Herawati, Kepala TU Puskesmas Kilasdah.
"Waktu masuk beratnya 8,9 kg dengan perut buncit yang keras, kaki dan muka bengkak. Tetapi sekarang beratnya 8,6 kg. Perut buncit berkurang, perut dan muka yang bengkak sudah hilang," terang Atik.
Kartu Askes bagi Siti Desi sudah tidak aktif lagi semenjak 31 Desember 2012, tetapi pihak puskesmas masih tetap memberikan pelayanan secara gratis. Orang tua Siti Desi berpenghasilan pas-pasan, Ali Idris seorang buruh nelayan yang berpenghasilan Rp 30 ribu per harinya dan Jaranah buruh cuci yang berpenghasilan Rp 25 ribu per hari.
Jenazah Siti Desi langsung di bawa pulang ke rumahnya di Kampung Peranan, Desa Terumbu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, untuk segera dikebumikan. Orangtua Siti Desi pun menangis histeris karena kecewa atas pelayanan puskesmas. (Mut)
Baca juga:
Putri dari pasangan Ali Idris (45) dan Jaranah (35) itu sempat dilarikan ke RSUD Kota Serang pada pukul 13.00 WIB dalam keadaan yang memprihatinkan dan terkendala masalah biaya perawatan.
"Ya waktu itu dari staf Wali Kota Serang berjanji mau datang untuk nengok, tapi nggak datang juga. Jangankan untuk pembiyaan, untuk kebutuhan sehari-hari keluarga saja belum cukup," ujar sang ayah bayi di RSUD Serang.
Ali Idris mengaku, dirinya pernah meminta kepada pihak Puskesmas Kilasah, Kasemen, Kota Serang, agar anaknya segera di rujuk ke RSUD. Tapi ditolak dengan alasan pihak Puskesmas masih mampu merawat putrinya.
"Saya dari awal meminta untuk dipindahkan ke RSUD. Kecewalah dengan fasilitas yang ada di puskesmas," tutur sang ayah dengan nada memelas.
"Saya berharap sama Bapak Walikota Serang (Tubagus Chaerul Jaman) untuk memperhatikan kita, bukan hanya sibuk ngomong doang," ujarnya dengan nada geram.
Kondisi bayi Desi saat meninggal tubuhnya membiru dan hanya diberikan bantuan sebesar Rp 200 ribu dari staf Walikota Serang.
Siti Desi Damarwulan sudah dirawat di Puskesmas Kilasah semenjak tanggal 15 Januari lalu. Oleh petugas Puskesmas, Siti Desi hanya diberikan formula dan susu setiap 4 jam sekali.
Pihak Puskesmas pun mengklaim mampu mengatasi keadaan Siti Desi menjadi lebih baik. Seperti yang dikatakan Atik Herawati, Kepala TU Puskesmas Kilasdah.
"Waktu masuk beratnya 8,9 kg dengan perut buncit yang keras, kaki dan muka bengkak. Tetapi sekarang beratnya 8,6 kg. Perut buncit berkurang, perut dan muka yang bengkak sudah hilang," terang Atik.
Kartu Askes bagi Siti Desi sudah tidak aktif lagi semenjak 31 Desember 2012, tetapi pihak puskesmas masih tetap memberikan pelayanan secara gratis. Orang tua Siti Desi berpenghasilan pas-pasan, Ali Idris seorang buruh nelayan yang berpenghasilan Rp 30 ribu per harinya dan Jaranah buruh cuci yang berpenghasilan Rp 25 ribu per hari.
Jenazah Siti Desi langsung di bawa pulang ke rumahnya di Kampung Peranan, Desa Terumbu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, untuk segera dikebumikan. Orangtua Siti Desi pun menangis histeris karena kecewa atas pelayanan puskesmas. (Mut)
Baca juga:
Bayi Gizi Buruk dan Muka Bengkak di Serang Tunggu Uluran Tangan