Dari limbah nanas menjadi karya seni luar biasa. Batik Lembang bermula dari daerah Kayu Ambon sekitar tahun 2007 atas prakarsa seorang kolektor batik Yan Maryanto. Awalnya, tempat ini hanya menjual batik dari berbagai daerah, namun lambat laun justru memproduksi batik dengan motif kearifan lokal khas tanah lembang.
Adapun motif Batik Lembang yang dikembangkan dan digemari wisawatan antara lain motif bintang, buah stroberi dan motif bosscha yang namanya sudah diabadikan sebagai tempat observatorium teropong bintang.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Senin (10/2/2014), salah seorang wisatawan lokal mengaku terkesan untuk membeli Batik Lembang karena motif batiknya memiliki ciri khas dan bagus. Batik Lembang dapat dijadikan cendramata maupun souvenir untuk dibawa ke daerah masing-masing.
Harga Batik Lembang relatif sama dengan harga batik dari daerah lain, namun kekuatan batik tersebut memiliki ciri khas sehingga tidak ada dijual di daerah lain.
Lain halnya Pemalang yang merupakan salah satu kota di wilayah Jawa Tengah yang dikenal sebagai penghasil nanas. Selama ini buah nanas hanya dikonsumsi buahnya atau diolah menjadi beragam makanan dan minuman. Tapi di tangan salah seorang perajin kain tenun bernama Pancer Budiwaluyo, daun dari pohon nanas yang panjang dan tajam diolah menjadi kerajinan yang cukup menawan.
Letak Pemalang yang berdekatan dengan Pekalongan menimbulkan ide kreatif untuk menghasilkan kain tenun batik yang berbahan dasar serat nanas.
Sang penjual, Pancer mengaku modal awal yang dikeluarkannya tidak besar, yakni lebih dari Rp 1 juta. Dengan modal nekat dan ide kreatif ia membangun usahanya. Ia pun menyulap limbah daun nanas menjadi beragam kain hingga batik tenun yang bernilai jual tinggi.
Proses pembuatannya cukup rumit. Diperlukan kecermatan dan kehati-hatian. Pembuatannya pun masih menggunakan peralatan tradisional. Pertama-tama pilihlah daun nanas yang kondisinya mulus atau tak robek dari ujung hingga pangkalnya. Kemudian untuk memudahkan penyerutan dan pengambilan seratnya, buang pinggiran daunnya.
Selanjutnya penyerutan daun dengan menggunakan kayu sudah bisa dimulai untuk membuat satu meter kain tenun, setidaknya dibutuhkan hingga 50 helai daun nanas.
Tidak mudah memang, karenanya wajar jika kain tenun yang dihasilkan dari serat nanas tersebut bernilai jual lebih tinggi dibandingkan kain tenun yang terbuat dari benang lazimnya. Apalagi motif kain dari serat nanas ini cukup beragam. Mulai dari yang polos hingga bermotif batik tulis.
Kini bersama 15 orang karyawannya, usaha tenun kainnya berkembang cukup pesat. Dalam sebulan kain tenun terjual lebih dari 100 lembar. Harga per lembar kain tenun ini mulai ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah tegantung tingkat kerumitannya.
Omset yang diraih pun cukup fantastis yaitu lebih dari Rp 100 juta. Kain dan batik serat nanas kini telah diminati oleh pasar domestik dan mancanegara. (Dan/Riz)
Baca juga:
Lukisan Sepanjang 40 Meter Mejeng di Bogor
[VIDEO] Pasutri di Depok Bantu Ekonomi Warga Melalui Bank Sampah
Biodiesel Jadi Energi Masa Depan Indonesia
[VIDEO] Limbah Nanas Disulap Jadi Batik Luar Biasa
Batik Lembang yang dikembangkan dan digemari wisawatan antara lain motif bintang, buah stroberry dan motif boscha.
Advertisement