Sukses

[VIDEO] Cerita Imlek Mari Elka Pangestu: Dulu Sembunyi-sembunyi

Menparekraf Mari Elka Pangestu mengaku bersyukur bisa merayakan Imlek dalam suasana terbuka seperti saat ini.

Perayaan Tahun baru China juga dirayakan dengan suka cita warga keturunan Tionghoa di Indonesia. Salah satunya yang ikut merayakan adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, wanita Tionghoa-Indonesia pertama yang memegang jabatan sebagai menteri di Indonesia.

Perayaan Imlek tahun ini menjadi lebih istimewa karena Mari merayakannya bersama orang-orang dekat sembari berbagi dengan warga sekitar. Seperti ditayangakan Liputan 6 Petang SCTV, Minggu (2/2/2014), Mari berkumpul dengan banyak kerabat di hari pertama Tahun Baru China.

"Seperti keturunan Hokian lainnya, setiap hari pertama Imlek, keluarga beserta tetangga dan teman-teman berkumpul merayakan Tahun Baru, dan tidak harus orang Tionghoa," ujarnya saat ditemui di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Mari bercerita, hari pertama di Tahun Baru memang dirayakannya dengan banyak orang, karena pada malam sebelumnya dia sudah berkumpul dengan keluarga dekat.

"Tadi malam kita hanya makan malam dengan keluarga. Makan tahu untuk kemakmuran, makan teripang untuk kesehatan dan makan mi untuk panjang umur," jelas wanita kelahiran Jakarta 23 Oktober 1956 ini.

Galibnya setiap perayaan Imlek, para tamu yang datang disuguhi makanan tradisional khas Imlek seperti lontong cap go meh, kue keranjang dan buah jeruk. Tak lupa, para tamu pun mendapat jatah angpau dari Mari.

"Waktu kecil saya juga sering dapat angpau, selain kue keranjang dan lontong cap go meh. Kalau waktu kecil mungkin isinya Rp 1.000 ya, itu sudah besar untuk ukuran waktu itu," cerita istri dari Adi Harsono ini.

Mari mengaku bersyukur dengan kondisi saat ini, di mana dia dan keluarga bisa merayakan Imlek dengan bebas. "Antara 1965 dan reformasi, kita harus agak sembunyi-sembunyi merayakan Imlek, termasuk barongsai," ujarnya.

Keterbukaan itu baru bisa dia rasakan setelah era Presiden Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri. "Setelah zaman Gus Dur bahasa Mandarin bisa digunakan secara terbuka, pada masa Bu Mega Imlek bisa dirayakan terbuka dan dijadikan hari libur," ujar mantan Menteri Perdagangan ini.

Terkait dengan posisi yang sekarang dijabatnya, Mari mengaku optimis dengan masa depan pariwisata Indonesia di masa depan. Apalagi melihat pertumbuhan sektor ini yang terus meningkat.

"Kita bukan yang tertinggi di ASEAN, kita nomor 3, tapi dari segi mutu pariwisata sangat baik. Apalagi kita punya wisnus (wisatawan nusantara) yang jauh lebih besar dari negara ASEAN lainnya," jelas Mari.

Ketika ditanyakan destinasi wisata favoritnya, Mari tak berpikir lama untuk menjawabnya. "Saya suka Lombok," tegasnya. (Ado)