Sukses

Topeng Cinta Edo, Maut Feby Lorita

Ternyata, motif Edo memacari Feby hanya agar mendapat pekerjaan. Karena Feby diketahui banyak relasi.

Selasa 28 Januari pagi, polisi mendapat laporan terkait penemuan sebuah mobil di depan TPU Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Di dalam bagasi mobil tersebut ditemukan sesosok mayat perempuan tanpa identitas.  

Penemuan jasad wanita dalam keadaan meringkuk di bagasi mobil itu mengejutkan warga sekitar TPU Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Salah seorang warga sekitar bernama Oci mengaku, sekitar pukul 09.00 WIB dirinya mencium bau busuk dari mobil yang terparkir di depan rumahnya. Karena takut, dia memanggil warga lainnya, Ganda Sianipar (52) yang hendak menarik angkotnya.

"Pas pagi kok saya cium bau busuk. Saya takut terus manggil Bapak ini. Saya bilang, Pak ada bau busuk," ujar saksi, Oci Selasa 28 Januari 2014.

Oci dan Ganda lalu mendekati mobil Nissan March putih bernomor polisi B 1356 KA. Benar saja, bau busuk semakin menyengat. Keduanya juga melihat belatung yang tercecer di bagian belakang mobil. Ganda akhirnya memutuskan melapor penemuan anehnya itu kepada RT setempat. Ketua RT setempat bersama polisi mendatangi ke lokasi tersebut.

Saat mmebuka mobil yang terparkir di pinggir Jalan TPU Pondok Kelapa sejak 3 hari sebelumnya itu terlihat sosok mayat. "Saya lihat dari Sabtu (24/1) subuh sudah diparkir di situ," tutur Oci.

Tato Salib

Pihak Kepolisian Resort Jakarta Timur dan Polsek Duren Sawit yang diberikan wewenang menyelesaikan kasus tersebut terus menyelidiki identitas mayat perempuan itu.

Berbekal plat nomor mobil Nissan March tersebut, Polres Jakarta Timur bekerjasama dengan Samsat Polres Bogor berhasil mengantongi identitas pemilik mobil dimana mayat wanita tersebut ditemukan. Diketahui identitas pemilik mobil tersebut bernama Feby Lorita. Polisi menduga bahwa korban kemungkinan adalah pemilik mobil itu.

Kepolisian juga menemukan foto pemilik mobil yang kemudian dicocokkan dengan mayat tersebut. Dugaan ini dikuatkan pihak keluarga Feby yang mendatangi Polsek Duren Sawit.

"Mantan suami dan kakak Feby sudah datang ke polsek semalam. Mereka bilang ciri-ciri korban dan Feby ada kemiripan," kata Kanit Reskrim Polsek Duren Sawit, AKP Chalid Thoyib, di Jakarta, Rabu 29 Januari 2014 lalu.

Chalid mengatakan, ada ciri khusus yang sama dimiliki Feby. Ciri itu adalah tato salib di bagian punggungnya. Untuk memastikan itu, Chalid akan membawa keluarga ke RS Polri untuk melihat jenazah perempuan tersebut.

"Kakak Feby Lorita yaitu Evy Lorita akan mengecek langsung ke RS Polri. Saya yang mendampingi langsung untuk memeriksa apakah di tubuh jenazah ada tato itu atau tidak," tutur Chalid.

Akhirnya, mantan suami Feby, Hendrik Sulaiman memastikan bahwa mayat perempuan tersebut adalah Feby. Ia mengenali tato salib yang ada di badan mayat tersebut. "Gua kenal tatonya, dari tatonya itu persis Feby," tegasnya.

Pelaku Kakak Beradik

Teka-teki pembunuhan Feby Lorita akhirnya terkuak. Perlahan aparat Kepolisian membongkar kasus tersebut hingga akhirnya berhasil menangkap 2 orang yang diduga sebagai pembunuh Feby.

Keduanya merupakan kakak beradik. Mereka adalah, Assido Hamonangan Simangunsong alias Edo beserta kakaknya yakni Daniel Simangunsong. Edo ditangkap di Pematang Siantar, Sumatera Utara Minggu 2 Februari 2014 kemarin, sedangkan Daniel yang berprofesi sebagai supir angkot M28 ditangkap sehari sebelumnya di Jalan Taman Mini, Jakarta Timur.

"DN adalah abang dari ED, DN sopir angkot M28," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto, di Jakarta, Minggu 2 Februari.

Edo merupakan tetangga Feby yang sama-sama tinggal di Apartemen Cibubur Comfort, namun beda blok. Feby tinggal di Blok C Nomor 5 lantai 2, sedangkan Edo tinggal di Blok B Nomor 11 lantai 1.

Beberapa warga yang tinggal di lingkungan apartemen tersebut mengungkap, selama ini Edo diketahui kerap kali mandatangi kamar Feby.

"Banyak warga yang bilang kalau Edo sering banget masuk ke kamar Feby, lama pintunya ditutup," kata salah seorang anggota Paguyuban Comfort Apartemen yang enggan menyebutkan namanya itu kepada Liputan6.com, Minggu 2 Februari.

