Terhitung sejak 1 Februari 2014, Gita Wirjawan resmi mundur dari jabatannya sebagai Menteri Perdagangan dalam Kabinet Indonesia Bersatu II. Pria kelahiran Jakarta, 21 September 1965 mundur karena ingin fokus dalam kompetisi Konvensi Calon Presiden (Capres) Partai Demokrat. Untuk menghindari konflik kepentingan.
Gita mengaku, kemunduran dirinya sudah direstui oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Saya berharap langkah terbaik bagi bangsa untuk perkembangan politik dan demokrasi di Indonesia," kata dia di dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (31/1/2014).
Sebelumnya, dalam wawancara khusus dengan Liputan6.com, Gita menyampaikan gambaran presiden idealnya.
"Saya rasa, presiden ke depan itu harus memastikan dia mau mendengar suara rakyat, aspirasi rakyat, lebih mendengar. Kedua, dia harus bisa urun rembuk, beker jasama dengan rakyat untuk mencari jawaban dan dalam jawabannya ada solusi," kata dia. Salah satunya, agar harga sembako lebih terjangkau.
Gita juga berpendapat, pemimpin Indonesia ke depan harus bisa meyakinkan bahwa rakyat bisa lebi baik dari apa yang mereka pikirkan. "Jangan minder! Nggak dia atlet, musisi, ekonom, pengusaha, siapapun jangan minder. Karena kita harus bisa bersaing dengan pesaing-pesaing dari dunia --India, Tiongkok, Amerika, Jepang, Eropa. Kita bisa bersaing dengan mereka, berani lebih baik," tambah dia.
Sementara, khusus soal pemberantasan korupsi, Gita mengatakan, presiden ke depan harus tegas untuk mendukung kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). "Presiden ke depan harus berani meningkatkan jumlah penyidik dari 100 ke anggaplah 4.500 supaya rasionya 1:1000 antara jumlah penyidik dan jumlah PNS," tambah dia.
Maju sebagai capres dan mundur dari jabatan menteri adalah sebuah pilihan bagi Gita. Sebelumnya, dalam akun Twitternya, @GWirjawan, ia mengutip 'kata mutiara' mantan petinju AS Muhammad Ali. "He who is not courageous enough to take risks will accomplish nothing in life. -Muhammad Ali" -- Dia yang tidak cukup berani mengambil risiko tidak akan mencapai apa-apa dalam hidup. (Ein/Yus)
Gita mengaku, kemunduran dirinya sudah direstui oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Saya berharap langkah terbaik bagi bangsa untuk perkembangan politik dan demokrasi di Indonesia," kata dia di dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (31/1/2014).
Sebelumnya, dalam wawancara khusus dengan Liputan6.com, Gita menyampaikan gambaran presiden idealnya.
"Saya rasa, presiden ke depan itu harus memastikan dia mau mendengar suara rakyat, aspirasi rakyat, lebih mendengar. Kedua, dia harus bisa urun rembuk, beker jasama dengan rakyat untuk mencari jawaban dan dalam jawabannya ada solusi," kata dia. Salah satunya, agar harga sembako lebih terjangkau.
Gita juga berpendapat, pemimpin Indonesia ke depan harus bisa meyakinkan bahwa rakyat bisa lebi baik dari apa yang mereka pikirkan. "Jangan minder! Nggak dia atlet, musisi, ekonom, pengusaha, siapapun jangan minder. Karena kita harus bisa bersaing dengan pesaing-pesaing dari dunia --India, Tiongkok, Amerika, Jepang, Eropa. Kita bisa bersaing dengan mereka, berani lebih baik," tambah dia.
Sementara, khusus soal pemberantasan korupsi, Gita mengatakan, presiden ke depan harus tegas untuk mendukung kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). "Presiden ke depan harus berani meningkatkan jumlah penyidik dari 100 ke anggaplah 4.500 supaya rasionya 1:1000 antara jumlah penyidik dan jumlah PNS," tambah dia.
Maju sebagai capres dan mundur dari jabatan menteri adalah sebuah pilihan bagi Gita. Sebelumnya, dalam akun Twitternya, @GWirjawan, ia mengutip 'kata mutiara' mantan petinju AS Muhammad Ali. "He who is not courageous enough to take risks will accomplish nothing in life. -Muhammad Ali" -- Dia yang tidak cukup berani mengambil risiko tidak akan mencapai apa-apa dalam hidup. (Ein/Yus)