Sukses

Masyarakat Pariaman Menggelar Lomba Layang-layang Dangung

Acara lomba layang-layang ini dilaksanakan setiap tahun sekali usai panen padi di masyarakat nagasi Sungai Sarik, Kabupaten Padang Pariaman. Pemenang pertama berhak mendapat seekor kambing.

Liputan6.com, Padang: Lomba layang-layang Dangung digelar di Pariaman, Sumatra Barat, baru-baru ini. Acara ini digelar setiap tahun oleh masyarakat nagari Sungai Narik, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, seusai panen raya. Masyarakat berkumpul di lapangan bekas areal sawah. Saat bedil balansa dibunyikan, serentak para peserta menerbangkan layang-layang mereka. Uniknya, layang-layang itu dapat mengeluarkan bunyi saat mengudara.

Penilaian lomba ditentukan dalam tiga kategori. Pertama, layang-layang paling tinggi, kedua tegak lurus, dan ketiga mempunyai liukan yang seimbang. Pemenang pertama dalam lomba ini berhak mendapat seekor kambing, sedangkan pemenang kedua dan ketiga akan memperoleh bintang emas berikut jam dinding.

Layang-layang dangung mulai diperkenalkan di Pariaman sekitar abad ke-16 oleh Syech Burhanudin, seorang pengembang Islam pertama di Sumbar. Layang-layang ini dijadikan sebagai pemikat bagi anak-anak muda untuk berkumpul.

Bagi masyarakat Pariaman, layang-layang dangung banyak mengandung makna filosofi agama dan adat, mulai dari proses pembuatan hingga layang-layang tersebut diterbangkan. Sebagai contoh, dimulai dari penentuan tanggal lomba yang dibahas oleh para warga yakni ninik mamak dan ketua adat. Mereka berembuk di Kantor Wali Nagari untuk menentukan lokasi batang bambu tertentu yang boleh ditebang untuk rangka layang-layang. Setelah batang bambu dipotong-potong, rangka kayu tersebut lalu dibagikan ke warga untuk dijadikan layang-layang.

Keunikan sebuah layang-layang juga pernah digelar Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, akhir Mei silam. Saat itu, sebuah Festival Layang-Layang Sabit diikuti puluhan peserta yang berasal dari Surabaya, Mojokerto, Pasuruan, dan beberapa kota lain di Jatim [baca: Pemkot Surabaya Menggelar Lomba Layang-Layang Sabit]. Penilaian tidak hanya pada bentuk dan cara, tapi juga menyangkut kecepatan layang-layang terbang.(AIS/Denni Risman dan Del Fadillah)
    Video Terkini