Cinta Ditolak, Tangan Bertindak

Pembunuhan itu bermula saat Edo bertemu dengan Feby Selasa 21 Januari lalu. Keduanya berjalan-jalan menggunakan mobil. Di dalam mobil milik Feby itu, Edo menyatakan rasa cintanya kepada Feby. Saat jalan-jalan, rupanya Edo sudah tak sabar mengungkapkan rasa cintanya kepada Feby. Rasa cinta itu diungkapkan saat keduanya berada di flyover UKI Cawang, Jakarta Timur.

"Bermula pada tanggal 21 Januari 2014 korban dan pelaku ini bertemu dan jalan-jalan. Di dalam mobil itu pelaku mau menyampaikan hasratnya atau cintanya," kata Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Mulyadi Kaharni di kantornya, Senin 3 Februari.

Namun sayang, cinta itu bertepuk sebelah tangan. Feby menolak karena Edo sudah punya pasangan. "Bahwa korbannya tahu kalau Edo punya pacar. Kemudian bertengkar dengan kata-kata kasar dan dipukul korbannya," kata Mulyadi.

Tak hanya kata-kata kasar, pertengkaran itu juga menggunakan kekerasan fisik. Menurut Mulyadi, Edo memukul wajah Feby sebanyak 2 kali di dalam mobil. "Si korban sempat dipukul 2 kali dan di-uppercut oleh pelaku yang mengakibatkan gigi dari korban lepas," ucap dia.

Dianiaya, Feby mengancam melaporkan Edo ke polisi. Mendapat ancaman itu, Edo kemudian merayu Feby untuk membatalkan niatnya itu. "Sehingga korban ini luluh. Dan pelaku membawa korban ke rumah saudaranya di Bojong Gede, Depok," jelas Mulyadi.

Tiba di rumah saudaranya yang berukuran 6x6 meter itu sekitar pukul 23.00 WIB Senin 21 Januari. Namun, sekitar pukul 03.00 WIB Rabu 22 Januari 2014 dini hari, keduanya kembali bertengkar saat Feby ingin pergi ke kamar mandi. Lantaran, Edo curiga kalau Feby ingin melarikan dari dari rumah tersebut.

Edo naik pitam. Ditambah lagi Feby melemparnya dengan telepon selular dan mencakarnya. "Langsung emosi dicekik korban sampai lemas. Kemudian diambil pisau dan korban ditusuk di bagian leher sehingga urat nadi di leher korban putus," ungkap Mulyadi.

Edo membenarkan cerita Mulyadi itu. Dia merasa kesal karena wajahnya dilempar telepon selular. "Dia ngelempar handphone, saya dicakar juga dan dipukul sama korban. Akhirnya saya cekik sampai mati. Terus saya tusuk lehernya pake pisau dapur," ucap Edo

Rampas Perhiasan

Usai membunuh, Edo ternyata juga menjual perhiasan Feby. Perhiasan yang dijual Edo itu berupa kalung, anting dan cincin setelah diambil dari badan Feby yang sudah tak bernyawa. "Sekitar pukul 13.00 WIB, perhiasan itu dijual ke Pasar Pondok Gede dengan hasil Rp 3 juta," tambah Mulyadi. Uang hasil penjualan perhiasan itu digunakan untuk membayar hutang, sisanya untuk biaya pelarian.  

Tak hanya itu, 2 hari setelah pembunuhan, Edo ternyata juga menjarah harta benda Feby di Apartemen Cibubur Comfort. berbagai benda elektronik diambil Edo tanpa rasa berdosa. "Kejadian itu sekitar pukul 01.00 WIB, pelaku Edo keluar kamar dan menuju kamar Feby untuk mengambil TV dan CPU komputer," tutur Mulyadi.

Setelah mengambil televisi layar datar berukuran 40 inchi dan CPU milik Feby, Edo kemudian membawa hasil curiannya itu ke daerah Sawangan, Depok. Barang itu disimpan di rumah orangtua pacarnya, Astri alias Eci.

"Dia sama pacarnya Eci pergi bawa TV dan CPU itu naik mobil taksi ke rumah orangtua Eci," tambah Mulyadi. Selain televisi dan CPU, Edo juga menjual perhiasan Feby senilai Rp 3 juta.

Bukan Karena Cinta

Edo pun menguak alasan dirinya mendekati perempuan 31 tahun itu, bukan karena cinta seperti yang selama ini diberitakan. Pria yang dibekuk di Pematang Siantar itu mengaku, dirinya hanya ingin memanfaatkan Feby untuk mencari pekerjaan demi menyambung hidup.

"Saya cuma cari kerjaan aja. Soalnya dia banyak relasi. Saya maksa macarin dia (Feby) supaya bisa dapat kerjaan," tutur Edo.

Setelah menghabisi nyawa Feby, Edo pun mengaku sempat kebingungan ketika ingin membuang mayatnya. "Sampai ke Pondok Gede, lalu saya panik dan saya taruh aja mobil yang berisi mayat itu di TPU Pondok Kelapa. Habis itu saya kabur," ucap Edo. (Adm/Rmn)

Baca juga:
Usai Bunuh Feby Lorita, Edo Kabur ke Rumah Opungnya
Pembunuh Feby Lorita: Saya Dilempari HP dan Dicakar
Diajak Menginap, Feby Lorita Dibunuh Edo di Bojong Gede