Tidak ada kecemasan di raut wajah warga Rawajati, Kalibata, Jakarta Selatan, saat mereka dievakuasi dari rumahnya yang terendam banjir akibat luapan sungai Ciliwung. Sejak awal, mereka sudah mengetahui air kiriman dari Bogor akan naik dan menenggelamkan rumah mereka di RW 7.
Hanya mereka kerap cemas terkait makanan yang kerap telat datang dari dapur umum di dekat puskesmas Bina Warga. Tak ayal, mereka pun lebih memilih membeli makanan di warung nasi terdekat. Mereka rata-rata membeli nasi bungkus di Warteg dan Warung Padang.
Wati, korban banjir warga RT 2 RW 7 Kelurahan Rawajati mengeluhkan pelayanan dapur umum yang kerap telat mengirimkan makanan ke korban banjir. Sementara korban banjir yang kebanyakan anak-anak sudah keburu lapar.
"Nasi di dapur umum belum mateng. Kami mau membantu takut ada masalah. Lagian pula yang masak suka marah-marah gitu. Mereka kan bukan warga sini. Harusnya ngerti kita kan kebanjiran, anak-anak perlu makan, balita perlu susu lagi. Kalau sakit gimana," keluh Wati sembari berteriak mencari anaknya untuk membeli makanan.
Ketua RT 03 RW 7 Ngadiyo menambahkan memang dapur umum itu dikerjakan pihak kelurahan. Namun makanan tidak bisa memenuhi jumlah pengungsi. Kalau pun cukup, itu menungu bantuan dari para dermawan.
"Dapur umum tidak bisa memenuhi keinginan masyarakat yang mengungsi. Tapi untuk cukup itu pun dari bantuan para dermawan. Dapur umum dikerjakan orang kelurahan Rawajati," ucap dia.
Ngadiyo menambahkan, jumlah pengungsi saat ini sebanyak 1.200 warga dari 4 RT. Yakni RT 2,3,4 5 dan 6. Untuk RT 5 korban banjir hanya sebagian yang terkena imbas air. Untuk saat ini ketingiaan air di perkampungan paling bawah mencapai 5 meter yang terletak di RT 2, RT 3 dan RT 4. (Ali/Ism)
Baca juga:
Hanya mereka kerap cemas terkait makanan yang kerap telat datang dari dapur umum di dekat puskesmas Bina Warga. Tak ayal, mereka pun lebih memilih membeli makanan di warung nasi terdekat. Mereka rata-rata membeli nasi bungkus di Warteg dan Warung Padang.
Wati, korban banjir warga RT 2 RW 7 Kelurahan Rawajati mengeluhkan pelayanan dapur umum yang kerap telat mengirimkan makanan ke korban banjir. Sementara korban banjir yang kebanyakan anak-anak sudah keburu lapar.
"Nasi di dapur umum belum mateng. Kami mau membantu takut ada masalah. Lagian pula yang masak suka marah-marah gitu. Mereka kan bukan warga sini. Harusnya ngerti kita kan kebanjiran, anak-anak perlu makan, balita perlu susu lagi. Kalau sakit gimana," keluh Wati sembari berteriak mencari anaknya untuk membeli makanan.
Ketua RT 03 RW 7 Ngadiyo menambahkan memang dapur umum itu dikerjakan pihak kelurahan. Namun makanan tidak bisa memenuhi jumlah pengungsi. Kalau pun cukup, itu menungu bantuan dari para dermawan.
"Dapur umum tidak bisa memenuhi keinginan masyarakat yang mengungsi. Tapi untuk cukup itu pun dari bantuan para dermawan. Dapur umum dikerjakan orang kelurahan Rawajati," ucap dia.
Ngadiyo menambahkan, jumlah pengungsi saat ini sebanyak 1.200 warga dari 4 RT. Yakni RT 2,3,4 5 dan 6. Untuk RT 5 korban banjir hanya sebagian yang terkena imbas air. Untuk saat ini ketingiaan air di perkampungan paling bawah mencapai 5 meter yang terletak di RT 2, RT 3 dan RT 4. (Ali/Ism)
Baca juga:
[VIDEO] Ditinggal Mengungsi, Kawasan Bukit Duri Bak `Kota Hantu`
Banjir, Macet, dan Jakarta
BPBD: Berkat Kerja Jokowi, Banjir 2014 Tak Separah 2013